"Haruskah kasus kematian yang hanya menewaskan satu orang ini ditangani langsung oleh LCIA, Apa ini tidak berlebihan?" Prayoga menatap Arko saat berada pada parkiran rutan, mengikuti perintah Kenny, Arko dipastikan oleh Kenny datang dan pulang tidak dengan tangan kosong.
Sembari menatap Prayoga, masih dengan wajah dan mimik gelisah seraya menatap pada bangunan gedung berisikan anggota polisi lalu lalang menjalani tugas. Ia tidak ingin berspekulasi, karena seperti yang diperintahkan, ia hanya diminta untuk menjemput. Tak lebih dari satu jam, dari jarak lebih dari dua meter Prayoga melebarkan senyum tatkala menatap sosok wanita berseragam kepolisian membopong gadis yang tak asing bagi dirinya sendiri, Arko bergegas membuka pintu berlari tepat ke arah Maura yang tak memiliki tenaga menggerakkan kedua kaki untuk melangkah. Prayoga tak memiliki upaya, ia yang berjalan masih menggunakan kursi roda, hanya mempu berdoa, agar apa yang terjadi pada anak tirinya itu segera berlalu.
Maura duduk di kursi belakang, merebahkan tubuh meletakkan kepalanya yang terasa berat tepat di atas paha Jihan, dengan Jonan yang menyupiri serta Prayoga yang tak hentinya berdoa, rasa khawatir dan cemas berpilin menjadi satu.
"Apa yang dilakukan Kenny selama di kantor polisi, sehingga ia bisa memberikan jaminan pembebasan terhadap Maura?".
"Kita bisa tanyakan itu langsung pada ibu Kenny saat tiba di rumah, untuk saat ini, sebaiknya Maura beristirahat dulu". Prayoga mengangguk mengerti dengan masih menatap cermin yang mengantar tatapannya jatuh pada wajah wanita yang kini duduk di kursi belakang dengan mata memejam.
"Jihan, hubungi dokter keluarga, suruh mereka untuk segera ke rumah" Jihan bergegas menarik ponsel yang ia letakkan pada saku kursi mobil, beriringan dalam perjalan menuju pulang, Jihan memperhatikan Maura dalam tidurnya yang terlelap. Perih melebihi rasa gemetarnya saat ia nyaris saja kehilangan harapan jika saja ia tetap mendekap pada ruang kotor, pengap dan menjijikkan, ia merasakan sekalipun hanya beberapa saat, setidaknya ia tahu, tempat seperti itu adalah tempat yang layak dan pantas sebagai peristirahatan menghabiskan usia Aquino dan Serhan atas apa yang telah mereka lakukan. Setibanya tepat pada parkiran di depan sebuah rumah megah, putih dengan warna peach menjulang mengitari dinding, dan gerbang tinggi berwarna hitam pekat. Maura tersadar.
"Untuk sementara waktu, kamu tinggalah kembali di sini, ini juga rumahmu" Prayoga memandangi Maura yang kini bergegas keluar dibantu oleh Jihan, tak jauh dari ia melangkahkan kaki untuk pertama kali, ia menatap Viena dan Vievi, berdiri saling berdekatan, tepat di ujung pintu, Sonia dan Larisa serta Andre menatap ia dengan tatapan iba, Maura melepas senyum, bahagia yang ia rasakan sama halnya seperti ia mendapatkan kehidupan dari kegelapan menuju kematian, sekalipun ia belum pernah merasakan mati, ia pernah merasakan beberapa saat terhimpit pada sempit, ketakutan, dan mimpi buruk yang membuat ia hampir begitu frustasi. Sangatlah mudah untuk mengetahui apakah seorang mengalami patah tulang kaki atau tangan. Tetapi sukar sekali untuk mengerti trauma yang melukai jiwa, dan Maura adalah salah satu pribadi yang mampu menutupi luka pada jiwanya dengan begitu baik.
Sonia bergegas melangkah membantu Jihan menggandeng Maura memasuki rumah, ia membopong wanita yang beberapa waktu lalu telah mengalirkan dana investasi yang tak terbilang kecil pada perusahaan yang ia rintis.
"Dokter sudah menunggu di dalam, sebaiknya Maura langsung dibawa ke dalam kamar". Andre menginstruksikan Arko untuk mengangkat Maura menaiki tangga, Viena hanya menatap dengan tatapan iba, senyum pada gadis yang ia cintai sekalipun tak semerekah biasa, menatap dan mengetahui ia dapat kembali saja jauh dari sekedar kata cukup. Larisa menarik tangan Viena menuntun gadis itu berkumpul pada ruangan tengah.
"Apa yang dilakukan Kenny sehingga ia bisa mengeluarkan Maura dari tahanan?" Viena mengangkat kedua bahu sambil menggelengkan kepala, menatap Vievi dengan memeras otak untuk berfikir keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Revenge and Love [Completed]
Teen FictionLove is like a bed of roses, which means love brings about two things pain and happiness. Rank #1 girlxgirl 25/10/18 Rank #1 girlxgirl 11/07/19