"Ada hubungan khusus apa kamu dengan Maura?"Viena terperangah tak menduga mendapatkan pertanyaan yang telak menghunus jantung, sembari melipat tangan di perut , Viena membuang tatapan nya yang mulai tampak gelagapan.
[*]
Gina menunduk saat ia hanya telat lima belas menit dalam perjalanan menuju rutan, seorang gadis dengan tangan terikat di atas kini bediri dengan pakaian lusuh menahan sakit.
"Mereka memukulku, untuk mengakui kesalahan yang tidak pernah aku lakukan.." Suara Maura terdengar tercekat tatkala lehernya tercekik menahan tamparan keras mengenai wajah dan pukulan bertenaga sedang menyentuh ulu hati, sepelan-pelannya pukulan pengintrogasi , rasa sakit itu serasa membuat ia seperti melepaskan nyawa pada jasadnya yang ringkih.
"Tapi bukti menunjukkan bahwa kamu adalah pelakunya, bahkan sidik jarimu juga berada di sana, bagaimana bisa?, mengakulah Maura, kamu tidak akan mengalami penderitaan dan penyiksaaan yang begitu panjang". Dengan sekuat tenaga Maura mencoba mendongakkan kepala, Gadis itu menatap Gina dengan mata sebelahnya yang kini tampak membiru.
"Aku tidak takut akan kembali mengalami penderitaan panjang seperti yang kamu katakan barusan, bukankah aku sudah terlatih sejak dulu untuk merasakan hal itu". Maura tersenyum menatap Gina, sekalipun sakit yang begitu menggigit, ia kembali menunduk menyeimbangkan tubuh pada posisinya yang kini menggantung.
Gina kembali menatap Maura, melangkah mendekati meraih tali yang mengulur seraya melepas simpul yang memilin pada pergelangan tangan. Dengan cepat ia menyambut tubuh lemas Maura saat terjatuh tanpa adanya tenaga yang tersisa, bau dari besi tahanan tampak berkarat terlihat kotoran ruangan sebesar 3x3 menyeruak sesak tatkal terhirup dalam selah nafas yang mendengus, Maura merebah perlahan, dibantu olah Gina mencari sandaran pada dinding berdebu yang terlihat dekil seruas jangkauan pandangan. Matanya memejam, menarik nafas dengan begitu dalam."Apa yang harus aku lakukan untuk membantumu?" Gina membisiki Maura sesuatu, disaat kedua mata mereka saling bertemu, Maura memperlihatkan mimik kebingungan, ia tidak mengerti apa yang Gina katakan.
"Aku mendukung apa yang telah kamu lakukan terhadap Erlan, tentang kejahatan yang ia lakukan padamu dan keluarganya lakukan pada keluargamu, jika kamu tidak puas terhadap keputusan hukuman yang mereka dapatkan, kamu berhak melakukan apapun agar semua terasa adil, katakan apa yang harus aku lakukan?" Maura kembali menyandar pada bilik dinding tahanan, gadis itu tertawa terbata, seraya memeluk perutnya yang terasa perih akibat pukulan seorang wanita berseragam polisi.
"Kamu fikir aku bodoh , untuk tidak mengetahui strategi hypnosis kalian, jika tidak bisa mendapatkan pengakuan secara jujur dari tersangka, lantas kamu ingin menjebak saya untuk mengakui semuanya secara tidak langsung" Sambil menahan batuk yang masih terasa perih, Maura membuang tatapan dari hadapan Gina, ia memang tidak pernah mempercayai siapapun , dan bila mungkin Viena kelak melakukan hal yang sama, ia sudah tidak lagi perduli. Gina menunduk, menutup kedua wajah pada kedua telapak tangan yang ia miliki, baru satu minggu ia beristirahat dalam menangani kasus Aquino, kini ia harus berhadapan pada kasus baru yang justru jauh lebih rumit untuk ia tangani.
"Kami terdesak Maura, pemerintahan Indonesia, media, dan bahkan para pejabat turut meminta agar kasus ini mendapatkan titik cerah, ini terkait hubungan diplomatik .
"Lalu, dengan segala cara kalian melakukan manipulasi kasus untuk mengkambing hitamkan seseorang yang sekalipun tidak bersalah demi membungkam opini publik bahwa dalang dibalik kematian Erlan pelakunya sudah tertangkap, sekalipun dengan kesalahan penangkapan?"
"Tapi bukti menunjukkan hal demikian..!!"
"Follow your heart, tidak akan ada gunanya menjelaskan banyak hal pada seseorang yang tidak percaya, kamu membuang waktu ku Gina, pergilah". Gina membuang tatapan, tak banyak hal yang harus ia lakukan, identifikasi kasus keseluruhan menunjukkan jika Maura adalah tersangka utama, sidik jari tak dapat dimanipulasi. Gejolak perang batin serta pemikirannya tak dapat lagi tersinkronisasi.
![](https://img.wattpad.com/cover/74517654-288-k437453.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Revenge and Love [Completed]
Teen FictionLove is like a bed of roses, which means love brings about two things pain and happiness. Rank #1 girlxgirl 25/10/18 Rank #1 girlxgirl 11/07/19