Part 16

7.8K 394 8
                                    

Matahari mulai mengintip malu lewat jendela kamar, membuat sinarnya mengganggu tidur lelap gadis yang saat ini sedang bergelung nyaman dengan selimut tebalnya.

Laura mengerjapkan mata, merasa harus secepatnya bangun. Kedua manik matanya menyipit, ia mendesah pelan ketika menyadari hari sudah pagi. Dengan melangkah pelan ia menyibak gorden kamarnya, seketika udara pagi yang begitu segar menerpa kulit wajahnya.

Laura tersenyum lebar, tak ingin menyia-nyiakan waktu ia berdiri di balkon kamar dengan merentangkan kedua tangannya, tak peduli dengan keadaannya yang masih mengenakan baju tidur tipis.

Laura sungguh sangat menikmati udara di tempat ini, begitu menyejukkan. Rasanya ia akan betah tinggal disini apalagi dengan pemandangannya yang begitu indah.

Merasa sudah cukup, Laura beregas membersihkan diri. Tidak sampai satu jam dia sudah mengenakan pakaian santainya, tidak lupa dengan sapuan make up tipis yang membuatnya semakin cantik.

Setelah sampai diruang makan, ternyata semua orang sudah berkumpul. Berbagai makanan juga sudah tertata rapi diatas meja.

"Sudah bangun nak, ayo kita sarapan." Ujar Anna.

"Iya tante..."

Laura mendudukkan dirinya disamping Raka karna hanya tempat itu yang tersisa.

Laura menoleh memandang Raka yang pagi ini terlihat begitu segar.
"Kamu mau aku ambilin nasi?"

"Enggak usah biar aku ambil sendiri."

"Enggak papa Raka, biar aku yang ambilin." Laura mengambil piring Raka.

Anna yang melihat semua itu merasa begitu senang, tidak salah dia memilih Laura menjadi pendamping Raka. Laura terlihat sangat mempedulikan putranya.

Sedang Bara dia hanya bisa menyaksikan semua itu dengan tersenyum hambar. Laura sepertinya begitu mencintai Raka, terlihat dari tatapan matanya. Mungkin dia memang harus membuang jauh-jauh perasaannya untuk Laura. Tapi, apakah dia mampu?

"Ciee...ehem...enak ya nasi aja diambilin. Laura, aku juga mau dong." Fabian menaik turunkan kedua alisnya.

Farah mencubit pelan lengan Fabian, "Jangan menggoda Laura. Sini biar mama aja yang ambilin."

"Astaga mama Bian kan cuma bercanda." Sahut Fabian sambil mengelus lengannya yang terasa sakit.

Dan sarapan mereka diwarnai dengan canda tawa. Sesekali Fabian akan kembali menggoda Raka dan Laura.

****

"Kamu mau kemana Laura?"

Laura tersentak kaget karna keberadaan Bara yang tiba-tiba sudah ada dihadapannya.
"Astaga, kak Bara ngagetin aku."

Bara berjongkok karna saat ini Laura sedang duduk dilantai sambil mengikat tali sepatunya. Ia tersenyum lembut, "Maaf kalau aku ngagetin kamu."

"Gak papa kok kak, kak Bara sendiri mau kemana? Kalau aku mau nyusul Raka ke kebun teh." Jawab Laura sambil mengikat simpul tali sepatunya.

Bara mengerutkan kening.
"Loh, jadi Raka pergi kesana sendirian? Aku kira tadi dia mau ngajak kamu."

Tadi Raka memang akan pergi, Bara fikir Laura ikut bersamanya.

Bara berdecak kesal, kenapa Raka seakan tidak peduli dengan keberadaan Laura?
"Kalau gitu gimana kalau kita ke kebun tehnya bareng aja, kebetulan aku juga mau kesana."

Itu tidak benar. Bara sedang tidak ingin pergi kemana-mana tapi dia tidak tega kalau harus membiarkan Laura pergi ke kebun teh sendirian.

"Boleh juga kak." Jawab Laura sambil berdiri.

My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang