Laura tidak mengerti kenapa Raka bersikap seperti sekarang. Yang jelas dia tau kalau saat ini Raka sedang marah. Apa Raka marah karna ia pergi dengan Bara? Tapi mana mungkin? Bukankah selama ini Raka terkesan tidak memperdulikannya? Atau sekarang Raka sudah mulai mencintainya? Oh itu sangat tidak mungkin, berkali-kali Raka dengan terang-terangan menolaknya, tapi bisa jadi kan? Terbukti dengan sikap Raka selama ini.
"Kenapa kamu harus pergi berdua dengan kak Bara?" Suara dingin Raka membuyarkan lamunannya.
Laura meremas pakaiannya, mendadak lidahnya terasa kelu, sungguh nada bicara Raka saat ini terdengar menakutkan.
"A-aku sudah mencoba menghubungi kamu berkali-kali tapi gak ada jawaban. Aku kesepian dirumah, Sesil lagi sibuk aku gak mau ganggu dia. Akhirnya aku putusin buat nelfon kak Bara." Jelasnya.
Rahang Raka mengeras mendengar penjelasan Laura, "Kamu nelfon kak Bara?"
Dengan takut-takut Laura mengangguk, "Cuma dia yang lagi gak sibuk."
Terdengar helaan nafas Raka, dia sedang mencoba meredam amarahnya. Kenapa sekarang dirinya malah terkesan menyalahkan Laura? Bukankah itu memang keinginan Raka, menjauh dari Laura sampai dia sengaja tidak mengangkat telfon atau membalas pesan dari Laura.
"Kamu marah?" Tanya Laura.
Raka melirik Laura dengan mata memicing. Ya dia marah sekarang. Sangat marah, tapi kenapa? Kenapa harus marah? Bukankah ia tidak punya perasaan apapun terhadap Laura? Lalu kenapa dia tidak terima melihat Laura pergi dengan Bara? Atau dia cuma tidak rela melihat Laura bersama orang lain karna statusnya?
Raka memberengut frustari berbagai pertanyaan menyeruak memenuhi benaknya.
"Seharusnya kamu sadar kalau kamu itu tunanganku, kamu gak bisa seenaknya pergi dengan orang lain."
"Tapi kak Bara bukan orang lain, dia sepupumu."
"Ya kamu benar, tapi gak seharusnya kamu pergi berdua dengannya. Apa kata orang kalau sampai mereka melihat kamu jalan berdua dengan kak Bara?" Sebenarnya bukan perkataan orang yang Raka pedulikan, namun dia yang tidak rela melihatnya.
Laura mengangguk mengerti. Raka benar, bagaimana kalau sampai ada orang yang tau. Mereka pasti akan salah faham.
"Maaf Raka, aku gak kepikiran sampek kesitu. Aku hanya kesepian dan hanya kak Bara yang bisa menemaniku.""Lain kali pikirkan dulu sebelum kamu lakuin sesuatu."
Laura memilih bungkam, tidak ingin kembali menyulut kemarahan Raka.
"Kemana saja kamu bersama kak Bara?" Nada suara Raka sudah sedikit melunak.
"Kami pergi ke Dufan." Jawab Laura.
Apa? Ke Dufan? Pantas saja tadi Laura sangat terlihat bahagia. Membayangkan mereka tertawa bahagia membuat ubun-ubunya terasa panas.
"Sampai seharian penuh?"
Laura menggeleng, "Belum seharian, kami pulang sore, belum sampai malam. Kamu kan tau sendiri."
"Jadi kamu berharap bisa pulang sampai malam?"
Tidak. Bukan seperti itu. Astaga kenapa Raka malah salah faham. Ada apa sebenarnya dengan Raka? Apa tadi dia salah minum obat, kenapa harus marah-marah terus?
"Bukan begitu maksudku, aku dan kak Bara gak sampek seharian penuh kok jalan-jalannya. Salahmu sendiri kenapa ponselmu gak bisa dihubungi, giliran aku jalan sama kak Bara kamu malah marah-marah gak jelas." Tumpah sudah kekesalan Laura. Raka itu aneh, bukannya dia yang terkesan menghindar, lalu kenapa sekarang dia seakan tidak rela melihatnya jalan berdua dengan Bara?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny
RomanceLaura Adelia wanita berparas cantik yang harus rela dijadikan alat oleh sang ibu untuk mencapai tujuannya. Dia dijodohkan dengan Raka Aldrick Gunawan pewaris dari Gunawan Grup. Namun siapa sangka saat Laura pertama kali bertemu dengan Raka disaat it...