Sooooo....ini sudah 2 minggu aku menikah dengan Jung Jaewon. Sekarang kami sedang makan malam bersama kedua orang tuaku dan kedua orang tua Jaewon. Kami makan di rumah kami. Ya, aku yang memasakan semuanya--tanpa bantuan siapapun. Termasuk sang suami yang sedang menjawab pertanyaan-pertanyaan keempat orang tua yang aku sayangi itu.
"Hayi-ah sudah ayo duduk." suara ibu mertuaku meamnggil saat aku telah selesai menuangkan air minum dimasing-masing gelas. Apa ini tugas istri menyiapkan semuanya? Wow. Ini baru mkan malam pertama loh.
"Sebelumnya mari kita berdo'a lebih dahulu. Ayo Jaewon-ah pimpin do'a." kali ini suara berat ayahku sembari menatap Jaewon yang duduk disampingku. Jaewon mengangguk.
"Mari berdo'a." pimpin Jaewon lalu kami semua menunduk untuk berdo'a.
"Aamiin." selesainya.
Aku menyendokkan nasi untuk Jaewon terlebih dahulu baru untuk ayah, ayah mertua, ibu, ibu mertua. Entah kenapa tapi mereka semua melihatku dengan senyuman yang tak bisa kuartikan terkecuali Jaewon.
Sumpah demi kami tidak bertengkar. Hanya saja memang aku dan dia yah berjalan biasa saja. Tidak ada romantisme--menurutku. Aku menyiapkan sarapan sambil menyiapkan bekal makan siang yang bersyukur selalu habis dan menyiapkan makan malam lalu kami tidur seperti biasa. Hanya bersebelahan lalu tidur.
Jaewon memang terlihat sibuk. Apa dia tidak ambil cuti kerja setelah menikah? Bukan. Bukan maksudku apa-apa tapi dia terlihat cukup lelah. Berangkat pagi pulang agak malam dengan tumpukan kertas yang semakin menggunung di meja kerjanya. Aku tahu itu karena aku membereskan ruangan kerja bernuansa coklat hitam itu. Beberapa kali aku belajar disana.
"Jadi apa kabarmu sayang?" suara ibuku membuatku memandang wanita setengah baya itu. Ibu terlihat semakin cerah setelah aku menikah dan yah karena Ayah menjadi lebih sehat tentunya. Pernikahanku adalah impian ayah setelah divonis penyakit jantung. Ayah selalu khawatir jika dia tak sempat melihatku berjalan di altar pernikahan dan itulah yang membuat kondisi fisik ayah semakin menurun hingga suatu hari ayah menyuruhku menikah dengan anak sahabat dekat sekaligus kolega ayah yang juga menginginkan anaknya menikah cepat. Mereka sudah memikirkan pernikahan kami selama satu bulan penuh tanpa kami ketahui dan BAM kemudian kami diberitahu untuk menikah dalam satu minggu kedepan. Awalnya aku memang menentang keras. HELLOW aku masih kuliah please dan sudah di semester akhir ini.
Sebenarnya aku ingin lanjut S2 dulu baru memikirkan menikah dan kalian tahu kan aku sama sekali tidak pernah pacaran hiks.
"Baik-baik aja eomma." aku tersenyum manis meyakinkan mereka. Karena aku memang baik-baik saja.
"Oiya bagaimana dengan bulan madu? Eomma dengar Jaewon sibuk dengan perusahaan?" ibu mertuaku menatap Jaewon dengan pandangan kesal seolah-olah tidak memperhatikan masalah bulan madu.
Oh tidak. Kami bahkan tidak pernah mengobrol banyak. Aku sibuk dengan tugas kuliahku sendiri dan juga si tengik Hanbin yang terus menerus mendekatiku. Benar. Dia terus ke kelasku dengan alasan kerja kelompok padahal sudah ada jadwal kumpul sendiri. Bahkan dia membawa Bobby dan Vernon yang juga sering menggodaku. Menyebalkan. Dengan lancangnya mereka memintaku membuatkan masakan sambil berpura-pura bertingkah imut. Jimin juga sama menyebalkannya. Oh iya aku belum memberitahu dia bahwa aku sudah menikah. Bukannya tak ingin tapi belum sempat karena ada tiga orang menyebalkan itu yang terus menempel pada kami berempat--aku, Jimin, Kevin dan Seungyoon.
"Ah jeosonghamnida tapi perusahaan benar-benar sedang banyak yang harus kutangani tapi aku berjanji akan mengajak Hayi bulan madu ayah...ibu..." Jaewon menatap kami semua dengan wajah penuh salah. Aku menggenggam punggung tangannya--REFLEKS!!!

KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Not Dating
Hayran Kurgu❝MENIKAH?! Bagaimana mungkin aku akan menikah jika pacaran saja aku tidak pernah.❞ -ONE- ❝Eomma memang pernah mengatakan aku harus menikah muda, tapi tapi kupikir itu hanya gurauan belaka hingga pernyataan eomma benar-benar menamparku. Aku bahkan ta...