Part 38

8.7K 553 38
                                    

"Untuk apa kamu kesini?" Tanya Laura dengan pandangan tajam.

Raka terdiam untuk sesaat, seolah tak percaya jika yang ada dihadapannya adalah sang istri. Kedua matanya mengerjap pelan. Entah di detik keberapa ia melangkah mendekati Laura, tangannya terangkat hendak menyentuk sang istri. Namun, secepat itu pula Laura bergerak menghindar.

"Jangan pernah sentuh aku!" Ucapnya dengan nada memusuhi.

Tercengang. Penolakan sang istri membuat tangannya terhenti diudara. Namun ia tak lantas menyerah, Raka malah tersenyum lembut, mencoba memaklumi.
"Apa kamu tidak merindukanku? Padahal aku sudah sangat merindukan kamu."

Mendengar lontaran kalimat Raka membuat kedua bibir Laura mengatup rapat.
"Gak sama sekali. Bahkan aku sangat muak melihat wajah kamu."

Kali ini Raka terkekeh, mencoba mengabaikan perkataan Laura.

"Aku senang melihat kamu baik-baik saja." Raka kemudian menatap Laura dengan keseriusan. Menciptakan ketegangan yang menguar diudara.

"Kenapa kamu pergi diam-diam, Laura?"

Yang ditanya melemparkan tatapan sinis, "Apa perlu aku jawab," jeda sesaat. "Kalau kamu kesini hanya untuk menanyakan hal yang tidak penting, sebaiknya kamu pulang."

Laura kemudian menaruh selang yang ada ditangannya dengan kasar, dan berbalik pergi meninggalkan sang suami.

"Laura tunggu!"

Dengan cepat Raka mengikuti Laura, namun baru beberapa langkah pusing dikepalanya kembali datang.

Fabian yang sedari tadi berada dalam mobil karna ingin memberikan Raka waktu segera keluar dan menghampiri sepupunya.

"Lo gak papa?"

Raka menggeleng, "Gak papa. Anterin gue ke dalem."

Fabian kemudian memapah Raka sampai ke depan pintu. Dan tepat ketika itu, Salma berdiri dihapan mereka.

"Nak Raka..." ujarnya dengan terkejut. Ia tak menyangka menantunya bisa menemukan keberadaan Laura.

"Tante, boleh Fabian langsung masuk? Raka sedang sakit dan perlu segera beristirahat." Ujar Fabian.

"Sakit?" Tanya Salma dengan khawatir.

"Iya tan, tapi dia maksa mau kesini."

"Ya sudah ayo cepat dibawa masuk."

Mereka kemudian memasuki salah satu kamar tamu yang berada dilantai bawah.

Raka yang memang sudah merasa sangat pusing, menutup rapat kedua matanya.

"Kenapa kamu biarkan Raka kesini kalau dia sedang sakit." Omel Salma.

Fabian menggaruk pelan pelipisnya. Kenapa malah dia yang disalahkan?

"Itu karna Raka sudah gak sabar mau ketemu Laura Tan. Dilarangpun percuma."

Salma menghela nafas sejanak. Pada akhirnya hari ini datang. Hari dimana Laura akan kembali bertemu Raka. Kedua matanya menelusuri wajah Raka yang terlihat pucat. Area sekitar matanya pun menghitam. Salma yakin, selama ini Raka pasti tak henti mencari keberadaan Laura.

Kenyataan itu sungguh membuatnya merasa bersalah. Memisahkan sepasang suami istri disaat kondisi rumah tangga mereka sedang memburuk mungkin sangatlah tak tepat. Namun, hanya itulah pilihan yang ada.

"Apa perlu kita bawa dia ke doker?"

"Gak perlu tan, kemaren Raka sudah sempat diperiksa. Dokter bilang dia cuma perlu istirahat." Ucap Fabian menenangkan.

"Ya sudah kalau begitu. Oh ya, Bian bagaimana keadaan keluarga disana?" Tanya Salma yang memang selama ini tak pernah berhubungan dengan keluarga Gunawan karna ia takut, jika mereka masih berkomunikasi Anna akan menyuruh mereka segera kembali pulang.

My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang