31. Maura and Meeting With Erlan's Family

7.1K 615 175
                                    

"Apa yang bakalan kamu lakuin kalo satu-satunya alasan kamu hidup, direngut dari kamu?"

[❣]

"Aku jarang bilang kalau suka sama seseorang yang aku suka" Viena mencomot beberapa ayam goreng di atas meja makan dengan lampu yang sengaja ia atur seperti suasana restoran, ia menyulap taman belakang yang tak jauh dari kolam renang untuk dapat menikmati suasana alam bersama Maura. Alih-alih ingin melakukan candle light dinner, Viena justru hanya mengenakan blouse serta jeans baret dengan sobekan di bagian lutut serta rambut yang ia biarkan tergerai, Maura tak mempersoalkan itu, ia tahu, jika Viena memang sering salah kostum, bahkan saat ia masih duduk di bangku sekolah bersama.

"Memangnya kamu bilang apa?, Maura kembali tersenyum, menggoda Viena adalah kesenangan terbaru bagi Maura kini. Di atas meja makan, Viena ingin memperjelas status hubungan, seperti yang pernah ia lakukan pada kekasih musimannya di masa lalu, memperjelas posisi dan janji untuk tidak membocorkan kisah percintaan mereka kepublik, tentu saja dengan fasilitas materi yang tidak sedikit, namun berbeda untuk Maura, ia hanya ingin memiliki kejelasan kepemilikan agar memiliki hak sepenuhnya atas Maura, dan sayangnya, Maura tak mengindahkan akan hal itu.

"Jangan bilang kalau kamu masih cinta sama Erlan?" Viena menaikkan kaki kanan ke atas kursi yang ia duduk, baru kali ini ia menikmati makan malam rasa pribadi setelah selama ini turut mematuhi aturan saat bersama Keny, ia bebas melakukan apapun tanpa harus bersikap diluar dari dirinya sendiri.

"Untuk hal itu, kamu pasti tahu" baru saja Viena meletakkan telapak kakinya di atas kursi, kini seketika melemas luruh kembali tepat di atas lantai, seperti itukah yang Maura mau. Memang Viena telah mengumpulkan keberanian setinggi gunung himalaya, hanya demi mengutarakan apa yang ia rasa, namun tidak sekalipun ia dengar Maura memberikan jawaban yang sama selain menunjukkan tindakan-tindakan tanpa penolakan, sejatinya ia tidak suka, Viena mencoba memahami, saat ia sadar jika Maura pasti memiliki alasan lain, ia tahu bahkan merasakan saat pupil mata mereka bertemu, tidak ada keraguan di dalamnya, selain misteri demi misteri yang terlalu banyak tersembunyi, meminta Maura untuk berbagi banyak hal padanya adalah salah satu tugas terberatnya saat ini, sebelum ia memaksa Maura memberikan hatinya secara utuh.

"Nggak papa" kalimat balasan yang membuat Maura penuh dengan tanda tanya akan keseriusan perasaan Viena, di perjelas dengan senyuman lebar seolah tak terjadi apa-apa.

"Tapi aku sayang kamu Vien" Maura takut, hingga kalimat itu reflek keluar seketika, ia tahu Viena mudah berubah rasa, meski ia tak menyadari, sesungguhnya Viena telah berhenti menemukan cinta dan bahkan tak kan dengan mudah mengganti posisi Maura di hatinya.

Ringtone All My Love dari Cash-cash menjerit dari handphone milik Maura , satu nama yang mengingatkan ia akan janjinya di malam ini.

"Aku angkat telfon dulu ya Vien?" Maura berdiri memilih pergi menjauh, namun tepat melewati kursi Viena ia terhenti saat tangannya di sentuh perlahan menatap wajah Viena yang menginstruksi Maura untuk kembali duduk.

"Angkat di sini aja" tepat di samping Viena, Maura terlihat ragu, namun sebelum nada panggilan itu berhenti, dengan cepat ia menjawab.

"Iya aku udah siap, kamu jemput aku di depan aja ya" Viena kembali menatap Maura lekat, bagaimana mungkin Maura membuat janji di acara yang telah mereka sepakati.

"Kamu nggak boleh pergi" dengan cepat Maura menutup handphone dan menatap Viena yang kini sibuk memutar nasi yang baru separuh ia makan.

Revenge and Love [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang