Mataku turun dari wajah Hayi yang terkejut pada genggaman tanganku di tangannya. Aku meraba telapak tangan itu lalu kuangkat kedua tangan Hayi.
"Apa sih?" tanya gadis itu kebingungan
"Cincin mana cincin?" aku menatapnya dengan penuh selidik. Iya. Alisku terangkat dan dahiku mengkerut.
Hayi menyengir sapi membuat kerutan didahiku menghilang sendiri, "Karena aku menyembunyikan pernikahan kita jadi cincinnya aku jadikan bandul kalung."
"Ini." Hayi mengeluarkan kalung yang tertutupi kaos putihnya.
Aku mendesah lega, "Lah cincinmu mana?" sekarang dia yang bertanya dengan nada penuh selidik.
Aku tersenyum bangga lalu mengangkat tangan kananku, "Ini." Jariku kugoyang-goyangkan.
"Cih. Mana?! Jangan bilang—" Hayi memegang tanganku dan merabanya kasar lalu dia menatapku tajam.
"Lah mana cincinnya?!" pekikku saat aku baru menyadari bahwa taka da benda berwarna silver yang harusnya tersemat di jari manisku.
"Yah! Jung Jaewon!!!" pekik istriku itu dengan oktaf yang semakin naik.
***
Hanbin menyipitkan matanya saat benda yang terpantul sinar itu menghalangi pandangannya dari spion tengah.
"Apaan sih?" gumamnya sambil menepikan mobilnya.
"Hah? Cincin siapa nih?" pemuda tampan itu mengambil benda bulat berwarna silver yang tergeletak di jok belakang mobilnya.
"JH?"
"Apa punya Hayi? Tapi ini kebesaran hem?"
"Punya Jaewon-ssi?"
Mendesah pelan Hanbin mengeluarkan ponselnya dan men-dial nomor milik gadis yang masih membuatnya berdebar itu.
"Yoboseyo?"
"Ah oh yoboseyo Hayi-ah."
"Ada apa Hanbin-ah? Apa sesuatu yang ketinggalan?"
"Aniya. Hanya saja ada cincin di jok belakangku. Inisial JH apa itu milik Jaewon-ssi?"
"Bentar-bentar...YAH JUNG JAEWON! YEOBO!! CINCINNYA ADA DI MOBIL HANBIN!!" Hanbin menjauhkan ponselnya dari telinga saat mendengar teriakan di seberang sana.
"Hanbin-ah hehe itu punya Jaewon oppa hehe. Kita nanti ke rumahmu oke."
"Oh? Gak usah. Aku belum jauh dari daerahmu. Aku balik lagi aja sebentar."
"Hah? Beneran? Duh jadi ngerepotin banget."
"Gapapa. Yaudah ini mau jalan yah."
"Makasih banget loh Bin."
"Gausah sok manis lah."
"Heheheheheheheh."
"Hati-hati dijalan..."
"Yeee."
Huft.
Hanbin mendesah berat, "Masih pagi juga~"
***
Teng tong!
Hayi langsung berlari ke pintu depan. Hanbin berdiri disana. Masih dengan pakaian yang tadi, tersenyum sambil melambaikan tangan menyambut Hayi yang disusul Jaewon dibelakangnya.
"Ayo masuk." Ajak Hayi
"Eh ga usah. Ini cincinnya." Hanbin menyerahkan cincin itu pada Hayi
"Masuk dulu sih Bin." Sekarang Jaewon yang bersuara
Hanbin menggeleng, "Aku langsung pulang aja."
"Eh beneran?"
"Duh ngerepotin banget kita."
"Gapapa. Lain kali lebih hati-hati ya Jaewon-ssi. Ini kan sangat berharga." Hanbin berdeham.
"Panggil Hyung aja kali Bin. Makasih banyak loh hehehe."
"Ah ye hyung~"
Hayi tersenyum kecil melihat kedua pemuda tampan yang terlihat sangat awkward itu.
"Cham. Ayo masuk aja!" kali ini Hayi menggenggam pergelangan tangan Hanbin.
"Eh gak usah-gak usah. Aku pulang dulu. Bye Hayi-ah. Bye h..hyung!" Hanbin melepaskan tangan Hayi dan berjalan pergi secepat mungkin.
"Kenapa tuh anak?" gumam Hayi heran melihat mobil Hanbin melejat cepat.
"Lah yang harusnya tanya kaya gitu aku kali. Ngapain kamu pegang-pegang dia?" Hayi menoleh pada Jaewon yang berwajah kecut.
"Sini jarinya!" Hayi menarik jemari Jaewon dan memasukkan cincin itu di jemarinya lalu gadis itu mencoba melepas kalung yang berbandul cincin pernikahannya itu.
"Ck. Kalau susah bilang kek. Balik badan." Komentar Jaewon yang membuat Hayi manyun.
Jaewon membalikkan badan mungil Hayi lalu menyibak rambut Hayi dan dengan lembut dia melepas kalung silver itu. Jaewon sendiri tersenyum lebar sambil mencium rambut milik istrinya. Sebelum Hayi sempat berbalik pemuda tampan itu langsung memeluk Hayi dari belakang dan membawanya kedalam rumah. Tidak lupa menutup pintu dengan kakinya.
BRAK
Pintu tertutup dan Hayi meronta.
"Yah! Yah! Lepaskan!!" teriaknya menahan tawa.
"Aku takkan melepaskanmu istriku!"
"Yah Jung Jaewon ini geli!"
"Aku suka ini Hayi-ah. Kamu pelukable. Wangi lagi. Bikin ketagihan" Lagi-lagi Jaewon menciumi rambut Hayi dalam membuat gadis itu mengumpat dalam hati.
Jaewon melempar dirinya ke sofa yang membuat Hayi terduduk di pangkuannya.
Kedua tangan Jaewon masih melingkar erat di perut Hayi.
"Terima kasih sudah mau menikah denganku Hayi-ah~ Aku mulai mencintaimu~" bisik pemuda itu lembut dan tulus.
Itu benar-benar membuat Hayi membeku.
'Cinta?'
***
kukasih sedikit percikan kemesraan nih hahaha
kurang?
tunggu malem minggu yaw...[ga janji-ga janji]
btw cian ah sama hanbin...tapi ya mau gimana lagi jaewon emang clumsy sih ya. hemz makanya dia harus nikah..sama Hayi HAAHAHAHAHA
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Not Dating
Fanfiction❝MENIKAH?! Bagaimana mungkin aku akan menikah jika pacaran saja aku tidak pernah.❞ -ONE- ❝Eomma memang pernah mengatakan aku harus menikah muda, tapi tapi kupikir itu hanya gurauan belaka hingga pernyataan eomma benar-benar menamparku. Aku bahkan ta...