6

3.8K 216 41
                                    

Sepi. Hayi dan Jaewon sibuk dengan makanan masing-masing padahal mereka berdua saling lirik untuk melihat paras pasangannya pagi ini.

Jaewon memakai setelan jas abu-abu dan dasi warna hitam. Rambutnya ia klimiskan dan belah menjadi dua. Jika bukan Jung Jaewon maka Hayi ingin sekali mengacak-acak rambut yang sudah rapi itu, tapi mau bagaimana lagi...suaminya terlihat tampan dengan gaya apapun.

"Sorry  ya gak bisa nganter ke kampus. Aku harus di kantor jam 8." suara Jaewon memecah keheningan membuat Hayi terbatuk pelan.

"Eh? Gak papa. Aku biasa naik bus kok." Hayi mencoba tersenyum untuk menutupi wajah terkejutnya.

Kepala pemuda itu mengangguk-angguk mengerti lalu keheningan kembali menyelimuti.

Hayi yang sudah selesai langsung membereskan meja makan dan mengambil sesuatu dari dapur.

"Ini bekal makan siang. Eommonim pesan padaku untuk membuatkan bekal karena kau jarang makan siang di kantor." Hayi meletakkan kotak makan bergambar pororo yang ia beli kemarin lengkap dengan sebotol teh hijau dalam termos ukuran kecil.

Jaewon terdiam dan memandangi istrinya yang berdiri disamping meja makan. Pipi gadis itu mulai memerah karena tatapan sang suami yang tak bisa ia artikan. Bibir tipis Jaewon memecah mengukir lengkungan indah diwajah tampannya.

"Gomawo my wife." kata Jaewon cepat lalu mengambil kotak makan serta termosnya dan melangkah pergi meninggalkan Hayi yang tersenyum sendiri.

"Woah. My wife~~" gumam Hayi menyembunyikan rasa senangnya.

"Aku berangkat dulu Hayi-ah..." suara Jaewon membuat Hayi sadar dan langsung berlari kecil keluar rumah untuk mengantar Jaewon yang sudah didalam mobilnya.

"Hati-hati nampyeon!!!" teriak Hayi sambil melambaikan tangannya seperti anak kecil. Gadis itu tidak tahu betapa lebar senyuman Jaewon saat ini.

"Ternyata menikah cukup menyenangkan." gumam pemuda itu sebelum menancapkan gas mobilnya melesat mengarungi lautan kota Seoul.

Hayi masih berdiri didepan dengan senyum mengembang. Gadis itu senang mendengar Jaewon sudah memanggilnya dengan nama yang informal, apalagi kata 'my wife' yang terdengar sangat manis ditelinganya.

"hihihihi..." kikik Hayi kesenangan namun sedetik kemudian matanya membulat penuh saat hidung mungilnya itu mencium sesuatu berbau gosong.

"OH MY GOD ! SAMGYETANGKU!!!!!!!!!!!!!"

***

Koridor kampus yang bernuansa biru muda itu terlihat lenggang membuat Hayi memutarkan pandangannya.

"Apa jadwal kuliah pagi cuma kelasku?" gumamnya heran.

Koridor bangunan ini termasuk koridor yang ramai untuk hari-hari kuliah karena dekat dengan lapangan dan bersebrangan dengan hutan kampus yang menimbulkan angin sejuk jika duduk-duduk disekitar koridor.

Hayi mengangkat bahunya tak peduli dan melangkah lagi. Dia sudah tak sabar bertemu dengan Jimin dan menceritakan segalanya--termasuk memasak samgyetang dua kali dalam waktu satu jam huhuhuhu.

"Salahkan Jaewon! Karena dia aku jadi lupa lagi masak!" gerutunya sendirian lalu gadis itu tertawa sendiri. Ini bukan kebiasaannya. Gadis itu tak pernah berbicara sendiri walaupun sering menggerutu tidak jelas tapi tapi itupun hanya tiga kali dalam setahun. Saat dia dimarahi oleh ibunya, saat ulang tahunnya dan tidak ada yang mengucapkan padahal dia sendiri tahu semua sedang membuat kejutan seperti biasa, dan saat Joohyuk membohonginya kalau dia akan bermain basket dengan Hayi saja padahal pemuda jangkung itu bersama teman-temannya yang super keren.

"Hayi!!!!" tiba-tiba pekikan itu memanggilnya dan menubruk tubuh mungilnya dari belakang. Memeluknya erat.

"ARGH!" Hayi berusaha melepaskan tangan Jimin yang mengunci tubuhnya sedangkan gadis itu tertawa senang.

"Aku kangen banget tau!!!" Jimin berteriak tepat ditelinganya

"YAH PARK JIMIN!!! AKU TIDAK TULI!" balas Hayi tak kalah kencang

"Ak ak ak ak!!" Jimin mengaduh saat teinganya dijewer dan tubuhnya ditarik paksa agar lepas dari Hayi. Hayi tertawa melihat Jimin yang berusaha melepaskan tangan panjang itu.

"Ya Ya Ya Kevin Woo lepaskan!!" Jimin mencubit perut lelaki berwajah imut itu yang sukses membuat jemarinya lepas dari telinganya.

"Hayi-ah!! Kau ambil cuti tidak bilang pada kami." suara Seungyoon yang diikuti dengan lengan panjangnya dipundak Hayi.

"Nanti kuceritakan. Ayo duduk!!" Hayi menunjuk pipi tirus Seungyoon dan membawa ketiga teman dekatnya itu duduk.

Seungyoon melepaskan tangannya dari pundak Hayi dan berlari ke tempat duduk paling belakang. Tempat favorit mereka.

"Dosen dateng jam berapa? Apa kita kepagian?" tanya Hayi melihat jam tangan yang melingkar ditangan kirinya.

"Jamku rusak ternyata huhu. Jam berapa ini?"

"Jam 10 kurang 5." Kevin menyodorkan ponselnya didepan wajah Hayi membuat gadis itu berdecak kesal.

"Kampret ya!" desis Hayi membuat tawa.

"Eh--" baru saja mau membuka mulut segerombolan pemuda memasuki ruangan kuliahnya.

"GUYS!" teriak mereka bersamaan.

"Hei!" Jimin membalas dengan senang. Seungyoon dan Kevin saling bertukar salam dengan kelima pemuda itu.

Hayi mencubit lengan Jimin pelan membuat sahabatnya menoleh. Jimin tertawa kecil karena lupa akan ke-absen-an Hayi satu minggu penuh yang lalu.

"Guys kenalin ini Lee Hayi. Dia kemaren gak masuk seminggu." Hayi tersenyum menyapa mereka

"Hay mereka anak kelas rapp yang bakal featuring sama kita buat ujian praktek."

"Itu Mino."

"Chanhyuk."

"Vernon."

"Bobby."

"dan itu Hanbin atau panggil aja B.I. Dia bakal satu tim sama kita di ujian praktek semester ini Hay." perkenalan Jimin selesai dengan senang.

Tapi tidak bagi Hayi, semuanya oke sih. Tampan dan tidak menakutkan seperti bayangannya tentang para rapper tapi-tapi tatapan pemuda terakhir membuatnya merasa aneh. Tatapan pemuda bernama Hanbin itu terlalu mengintimidasi untuknya.

"Anyeong! Senang bertemu dengan kalian guys!" Hayi memutuskan untuk tak peduli dengan reaksi Hanbin. Gadis itu memandang rapper yang lain bergantian kecuali rapper satu itu.

"Jadi, sekarang kita latihan ujian praktek. Dosen gak masuk hari ini." suara berat Mino membuat semuanya mendesah lega.

Mereka berpencar pada tim masing-masing begitu mahasiswa dan mahasiswi lain memasuki ruangan.

Hayi, Jimin dan Hanbin duduk memutar. Hayi sendiri merasa diperhatikan sedari tadi oleh pemuda yang tepat berada didepannya.

"Hay aku mau ketoilet dulu. Urgent!" Jimin menepuk punggung tangan Hayi. Gadis itu mengangguk.

Hayi berusaha setenang mungkin dan tidak mengurusi Hanbin yang jelas-jelas memperhatikannya. 

"Hayi-ssi." suara pemuda itu mengejutkan Hayi.

Hayi mengangkat kepalanya yang sedari tadi fokus pada kertas berisi lirik yang sudah Jimin dan Hanbin rundingkan.

"Hem?" bukannya menjawab tapi Hanbin malah tersenyum.

"Kamu cantik."

BLAH!

Marriage Not DatingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang