"Lembaran foto hitam putih
Aku coba ingat lagi
Warna bajumu kala itu
Kali pertama dihidupku
Manusia lain memelukku.."🎵Monokrom - Tulus
[ XXIII ]
Syifa mengambil cermin disebelah tempat tidurnya, yang segera menampilkan lingkaran hitam melingkari matanya. Gadis itu menghela napas panjang. Pantas matanya serasa berat untuk dibuka pagi ini.
Melihat dirinya yang seperti tak ada nyawa, gadis itu justru tertawa, Goodjob syifa di hari minggu yang cerah ini, lo justru ngantuk karena semalaman nangisin orang yang bahkan gak mikirin lo sama sekali.
Syifa melangkah gontai menuruni tangga menuju dapurnya. Ia mendekati dispenser dan mengisi gelasnya dengan setengah air panas dan sisanya air dingin. Ia meneguknya dan membalikkan badan hendak kembali ke kamarnya.
Namun seseorang yang berdiri persis didepannya membuatnya terkejut hingga terbatuk-batuk. Airnya muncrat kemana-mana. Syifa melotot, sial ini cowok ngapain di sini coba?!
Sedangkan Arif mengusap tengkuknya canggung. Dan keadaan menjadi hening selama beberapa saat hingga Arif berdehem.
Menutupi rasa salah tingkahnya, gadis itu berujar "Sori sori," dan segera mengacir kabur. Tentunya, kamar tidur.
Syifa tak tahu waktu berlalu berapa lama karena ia sibuk memejamkan mata, hingga terdengar suara ketukan pintu. Mama Syifa mengetuk pintu kamar gadisnya sebelum akhirnya masuk kedalam. "Dek, keluar kamar, yuk, sapa dulu temen mama, udah pada mau pamit."
Syifa menarik selimutnya hingga wajahnya. Ia menggeleng kuat-kuat. "Gak mau, ma."
"Kok gitu? ada Arif juga tuh dibawah."
"Justru because of him, ma! Syifa gak mau turun kalo ada dia."
Mama Syifa mencibir. "Kalian lama amat sih, berantemnya. Kayak anak kecil aja,"
Syifa menurunkan selimutnya. Matanya mendelik, "Masalahnya gak segampang itu ma! Sumpah deh, pokoknya Syifa gak mau keluar kamar. Salam aja buat temen-temen arisan mama. Titik. Gak bisa diganggu gugat."
"Ya udah. Kalau gitu....." Mama Syifa berbalik menuju pintu, hendak keluar. Sebelum itu, ia berbalik penuh senyum nakal. "Mama suruh arif aja yang kesini."
"MAMA!"
Syifa berdesis cemberut akan tingkah laku mamanya, sesaat kemudian perasaan aneh menghampirinya. Jujur saja, rasa rindu semakin menghujamnya beribu kali saat ia melihat cowok itu dari dekat. Tapi gengsi dan malu seolah menyentakkannya.
Syifa keluar dari kamar, berjalan pelan-pelan sambil mata bulatnya bergerak ke kanan dan ke kiri mengawasi seseorang--yang tak mau ditemuinya. Setelah melihat keadaan aman sesuai kendali, gadis itu menghempaskan tubuhnya di sofa depan televisi.
Saat mengetahui sosok itu telah pergi, entah mengapa, bukan rasa lega yang hadir. Justru rasa lain yang mengganjal dihatinya.
***
Arkha menghembuskan nafasnya keras, niatnya mengajak Syifa jalan karena kangen akan tawa gadis itu, lenyaplah sudah. Buktinya, gadis itu memang duduk disebelahnya. Namun ia duduk bertumpu dengan siku dan matanya menatap handphone dengan tatapan kosong.
"What's wrong?"
Syifa tersentak, menoleh ke arah Arkha. "No. Semuanya baik-baik aja,"
Arkha terkekeh, "Arif kan?"
Syifa memutar kedua matanya, bosan mendapat pertanyaan tersebut. Ia mengalihkan pandangan, terlihat anak kecil memakan sate kambing dengan semangat, sedangkan dirinya sendiri menatap makanan didepannya itu tanpa minat.

KAMU SEDANG MEMBACA
BestFriend?
Fiksi RemajaSyifa memang tak bisa jauh-jauh dari Arif, sahabatnya sejak kecil. Dulu, jika ada seseorang yang menganggu Syifa, Arif akan cepat hadir seperti superhero dan mengatakan bahwa dirinya sahabat Syifa yang akan selalu melindunginya. Sekarang, Arif pun a...