56. Trying To Break My Heart

4.2K 450 23
                                    

"Now if you're trying to break my heart, it's workin"

[❣]

Dengan alasan joging Viena tak membutuh waktu lama untuk izin membawa Maura menuju Loop di Lodan Timur Ancol Jakarta Utara, sunset di kala sore serta air laut pada area joging memperdengarkan suara-suara perahu kecil berlabuh. Mereka tak hanya pergi berdua, ada Larisa dan Vievi di sana.

Viena memilih berjalan saat lelah berlari kecil, bersama Vievi yang sedari tadi berbicara yang tak sedikitpun mendapati respon pada adik wanitanya itu.

"Jika tugas kakak hanya karena diminta mama untuk aku kembali ke London, kakak nggak akan pernah bisa, keputusan aku udah bulat, aku akan melanjutkan perkuliahan ku di sini".

"Bukan karena alasan Maura kan?" Viena menoleh ke arah belakang, kiri dan kanan, ia lupa jika Larisa meminta izin untuk singgah ke restoran tak jauh dari area joging saat berlari kecil menyusuri area pantai bersama Maura, baru setengah jam berpisah, Viena khawatir jika sesuatu terjadi pada gadis yang ia cintai.

"Nggak usah gelisah gitu Vien, Maura aman sama Larisa, lagian mereka cuma cari tempat istirahat" Viena balik memperhatikan Vievi tak perduli, terus melangkah menatap gemericik air serta sunset tampak malu pada ambang sore yang kian menguning, memperlihatkan keindahan pemandangan area laut di ancol loop.

"Aku hanya nggak bisa jauh dari dia"

"Kakak tahu, kakak udah lihat dan rasain sendiri, gimana kamu ketika nggak ada dia"

"Kakak pernah jatuh cinta?". Vievi menoleh ke arah sipenanya, ia tersenyum menatap ke depan terus melangkah memperhatikan beberapa pasangan muda-mudi menikmati pemandangan sekitar.

"Tentu saja pernah, waktu SMA kamu kan tahu kakak jatuh cinta sama siapa, dan ketika kuliah, kakak udah hampir nggak ada waktu mikirin hal-hal seperti itu, entahlah nanti, sepertinya untuk saat ini belum".

"Jomblo sejati dong ya" Viena tersenyum menggoda menoleh ke arah Vievi yang tampak mulai mencairkan suasana. Vievi menarik napas dengan begitu dalam, ada sesuatu yang terasa longgar pada apa yang selama ini mengganjal, tentang jarak dan kebersamaan.

"Aku singel Vien, bukan jomblo, menjadi jomblo itu takdir, tapi memilih menjadi singel itu pilihan, pilihan untuk bener-bener hati-hati dalam memilih pasangan".

"Woww, idealis sekali...".

"Ya perlu doong idealis, kamu coba deh tanya mama tentang mengapa kita harus idealis dalam memilih pasangan".

"Haha" Viena tertawa menyuara, melangkah dengan sesuatu yang terasa menggelitik.

"Idealis hingga diselingkuhin papa?"

"Kamu kecewa sama papa?"

"Kalau iya?" Suasana menjadi hening seketika, hingga sesaat Vievi kembali melanjutkan kata.

"Sudah lama ya kita nggak ngobrol seperti ini?".

"Semenjak kalian sibuk menjadi robot mama untuk menjadi penerus mereka nanti, sampe bisa bikin kalian lupa diri, kecuali bang Andre, aku lihat dia nggak terlalu berambisius seperti kakak, maaf jika jujur ku menyakitkan"

"Santai saja, aku sudah berdamai dengan diri sendiri, nggak hanya berdamai tentang memaafkan diri sendiri untuk hal buruk yang udah aku lakuin ke keluarga kita, terlepas mama dan papa mau maafin aku apa nggak".

"Mereka akan memaafkan kakak, seperti yang kakak bilang, senakal apapun kita dimasa lalu dulu bahkan mungkin sekarang, mama dan papa adalah orang pertama yang akan menerima kita dengan segala kekurangan, lalu memperbaikinya dengan cara mereka yang kita tidak pernah bisa terima, dan akan selalu begitu seterusnya".

Revenge and Love [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang