Setelah memberikan kejutan dan menjelaskan segalanya pada Jimin akhirnya kedua gadis tembam itu kembali bersama. Bahkan keduanya membicarakan Jung Jaewon layaknya gadis-gadis remaja yang sedang membicarakan gebetan mereka.
Hubungan pernikahan mereka hampir mendekati bulan keempat. Mereka semakin dekat walaupun sama-sama sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Perusahaan yang dipimpin Jaewon semakin maju dengan semakin semangatnya pemuda tampan itu sedangkan Hayi sibuk membuat skripsi dan bolak-balik ke dosen bimbingan.
"Aku pulang~" seru Jaewon memasuki rumah mereka. Pemuda itu celingukan tak mendapati sambutan hangat dari istrinya.
"Kemana Hayi?" gumamnya heran. Dia melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 08.30 PM.
"Hayi-ah!"
"Yeobo!"
"Kamu dimana?"
Jaewon mencari keberadaan gadis itu disetiap ruangan. Dia mendesah lega mendapati gadis itu duduk tertidur di ruang kantornya. Perlahan Jaewon mendekati Hayi dan merapikan rambut Hayi yang sudah berwarna hitam.
Jaewon mengambil beberapa makalah yang ada di meja lalu pemuda itu terkejut melihat catatan yang tertera disana.
12 Agustus. Keep Calm! Cuma sidang skripsi! Pasti lulus! ^^
Matanya bergantian memandangi notes yang dipegangnya dan sosok Hayi yang masih lelap dalam tidurnya.
"Besok kamu sidang?" bisiknya pelan ditelinga Hayi. Gadis itu mengkerutkan keningnya lalu merubah posisi kepalanya.
"Ayo tidur yang nyaman!" ujar Jaewon lalu mengangkat Hayi lalu berjalan kearah kamar mereka di lantai dua.
"Kaya bawa anak kecil." Gumamnya sendiri sambil memandangi wajah Hayi yang sangat polos saat tertidur.
***
KUKURUYUUUK KUKURUYUUUK
JAEWON'S WIFE BANGUN!
KUKURUYUUUK KUKURUYUUUK
HARI INI SIDANG SKRIPSI ISTRINYA JAEWON
KUKURUYUUUK
Alarm dari ponsel Hayi terus bordering namun gadis itu masih terlelap sambil memeluk sang suami yang perlahan membuka matanya. Jaewon meraba-raba meja tidur yang ada disebelahnya dan mematikan alarm dari ponsel Hayi.
Perlahan Jaewon memindahkan tangan Hayi yang memeluknya erat dan mengganti tubuhnya dengan guling. Jaewon tersenyum menatap sang istri yang terlihat kelelahan hingga tak mendengar alarm yang dia setel sendiri. Jaewon tertawa pelan mengingat apa yang ia dengar tadi. Dia tidak tahu Hayi menyetel alarm dengan suaranya sendiri dan kokokan ayam. Apalagi kata-kata yang yang gadis itu rekam.
"Jaewon's wife? Istrinya Jaewon?" kikiknya lalu keluar kamar menuju dapur.
Pemuda tampan itu 'keteteran' dengan apa yang ia masak saat ini. Sebenarnya Jaewon bisa memasak walaupun hanya beberapa jenis makanan sederhana tetapi semenjak menikah dengan Hayi dia menjadi buta dapur. Apalagi ada saja inovasi makanan yang dibuat istri mungilnya itu.
Jaewon tersenyum senang dan bangga melihat hasil karyanya sudah tersaji di meja makan. Satu set menu lengkap dari Galbi, Kongnamul Bab, Spicy Seafood Salad, Oi Naengguk, dan Moo Saengchae sudah siap disantap. Terakhir pemuda itu menyelipkan secarik kertas dibawah piring untuk Hayi.
"Apa yang kamu lakukan?" suara serak milik Hayi membuat Jaewon terlonjak.
"Kamjakiya!" kagetnya sambil mengelus dada. Hayi mendesis melihat tingkah suaminya itu.
"Kamu udah bangun?" tanya Jaewon yang dibalas dengan lirikan kesal.
"Ini liatnya apa sayang~" jawab Hayi penuh penekanan dan itu membuat Jaewon tersenyum senang.
"Eh? Kamu masak?" mata Hayi langsung membuka lebar menyadari bau makanan yang membuatnya bangun.
Jaewon meringis dan mengangguk.
"Lah kok masak? Ada apa nih?" Hayi memandang Jaewon penuh selidik.
"Karena kamu mau sidang skripsi hari ini jadi harus makan yang bergizi!" Jaewon menarik Hayi agar duduk di kursinya.
Hayi menggigit bibir bawahnya untuk menahan senyum yang mulai mengembang. Matanya menangkap secarik kertas berwarna pink—warna kesukaannya—dibawah piring yang hendak ia balik.
Hayi menatap punggung Jaewon yang berjalan kearah dapur untuk mengambil buah yang sudah ia potong-potong.
Dear Lee Hayi,
My one and only wife.
Hai...hehe
Kok gak bilang sih mau sidang skripsi? Jangan bilang karena aku sibuk dan kamu sibuk. Aku selalu ada waktu buat kamu, istriku.
Emang gak ada obrolan yang mendalam sih kalau kita udah berdua tapi serius Hay. Aku ingin kamu tahu kalau aku berusaha menjadi suami, keluarga, teman, kakak, dan laki-laki yang pantas untukmu.
Kita emang sama-sama gak pernah pacaran dan itu membuat aku lega bahwa aku yang pertama untuk kamu dan juga sebaliknya. Kamu yang pertama buat aku.
Hayi-ah...
Yeobo...
Istriku yang cantik jelita walaupun kalau bangun banyak beleknya... bercanda sayang.
Semangat sidangnya yah! Aku tahu kamu pasti PASS!
Enjoy aja. Suamimu ini akan menjadi orang pertama yang kamu temui saat keluar dari ruangan itu.
Love you :*
-Jung Jaewon-
p.s : aku memang tidak pandai dalam memasak tapi aku akan selalu belajar untukmu sayangku~ kalau enak ya syukur kalau gak enak bagiin aja ke temen-temenmu hahahaha jk *peace*
Hayi melipat kertas itu dengan senyum mengembang lalu membantu Jaewon menata piring yang berisi buah tersebut.
"Yeobo!" panggil gadis itu lalu saat Jaewon menoleh Hayi mencium bibir suaminya. Durasinya tidak bisa dikatakan cepat tapi juga tidak bisa dikatakan lama. Perlahan Jaewon membalas ciuman Hayi. Mereka berdua menikmati ciuman mereka untuk pertama kalinya. Tidak juga sih. Berarti ini sudah keberapa? Kedua kalinya. Hahahaha iya. Setelah ciuman pertama di altar penikahan itu mereka tidak pernah berkontak fisik melebihi pelukan atau belaian sayang. Beberapa kali Jaewon mencari kesempatan atau memberi kode tetapi gagal dan ini....Hayi yang memulainya.
Ciuman mereka berhenti karena Hayi kehabisan nafas. Pipinya yang bulat merah padam begitu juga dengan pipi pemuda tampan itu.
Jaewon menangkup wajah Hayi dengan kedua telapak tangannya.
"Saranghae..." ucapnya manis
"Nado saranghae..." jawab Hayi tak kalah manis.
***
MAU NANGIS AH GILAAAAAAAAAAAAAA
DEG DEGAN BIKIN INI T-----T
GIMANA GIMANA UDAH PADA GAK SABAR PUNYA PONAKAN UNYU GAK? MUMPUNG HAYI MAU SIDANG SKRIPSI NIH....BENTAR LAGI GRADUATE LOOOH
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Not Dating
Fanfiction❝MENIKAH?! Bagaimana mungkin aku akan menikah jika pacaran saja aku tidak pernah.❞ -ONE- ❝Eomma memang pernah mengatakan aku harus menikah muda, tapi tapi kupikir itu hanya gurauan belaka hingga pernyataan eomma benar-benar menamparku. Aku bahkan ta...