25

2.5K 151 2
                                    

"Iya. Iya pak. Nanti Selasa saya sudah di kantor."

"..."

"Ah ya? Besok sekretaris saya bisa datang ke kantor bapak?"

"..."

"Iya pak. Aduh saya yang sangat berterima kasih ini pak."

"..."

"Iya pak. Terima kasih. Sampai berjumpa nanti pak."

"..."

"Ne."

Aku menutup ponselku dan mencari keberadaan Hayi yang sepertinya ngambek tadi. Maafkan aku sayang karena beberapa pekerjaan memang tidak bisa di handle oleh sekretarisku. Aku terus menyusuri pantai Kuta yang sudah mulai gelap karena matahari baru saja terbenam tadi. Eh? Tapi kok Hayi gak ketemu-ketemu yah? Kemana istriku itu?

Sudah hampir lima belas menit aku mencari Hayi kemana-mana.

Hampir saja aku meneriaki namanya saat mataku menangkap sosok mungilnya sedang duduk di café dengan seorang pemuda tampan, tinggi, mancung, mata sipit...hm seperti orang korea.

Aku berjalan mendekati mereka. Hayi tertawa renyah bersama dengan pemuda itu. Matanya memancarkan sinar yang tak pernah kulihat. Ada rasa senang tak terkira dari pandangannya. Bukan hanya Hayi tetapi pemuda itu juga. Apa yang kulewatkan?

Apa Hayi begitu cepat jatuh cinta pada pria tampan? Haish, dia memang bon cabe. Kecil-kecil tetapi menarik setiap orang dan membuat mereka ketagihan.

Aku berdeham tepat saat aku berdiri disamping mereka. Hayi dan pemuda itu mendongak menatapku.

"Eh? Udah selese telfonnya?" tanya Hayi dengan tatapan polos. Kecemburuanku lenyap seketika melihat wajahnya.

Aku mengangguk kecil, Hayi menepuk kursi disampingnya yang kosong untuk aku duduki.

"Kenalin ini Nam Joohyuk, kakak kelasku waktu di SMA." Hayi tersenyum manis menatap Joohyuk

"Anyeonghaseyo. Nam Joohyuk imnida." Joohyuk berdiri dan membungkuk kecil padaku yang membuatku berdiri kembali dan membalas 'bow'-nya.

"Jung Jaewon imnida." Balasnya lalu mereka berdua duduk.

"Jadi ini suamimu? Wah. Seleramu sudah berubah rupanya." Joohyuk tertawa renyah diikuti Hayi. Aku menatap keduanya bingung. Selera? Memang aku serendah itu?? Eh? Suami? Jadi Hayi sekarang sudah terbuka dengan hubungan kami?

"Maaf hyung. Bukan maksud apa-apa dengan selera-selera itu." Joohyuk menghentikan tawanya dan menatapku penuh penyesalan. Apa wajahku terlalu kentara?

"Dulu Hayi suka sekali dengan laki-laki kutu buku. Dia selalu bercerita bahwa lelaki dengan kacamata tebal, buku tebal akan sangat keren karena bisa mengajarinya belajar dengan rajin."

"Tapi sayangnya dia stuck dengan cowok kece sepertiku yang otaknya jauh lebih encer dari yang kacamatanya tebal."

PLUK!

Hayi melempar sendok yang ada digelasnya pada Joohyuk. Pemuda itu menatap Hayi mengejek.

"Ngomong aja terus." Desisnya yang dibalas tawa Joohyuk lalu mengacak rambut Hayi gemas.

"Kangen kaya gini sama kamu." Dia menatap Hayi sendu. Aku menelan ludah.

Menikahi Hayi ternyata tidak semudah yang ku rencanakan.

***

Jaewon terus terdiam membuat Hayi merinding sendiri. Semenjak kejadian mabok beberapa bulan lalu Jaewon tak pernah diam jika hanya berdua dengannya. Ada saja tingkah laku Jaewon setiap saat. Dan ini sangat asing bagi Hayi.

Marriage Not DatingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang