11:: Kekecewaan

400 52 2
                                        

"Will he love you like i loved you?
will he tell you everyday?
Will he make you feel like you're invincible
with every word he'll say?"

🎵A rocket to the moon - like we used to

[ XI ]

Poppy tak bisa mengalihkan pandangannya pada sesosok gadis yang mengomel melihat ke arah lelaki disebelahnya yang sedang mengikat sepatu converse hitamnya. Lelaki itu.

Lelaki yang sudah mengisi hatinya dalam jangka waktu yang cukup lama. Dan bodohnya demi gengsi sebagai ketua cheerleader, ia harus menahan dirinya untuk tidak flirting ke lelaki itu.

Yang justru membuat ia menyesal karena beberapa bulan lagi ia sudah lulus dan meninggalkan sekolah. Termasuk lelaki itu didalamnya.

"Bego banget sih gue," rutuknya setiap mengingat gengsinya sedari dulu. Kini ia memantapkan untuk mulai mendekatinya. lelaki itu.

Ya, Arifian Mahardika Putra. Arif.

Begitu melihat Arif sudah selesai mengikat tali sepatunya. Poppy dengan cepat menghampiri.

"Bisa dimulai?"

Arif melirik Poppy sekilas kemudian ia beralih menatap gadis yang sedari tadi menunggunya.

"Lo pulang duluan aja, Syif." saat melihat Syifa mengerucutkan bibirnya kesal mungkin karena sudah menunggu lama, Arif segera menambahkan. "Gua mungkin masih lama,"

Sementara Poppy melirik Syifa dengan tatapan jijik saat gadis itu memasang wajah bete. "Sok imut." dengusnya pelan.

"Gue tungguin deh, Lit! Paling juga dirumah sepi belom ada nyokap, bokap juga kan lagi luar. Ya?" rajuk Syifa.

Sebelum Arif menjawab, Poppy dengan cepat menyambar, "Udah sih lo pulang aja. Arif kan ada urusan sama gue. Penting."

Syifa mendengus, ia berkata lagi. "Tapi gue main ps dirumah lo ya, Lit?"

Arif memutar kedua bola matanya, "Asal snack gua gak diabisin."

Syifa hanya mengangguk dan berjalan pergi sambil melambaikan tangannya kearah Arif dan Poppy.

Poppy tersenyum penuh kemenangan saat sosok gadis itu menghilang dari penglihatannya. Ia mengamit lengan Arif dan menariknya menuju kantin. Membuat Arif tersontak dan pelan-pelan melepaskan tangan Poppy.

Sesampainya dikantin, sudah banyak anak kelas XII yang menunggunya. Mereka pun membicarakan perihal acara perpisahan dan larut dalam perbincangan selama 2 jam kedepan.

***

Saat beberapa anak kelas XII sudah mulai pulang, Poppy dengan cepat menjalani actingnya.

"Duh gimana ya.." Poppy menggigit bibir bawahnya cemas, ia memijat pelipisnya. Berpura-pura panik. Sembari terus melirik Arif yang sedang membereskan kertas-kertas lirik lagu yang akan dibawakannya nanti.

Arif tampak menoleh kearahnya namun kembali mengerjakan kerjaannya.

Seorang cowok berwajah oriental yang justru menyadari gelagat Poppy. "Poppy? Lo kenapa?"

"Sial kenapa malah Roni yang peka sih." gumamnya dalam hati kesal. Namun ia memasang wajah senyum dipaksakan, "Hmm iya, Ron. Kayaknya gue gak ada yang jemput deh."

"Yah, sayang banget gua juga lagi buru-buru gakbisa nganterin lo."

Dalam hati, Poppy berjingkak senang. "Gue juga gak mau dianternya sama lo, Ron." gumamnya lagi. Ia melirik Arif cemas. Menunggu cowok itu peka.

BestFriend?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang