Part 7

8.9K 433 5
                                    

Happy Reading !!

Diam sambil memainkan ponsel. Itulah yang dilakukan Laura saat ini. Dia bingung harus mulai berbicara dari mana, padahal sebelum berangkat ia ingin bertanya siapa wanita yang kemarin Raka kejar. Tapi nyatanya saat ini dia hanya bisa diam. Raka sendiri juga sepertinya tidak ingin membahas kejadian kemarin, saat dirinya tiba-tiba meninggalkan Laura. Raka malah fokus dengan kemudinya, bahkan dia tidak melirik Laura sama sekali.

Laura yang kesal dengan sikap Raka menaruh ponselnya dengan sedikit kasar. Kenapa Raka malah diam saja? Apa dia tidak ingin menjelaskan siapa wanita itu? Tidak taukah Raka kalau saat ini dirinya merasa begitu kesal?

Laura mendesis, dia tidak boleh diam seperti ini, harusnya saat ini dia mencecar Raka dengan berbagai pertanyaan yang ada diotaknya. Tapi harus mulai darimana dia bertanya? Haruskah dirinya langsung bertanya siapa wanita yang bernama Aira itu?

Tidak. Itu malah membuatnya terkesan cemburu. Dia tidak ingin Raka menyangka dirinya seperti wanita pencemburu, apalagi hanya terhadap wanita seperti Aira. Lalu harus bagaimana?

Raka melirik Laura dari ekor matanya dia sadar Laura saat ini sedang kesal, bisa dilihat dari raut wajahnya yang tak bersahat. Ada apa dengan Laura? Sepertinya tadi sebelum berangkat Laura masih baik-baik saja. Apa dia melakukan kesalahan sampai membuat Laura kesal? Tapi apa? Seingat Raka dia sama sekali tidak melakukan apapun. Atau Laura kesal dengan kejadian kemarin, dimana dia memilih mengejar Aira dan meninggalkan Laura?

Ya Raka yakin, itu pasti penyebabnya. Apa perlu dirinya harus meminta maaf? Tidak ! Untuk apa harus minta maaf bukankah kalau memang Laura marah, itu bagus. Hubungannya dengan Laura akan semakin merenggang, lalu bisa saja Laura akan menghindar dari dirinya. Itu lebih bagus lagi, dia tidak perlu repot-repot menjauhi wanita itu karna pasti Laura yang akan menjauh.

Menjauh? Kenapa kata-kata itu membuat Raka seakan tidak rela. Kalau Laura menjauh artinya dia tidak akan bisa lagi melihat wajah cantik Laura. Wajah yang begitu mempesona dan terlihat semakin cantik ketika tersenyum. Oh tidak sepertinya ia mulai gila, inilah efek Laura selalu bisa membuat dirinya seakan kehilangan kendali. Ini tidak baik, ia harus berhenti memikirkan Laura.

"Raka kamu kenapa?" Tanya Laura ketika beberapa kali mendengar Raka menghela nafas panjang.

Raka berdeham kemudian menoleh. "Kenapa? Aku gak papa." Ujarnya berusaha sesantai mungkin.

"Kamu seperti sedang memikirkan sesuatu."

Raka melirik Laura sekilas, sekentara itukah gerik-geriknya sampai Laura bisa menebak dengan benar. "Enggak, aku gak lagi mikirin apa-apa."

"Raka, boleh aku tanya sesuatu?" Tanya Laura dengan ragu.

"Apa?"

Laura menggigit bibir bawahnya merasa ragu untuk bertanya. "Enggak jadi deh."

Sebelah alis Raka terangkat merasa aneh dengan sikap Laura.
"Kamu sebenarnya mau tanya apa?"

"Emhh..gak penting kok. Nanti aja kalau udah nyampek."

Ini bukan saat yang tepat untuk bertanya, apalagi Raka dalam keadaan mengemudi. Mungkin sebaiknya nanti saja setelah mereka sampai.

Tak mau ambil pusing Raka kembali fokus dengan kemudinya.

******

Laura dan Raka menjadi pusat perhatian ketika mereka sampai di salah satu pusat perbelanjaan, sepanjang perjalanan banyak orang yang sedang berbisik ketika melihat mereka berdua. Laura sendiri tak mau ambil pusing, dia dengan santainya berjalan disamping Raka.

"Kamu sebenarnya mau cari apa? Dari tadi kita muter-muter kamu gak capek?" Raka sudah lelah berjalan kesana kemari tanpa tujuan yang jelas, sedang Laura sepertinya dia juga belum tau apa yang akan dibelinya.

My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang