"Give me the chance to love you
I'll tell you the only reason why
Cause you are on my mind
I want to know you feel it
What do you see when you close your eyes..."🎵Cody simpson - on my mind
[ X ]
Syifa meneguk botol minumnya. Ia mengelap sisa-sisa air minum disekitar bibirnya. Sedari tadi ia terus mengoceh,
"Gila, tadi gue udah dag dig dug berasa di interview sama malaikat maut! Heran deh, pak Andi kok sering banget ya cari gara-gara sama gue?"
Lantas Arif tertawa kencang. Ia menarik ujung rambut Syifa yang membuat gadis itu sedikit terhuyung kebelakang.
"Lo yang nyari gara-gara, dodol! Wajarlah pak Andi nanya-nanya, tulisan kita kan jauh beda. Makanya dia bingung liat tulisan lo di PR kimia. Orang itu tulisan gua!"
Syifa tertawa cengengesan melihat lelaki didepannya yang dengan santainya duduk di mejanya. Ingat, duduk di mejanya. Sedangkan ia sendiri di kursi. Jelas membuat banyak orang menerka mereka lebih dari sahabat.
"Syifa temenin ke kantin!" teriak Icha dari samping. Ia merentangkan kedua tangannya. Tampaknya, lelah sehabis menulis kurang lebih 3 lembar catatan.
Syifa mengangguk dan berdiri dari duduknya. Ica mengerutkan dahinya, "Lo gak ke kantin, Rif?"
"Tuh," Arif menunjuk seseorang menggunakan dagunya. "Masih nyatet si Opal."
"Dikha mana? Gak bareng lo?"
"CIE ICHA NYARIIN DIKHA!" teriak Syifa heboh sambil bersiul-siul, yang terdengar justru bukan siulan hanya hembusan udara dari mulut yang dikerucutkan.
Arif menoyor kepala Syifa. Icha melotot ke arah Syifa sambil menengok keadaan kelas. Untung sudah sepi.
"Dikha kan hari ini gak masuk, Cha. Emang lo gak dikasih tau?"
"Ohiya ya, tadi malem Dikha udah ngasih tau sih."
"HAH? TADI MALEM? CIEEEE," teriak Syifa, lagi.
Namun kali ini, Arif ikut menggoda Icha. Ia menaik-naikkan kedua alisnya jahil. Icha hanya berpura-pura polos, menyembunyikan rona merah pada pipinya.
Tiba-tiba, seorang lelaki muncul menyembulkan kepalanya untuk melihat sekeliling kelas. Nampaknya ia mencari seseorang.
Setelah menemukannya, ia tersenyum lebar dan memanggil.
"Syifa!"
Panggilan itu tak hanya membuat Syifa menoleh. Juga Arif, Icha, dan Opal—yang sedang mencatat.
"Ngapain?" Syifa berulang kali melirik Arkha dan Arif bergantian tak nyaman.
"Ngajak makan. Ke kantin yuk!"
Icha terperangah, "Sejak kapan kalian deket?"
Arif hanya diam, memalingkan wajahnya. Mencari objek lain di sekitarnya. Apa saja. Selain Arkha dan Syifa, tentu.
"Eng.. enggak! Gak deket!" gerutu Syifa.
Arkha hanya tertawa lalu berhenti saat matanya menatap Arif. Ia tersenyum miring, bahkan lebih terlihat senyum menyeringai bagi Syifa.
Arkha menarik pergelangan tangan Syifa, dan membawanya pergi keluar kelas. Sebelum itu, ia sempat berteriak,
"Arif, gua pinjem Syifa dulu ya."
Icha tak bisa menutupi rasa kesalnya. "Kok lo diem aja sih?!" serunya menunjuk-nunjuk Arif.
"Mereka cuma ke kantin, Cha." ucap Arif malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
BestFriend?
Teen FictionSyifa memang tak bisa jauh-jauh dari Arif, sahabatnya sejak kecil. Dulu, jika ada seseorang yang menganggu Syifa, Arif akan cepat hadir seperti superhero dan mengatakan bahwa dirinya sahabat Syifa yang akan selalu melindunginya. Sekarang, Arif pun a...