Part 17

7.7K 409 20
                                    

Setibanya di villa Raka mendudukkan Laura di sofa single yang ada diruang tamu. Ia kemudian bergegas mencari kotak P3K untuk mengobati lutut Laura.

Diruang tengah Raka berpapasan dengan Farah.

"Loh, Raka ada apa kok buru-buru?" Tanya Farah yang bingung melihat wajah khawatir Raka.

"Aku lagi cari obat merah tante." Jawab Raka.

Farah mengerutkan keningnya, meneliti Raka dari atas sampai bawah. "Obat merah? Memangnya siapa yang terluka? Tante liat kamu baik-baik saja."

Raka menggeleng pelan. "Bukan aku tante, Laura tadi jatuh di kebun teh. Lututnya terluka."

"Astaga, Laura jatuh? Ya sudah biar tante yang ambil obat merahnya." Setelah itu Farah bergegas pergi meninggalkan Raka.

Raka barbalik menghampiri Laura yang masih terus meringis kesakitan. Memang lukanya kecil tapi Laura akan bereaksi seperti itu jika mendapati tubuhnya terluka.

"Masih sakit?" Tanya Raka yang duduk disamping Laura.

Laura mengangguk, sedari tadi tangannya tidak bisa diam. Raka yang melihatnya jadi tidak tega.

"Sini biar aku yang kipasin." Raka mengambil sebuah buku yang tergeletak diatas meja entah milik siapa. Dengan sabar ia membantu Laura mengipas lututnya.

Tak lama setelah itu Farah datang dengan memegang kotak P3K.
"Ini nak obatnya." Farah duduk disamping Laura. "Kok bisa jatuh gini sih?" Tanyanya sambil memeriksa lutut Laura.

"Tadi aku gak tau kalau jalannya licin tan. Jatuh deh jadinya." Jawab Laura.

Laura melihat Raka yang menuangkan antiseptik diatas kapas. Ia meringis sudah pasti lututnya akan terasa lebih perih jika cairan itu ditempel dilukanya.

"Pelan-pelan yah..." pinta Laura.

Raka mengobatinya dengan sangat lembut, berusaha sebisa mungkin tidak membuat Laura kesakitan.

Hati Laura menghangat hari ini Raka berbeda, sikapnya yang begitu lembut membuat dia tidak bisa menahan senyumannya. Bolehkah dia berharap Raka akan bersikap seperti ini seterusnya?

****

Malam harinya Farah dan Fabian sedang ada diruang tengah sambil memakan kripik kentang yang ada dipangkuan mereka.

Laura yang saat itu sedang mencari Raka menghampiri mereka berdua.
"Tante, liat Raka gak?"

Farah mendongak kemudian melirik Fabian, "Enggak nak, tante belum liat Raka mungkin dia masih ada dikamarnya."

"Raka lagi berenang, tuh dibelakang." Fabian menjawab dengan pandangan lurus ke arah televisi.

"Berenang?" Tanya Laura sekali lagi.

Detik itu Fabian mengalihkan pandangannya, fokusnya saat ini ke arah Laura.
"Iya tadi aku liat dia lagi berenang."

Laura tersenyum tipis. "Ya udah kalau gitu aku kesana dulu."

Tanpa menunggu jawaban dari Fabian Laura melenggang pergi begitu saja.

Kaki jenjangnya berhenti melangkah ketika melihat Raka yang sedang berenang dengan bertelanjang dada.

Laura terpana. Melihat tubuh Raka yang begitu sempurna, ditambah dengan rambutnya yang basah membuatnya terlihat sangat tampan.

Senyum lebar terpatri diwajahnya, dia ingin bergabung bersama Raka. Dia tidak lagi peduli dengan luka dilututnya, persetan dengan itu, toh lututnya hanya terluka sedikit. Dengan langkah lebar Laura melangkah menuju kamarnya untuk berganti baju.

My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang