Kami makan dalam diam. Hayi menikmati sarapannya dan aku menikmati sarapanku. Kau tahu? Aku masih terkejut dengan kelakuannya tadi. Aku, aku...aku tak percaya gadis itu bisa argh bagaimana aku mengatakannya?
Hah.
"Aku sudah selesai." suara manisnya membuatku tersadar jika mataku terus mengamatinya. Aku mengerjap lalu melihat makananku lagi. Masih separuh.
"Enak." ujarku lalu memandangnya.
Hayi tersenyum senang, "Eum, Jaewon-ssi hari ini libur tidak?"
Aku mengangguk, "Kenapa?"
"Eh, kita kan sudah menikah. Kau tahu kan memasak itu harus ada bahannya dan yah Jaewon-ssi itu kepala keluarga jadi...belanjakan aku bahan-bahan untuk membuat makanan."
WOAH. Benar-benar Hayi benar-benar membuatku senam jantung. Tadi suaranya begitu gugup dan bingung namun nadanya berubah menjadi perintah begitu saja. WOAH.
Aku membulatkan mulutku sambil mengangguk.
"Kau mau belanja bersama hari ini kan?" tanyaku memastikan lalu Hayi mengangguk-angguk senang. Gadis itu seperti anak kecil. Apakah aku menikah dan langsung mempunyai anak? Atau aku sedang menikahi anakku sendiri? Hahaha.
Setelah kami bersiap sekitar satu jam akhirnya kami berangkat ke tempat perbelanjaan yang besar.
"Loh? Kita gak ke pasar?" suara Hayi terkejut saat mobilku memasuki area parkir pusat perbelanjaan itu.
Aku menoleh, "Katanya mau belanja."
"Kan mau beli bahan-bahan masakan. Kenapa gak ke pasar aja lebih hemat dan lebih segar." Aku melongo mendengar ucapannya.
"Ah iya, rumah kita kosong. Kita beli perabotan sekalian saja disini. Ke pasarnya nanti saja." Hayi terdiam lalu mengangguk mengerti.
"Gak papa kan belanja disini?" sekali lagi kupastikan saat kami akan turun dari mobil. Hayi tersenyum lalu mengangguk.
Argh! Kenapa selalu tersenyum begitu sih?
Wajah bonekanya yang tak peduli akan berubah drastis saat tersenyum seperti itu. Itu membuatku gila!
Aku tak mungkin menyukainya kan?
Ah ya... mungkin saja aku menyukainya. Maksudku, aku menyukainya sebagai orang yang aku baru kenal. Iya kan?
***
Kami berjalan bersama memutari pusat perbelanjaan yang luas ini dengan keranjang dorong di tangan masing-masing. Milik Hayi berisi bahan makanan untuk satu bulan ini lalu milikku berisi perabotan rumah. Hampir semua perabotan rumah yang Hayi ingin seperti sandal rumah, selimut, jam dinding, karpet, dan sebagainya bergambar disney karakter.
Satu hal lagi yang kutahu dari gadis kekanakan ini. Dia menyukai disney dan kartun.
Woah, berbeda sekali denganku.
Berbelanja seperti ini bukan membuatku merasa seperti pasangan tetapi seperti kakak yang membawa adiknya berbelanja banyak.
"Hayi!" tiba-tiba seorang gadis berambut hitam panjang memanggil gadis itu.
Kulihat Hayi membulatkan matanya, gadis itu langsung memeluk Hayi dengan senang.
"Yah! Kau kemana saja? Setiap reuni tak pernah datang. Kudengar kau melanjutkan kuliah di Dongguk yah setelah lulus dari SOPA?" kudengar gadis itu bertanya penasaran
Hayi mengangguk, "Kenapa kau tambah tinggi sih?" pertanyaan gadis itu membuaku tertawa. Aku benar-benar tak menyangka Hayi akan mengatakan itu setelah bertemu dengan teman lamanya. Memang sih gadis cantik itu melikit tinggi badan yang sangat lebih tinggi dari Hayiku.
Eh tadi apa yang kubilang? Gadis cantik kan? Eh? Hayiku?!
"Kau kesini sama siapa Jisoo eonni?" tanya Hayi lalu berjalan bersama gadis itu. Apa dia melupakan suaminya yang sedang mendorong belanja sebanyak ini hah?
"Aku dengan Minhyuk oppa. Pacar baru hehehe." gadis itu berbisik cukup keras yang membuatku mendengus. Dasar cewek.
"Kau?" pertanyaan gadis bernama Jisoo itu membuatku diam. Aku ingin mendengar apa jawaban Hayi.
Hayi terdiam. Mereka masih berjalan tetapi Hayi belum menjawab pertanyaan Jisoo.
"Dengan lelaki itu?" tiba-tiba mereka berdua menoleh ke arahku membuatku membeku.
Hayi menatapku bingung. Apa...
"Iya aku dengan Jaewon oppa. Dia..."
OPPA....Kenapa mendengar kata oppa dibelakang namaku membuatku merinding. Bukan, bukannya aku tak pernah dipanggil oppa oleh seorang gadis. Banyak ratusan bahkan ribuan gadis cantik yang meneriakiku oppa. Untuk ini akan kujelaskan nanti hahaha
Tapi, mendengar oppa dari bibir Hayi. Itu berbeda.
"JISOO!" suara berat yang berteriak dari sebrang sana membuat kami menoleh bersama. Kulihat seorang laki-laki tampan melambai pada gadis bernama Jisoo itu.
"Ah aku pergi dulu Hayi-ah! Minhyuk oppa sudah selesai disana. Oiya, aku akan mengirimkan ID kakaoku di facebookmu! Kau berhutang sesuatu padaku!" gadis itu terus berbicara sambil berjalan menjauh membuat Hayi tersenyum sendiri melihatnya.
"Ne! Ne eonni!!" seru Hayi sebelum Jisoo berbalik lalu berlari kecil mendekati kekasihnya.
"Hayi-ssi." aku menepuk pundak gadis itu pelan.
Hayi menoleh, "Sepertinya sudah cukup. Ayo kita pulang. Ada yang ingin kubicarakan." dengan itu dia kembali berjalan membuatku mengikutinya.
Bicara apa? Aku tidak tahu. Pernikahan kami? Mungkin...
***
Sesampainya dirumah kami mulai menata belanjaan tadi.
"Aku akan menata dapur. Eum, Jaewon-ssi...tolong cuci semua yang berbahan kain tadi yah."
"Hah?" tanyaku bingung. Hayi berjalan kearahku yang sedang membuka plastik berisi selimut dan kawan-kawannya.
"Seperti selimut, sandal kain, lalu ini itu ini tolong dicuci dulu. Kau tahu kan ini masih kotor?" aku menangguk mematuhinya.
Jujur saja, aku memang anak yang patuh pada orang tuaku. Tapi, aku tak pernah mau diatur dan disuruh oleh seorang gadis. Apalagi gadis yang belum pernah aku temui sebelumnya.
"Jaewon-ssi?" lagi-lagi aku terkejut dengan suaranya yang mulai meninggi.
"Siap bos!"
"Nah! Anak pintar!" gadis itu mencubit pipi tirusku senang lalu berbalik ke dapur.
Apa Lee Hayi bipolar? Kepribadian ganda?
Kenapa dia bisa berubah dengan cepat? Aku belum siap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Not Dating
Fanfiction❝MENIKAH?! Bagaimana mungkin aku akan menikah jika pacaran saja aku tidak pernah.❞ -ONE- ❝Eomma memang pernah mengatakan aku harus menikah muda, tapi tapi kupikir itu hanya gurauan belaka hingga pernyataan eomma benar-benar menamparku. Aku bahkan ta...