"Don't judge me madem" aku tertawa terbahak dan kudapati lagi sebuah bisikan yang jelas tertangkap telinga
"Dasar, Bitch....!!"
[*]
Kenalin, my name is Viena Larasati Utomo, tapi gue biasa dipanggil Viena. Kelas 12 IPA SMU Cendana Mulya, orang bilang gue cantik, ada juga yang bilang gue enerjik, tapi gue bilang, gue nyelekit, lo boleh bilang gue bangsat, kalo lo uda kenal gue secara deket, so, kenalin gue dari apa yang lo tau selama lo berinteraksi secara intens dengan gue. Bukan dari apa yang lo denger dari temen-temen gue. PAHAM....!!
ONE FIRST DAY , gue selalu punya kebiasaan unik yaitu keluar masuk ruangan BK, jangan tanya kenapa, karena itu ruangan favorit gue. Tau nggak di dalemnnya ada guru yang selalu perhatian banget sama gue, dari mulai kelakuan normal gue, sampe masa-masa bolos gue pun dicatet. Saking perhatiannya.
Dia selalu manggil ortu cuma buat ngasi tau perkembangan gue di sekolah, dan itu enggak penting banget, oke kita stopin bahas yang enggak penting, yang penting adalah, bentar lagi gue udah mau selesai sekolah dan gue lagi sibuk buat persiapan kelulusan buat bisa masuk universitas favorit gue dengan cara, mogok belajar, ngumpul, mainin game , or sekedar nongkrong.
Kenapa?, mau bilang itu sama sekali enggak ada hubungannya dengan usaha gue buat lulus entar?. Haha. Kan gue udah bilang, kenalin gue buat tau gimana caranya gue dan perilaku gue. Maap gue bukan carmuk, manusia berwajah dua. Kalau lo suka silahkan teruskan. Kalau enggak suka, silahkan menjauh dari kehidupan gue. Caranya jangan lanjutin baca kisah gue. Karena efeknya, lo bakalan banyak ngeluarin cacian, dan malah bikin gue banyak dosa entar, oke fixs. Finish
***
Viena
Memasuki ruangan kelas 12 IPA, seluruh tatapan menuju ke arahku, seperti elang hendak meraup mangsa. Tajaman pupil mata menciut seolah bergidik geram hendak menerkam makanan di zona kelaparan tertinggi, aku mengayunkan langkah gontai perlahan meletakkan tas dan merapikan beberapa tumpahan air dan serpihan gorengan tepat di bawah lantai tempat meja belajarku, yang kini dipenuhi dengan sampah aneka bungkus makanan, belum lagi lilitan tanah kering, jika diperhatikan, cuma bangku aku doang yang penuh serabutan sampah, yah aku tau itu langganan pagi dari sekumpulan orang-orang yang membenci Viena Larasati.
Ughhh, mereka boleh saja membenci aku, tapi aku akan terus membuat kenangan yang tidak terlupakan, haha.
Lonceng tanda masuk berbunyi. Aku menggeser bangku dan meja kesisi samping kiri. Meletakkan tas di meja kanan dan duduk menselonjorkan kaki ke bawah dibagian meja kiriku, semua memperhatikan aku. Mona dan Jane menatapku tanpa pejaman mata, ia adalah dedemit yang paling aku benci sesekolahan, adanya mereka selalu menjadi petaka bagiku, kenapa?. Karena mereka tidak pernah berhenti menjadi rival terbaikku dalam persaingan kami di luar sekolah, atau si Maura Yunda Arumi dalam rival mata pelajaranku, ada lagi si wanita gila Elya yang kini sedang melirikku penuh takut.
"Ibu datang...!!" Teriak Anwar ketua kelas kami yang paling tampan, serta merta layaknya gempa bumi seluruh kelas sontak hening seketika. Kali ini sorotan mata tertuju padaku, sebuah bisikan tertangkap di kupingku
"Dasar wanita gila..."
And then
"Viena..!" Suara tinggi menggelegar dari wanita paruh baya yang kami panggil Buk Tina berteriak ke arahku. Aku mendengus tidak perduli, menatapnya dan memainkan gerakan kaki yang menyilang tanpa perasaan berdosa menatapi bu guruku yang saat ini memperhatikanku dengan tatapannya yang penuh geram.
"Turun kekursimu, mau apa kamu duduk di atas meja?"
"Viena baru datang buk." Jawabku seadanya.
"Lantas karena kamu baru datang kamu bisa duduk di atas meja, sopan sekali kamu!"
Aku mendelik memperhatikan sekeliling, ada yang tertawa ada yang bengong layaknya kebo bego di sawahan.
"Ibu ke sini deh, apa layak seorang siswi duduk di kursi penuh tempelan permen karet dengan kolong lumpur serta sorong meja penuh pecahan telor?"
Bu Tina menangkap maksud perkataanku dengan melangkah menuju arah meja yang aku duduki , memperhatikan keseluruhan kondisi bangku, meja, serta sorong yang berbau, aku dapati ekspresi kaget setengah biasa, karena baginya ini masalah yang sering dan sering banget terjadi.
"Siapa yang melakukan ini?". Bu Tina mulai memperhatikan keseluruhan wajah siswa-siswi satu persatu.
"Percuma bu, enggak akan ada yang mau ngaku" sambil mengibas rok yang sedikit terkena kotoran pasir yang belum sepenuhnya aku bersihkan dari atas meja
"Argggh, Viena, itu karena kamu terlalu sering bikin ulah, coba jadi cewek tuh yang anteng biar gak banyak musuh"
"Don't judge me madem" aku tertawa terbahak dan kudapati lagi sebuah bisikan yang jelas tertangkap telinga
"Dasar, Bitch.!"
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Revenge and Love [Completed]
Teen FictionLove is like a bed of roses, which means love brings about two things pain and happiness. Rank #1 girlxgirl 25/10/18 Rank #1 girlxgirl 11/07/19