24 :: war

247 16 4
                                    

"My broken pieces
You pick them up
Don't leave me hanging, hanging
Come give me some
When i'm without ya
I'm so insecure.."

🎶 Maroon 5- Sugar

[ XXIV ]

"Gua paham Syif, maksud omongan lo waktu itu."

Syifa mendongak. Apa Arif paham perasaannya? Mata kecilnya mengerjap tubuh cowok didepannya ini. Dalam jarak sedekat ini, tubuh Arif terlampau lumayan jauh diatasnya membuatnya tersadar sudah lama tak berada disisi cowok tersebut.

Sorot lampu taman disetiap jalan bertapak kecil ini menandakan hari sudah senja, anak-anak kecil yang biasanya bermain perosotan, bersepeda, layang-layang, ataupun bermain pasir—lama kelamaan mulai meninggalkan itu semua, dan pulang kerumahnya.

Kata nenek Syifa kala dirinya masih kecil, jangan keluar rumah menjelang maghrib. Bahaya dan seram. Tentu akan membuat jantung Syifa kecil berdetak cepat ketakutan.

Kali ini, detik ini juga, bukan semacam itu yang Syifa takutkan. Bukan hantu yang membuat dadanya berdebar. Bukan itu.

"Lo risih kan gua care ke lo layaknya seorang pacar? Lo—"

Sedetik kemudian, cowok itu mengacak rambutnya sendiri. Seolah kesulitan bicara. Ia mengusap wajahnya sebentar, kemudian menatap Syifa. "Gua juga tau kalo... lo suka sama Arkha kan."

Syifa menatap tak percaya. Suara jangkrik kian menghiasi suasana taman. Pikiran bodoh apalagi yang sekarang sedang merasuki otak Arif?

"Gua minta maaf kalo—hhh, oke. So i've been thingking for a while, dan gua pikir ada solusi yang mungkin tepat. For us."

Syifa menyilangkan kedua tangannya didada, dahinya mengernyit, kepalanya terangkat menantang. "Apa?"

"Kita tetep sahabatan but gua bisa batasin perilaku gua ke lo. Gua bakal ngehargain lo sebagai pacar orang lain, bahkan—"

"Lo ngomong apa sih, Rif?" Syifa melirik Arif sekilas, kemudian mencebik.

Bahkan panggilan Alit sudah tak berlaku lagi sekarang, lidah Syifa serasa kelu. Ia perlu meluruskan ini. Namun cowok didepannya ini kembali mencetuskan pemikirannya.

"Intinya gua pengen kita kayak dulu lagi, dan gua janji gua akan jaga jarak. Cowok lo nantinya gak akan perlu cemburu sama gua."

Disaat kesabaran Syifa mulai habis mendengar kalimat Arif yang justru terdengar rancu, cowok itu menambah lagi dengan kalimat berikutnya.

"Dan satu lagi... sekarang gua coba nerima Anggit."

Syifa terdiam. Otaknya serasa lambat memcerna. Gadis itu merasa matanya memanas, bibirnya bergetar. Mengucapkan kalimat yang tertahan dipangkal lidahnya. "—kenapa..?"

Entah mendengar lirihan Syifa atau tidak, tapi Arif menatap Syifa, mengajukan tangannya yang tergenggam selain kelingking.

Terkekeh, "Baikan, ya?"

Senyumnya yang mengingatkan Syifa akan sosok Arif kecil, saat mereka menangis dan tertawa bersamaan daat jatuh dari sepeda, membuat Syifa tak punya pilihan lain selain mengangguk dan ikut terkekeh.

BestFriend?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang