17:: Itu buat Arif?

344 49 8
                                    

"And I loved you from the start
So it breaks my heart
When you say I'm just a friend to you
Cause friends don't do the things we do
Everybody knows you love me too.."

🎵Megan trainor - just a friend to u

[ XVII ]

Liburan berlalu dengan cepat, menjadi satu-satunya senior di SMA merupakan salah satu hal yang ditunggu-tunggu oleh semua remaja.

Bertingkah seenaknya tanpa takut dibully atau diintimidasi oleh kakak kelas. Walaupun Syifa tak pernah takut dibully, tapi ia cukup exicted akan hal ini.

Saat ini, Syifa berdiri dikeramaian anak kelas dua belas hendak mengikuti upacara, menatap cemas ke arah jam tangannya.

Arif yang ditunggunya tak kunjung datang, semalam ia bilang akan menonton bola jam 2 pagi, tentu membuat Syifa yakin 1000% bahwa cowok itu akan kesiangan.

"Pagi, kak Syifa."

Anggit, jika biasanya gadis itu akan menggerai rambutnya dengan aksen jepitan, atau mengepang sedikit helai rambutnya ditambah pita. Kini ia hanya mengikat rambutnya menjadi kuncir kuda yang sama seperti biasanya Syifa lakukan.

Syifa menutupi rasa kagetnya dengan seulas senyum tipis. "Kamu ngapain disini, Nggit?"

Mengingat gadis itu berada dibarisan angkatan Syifa. Yang notabennya adalah kakak kelasnya.

"Liat kak Arif, nggak?"

"Dia belom dateng." Syifa melirik ke arah dekapan gadis didepannya. Kotak makan. Seakan mengerti niat Anggit, ia berkata lagi. "Itu buat Arif?"

Anggit hanya mengangguk kecil.

Reflek, Syifa memekik. "Jahat! Gue gak dibuatin?" kemudian Syifa tertawa kecil, sementara Anggit menarik ujung bajunya tak nyaman-mungkin merasa tertohok karena candaan Syifa.

Syifa berujar lagi. "Udah mau mulai upacara, loh. Mau dititipin gak? Nanti gue kasih Arif, kok."

Anggit berpikir sebentar, kemudian menolak halus dengan alasan ingin memberikannya sendiri. Ia pun kembali ke barisan anak kelas sebelas.

Ditengah-tengah upacara berlangsung, Bu Miftah-guru BK-terlihat sedang menjewer seorang cowok yang baru datang.

***

"Yaah, beda kelas, Syif. Gue XII-4, lo XII-5."

Icha tampak memasang wajah sedihnya, kemudian beralih meminum juice jambunya.

"Gue malah sekelas sama Opal, coba?! Yakin deh, masa terakhir gue di SMA makin absurd," Syifa menggeleng-gelengkan kepalanya pasrah.

"Yee jangan gitu dong, kesannya gua bawa dampak negatif banget!" celetuk Opal tidak terima.

"Emang iya!" Syifa tertawa, kemudian matanya mendapati sosok Arif yang baru saja bergabung.

Ia tampak bertos ria ala laki-laki dengan Opal dan Dikha. Nampaknya ia baru saja menyelesaikan hukuman akibat datang terlambat. "Tadi udah pembagian kelas?"

Syifa menyahut, "Udah! Kita gak sekelas, Lit."

Arif hanya memagut-magut, lalu Icha menyeletuk. "Arif sekelas sama gue, di XII-4."

Kemudian ia meminum juice dan meneruskan ucapannya dengan hati-hati. "....sekelas juga sama Arkha."

Membuat Syifa terbelalak, sementara Arif hanya memasang wajah datar-walaupun dalam hatinya terkejut.

Keheningan melanda beberapa menit kedepan, yang kemudian dicairkan kembali dengan lontaran cerita-cerita konyol yang dialami selama liburan.

Tawa mereka yang terdengar kencang dan lepas, membuat meja kantin-yang mereka tempati-menjadi sorotan seperti biasanya.

Sesosok cewek menghampiri dan berdiri diujung meja dengan senyum manisnya.

Yang entah kenapa, kehadirannya tidak begitu diinginkan oleh Syifa saat ini. Terlebih dengan adanya kotak makan yang ada didekapannya.

Ia memberikannya kepada Arif yang disambut sorakan jahil dan siulan oleh yang lain.

"Widih istri adaman, Rif!" celetuk Dikha yang membuat semua orang dimeja itu tertawa.

Hanya Syifa yang mengerutkan dahinya dan bertanya-tanya dalam hati, apa yang lucu dari celetukan tersebut?

Entah bagaimana, tau-tau Anggit sudah bergabung. Seharusnya Syifa senang karena Anggit bisa tertawa lepas bersama teman-temannya.

Tapi ada yang janggal dari dirinya.

Anggit tak biasanya tertawa lebar. Anggit tak biasanya menguncir rambutnya simpel. Anggit tak biasanya melipat sedikit lengan kemejanya. Anggit tak biasanya berceloteh panjang lebar tanpa malu.

Anggit seperti bukan dirinya. Ia seperti meniru orang lain.

Dan entah perasaan darimana, Syifa merasa Anggit seperti sedang meniru dirinya. Dahi Syifa kian berkerut memikirkannya.

¤¤¤

a.n

I know, i know, chapter yang super duper pendek:(

lagi sibuk-sibuknya dan ngestuck abis, daripada ga ngepost sama sekali jadi gini deh..

Next chapter, will be better i promise!

BestFriend?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang