"Mama tidak suka orang yang tidak disiplin, seharusnya dia sudah ada di sini sebelum papa dan mama duduk di kursi makan, apa kamu Jonan sudah menjelaskan padanya tentang peraturan di rumah ini?" pelayan yang ditugaskan mengatur timeline household regulation menunduk saat mengingat bahwa tuan rumah mereka Prayoga yang meminta ia untuk tidak terlalu exstra menjelaskan berbagai hal yang dapat membuat bingung Maura di awal kehadirannya.
[❣]
"Papa terpaksa membawa kamu ke rumah karena tidak ada pilihan, kamu harus menyelesaikan studymu dan kuliah di tempat terbaik, papa sanggup untuk membiayai seluruh kebutuhanmu, bukan ingin mengimingimu akan materi, tapi papa berjanji pada Irene untuk mengantarkan kamu menjadi orang yang berhasil"
Maura menunduk di teras halaman depan, ditemani mbok kum yang menggenggam tas miliknya dan Maura untuk bersiap berpindah rumah, diselingan waktu menunggu Viena berkemas, Mbok kum menatap Maura dalam hening, matanya berkaca, memikirkan nasip anak mantan majikannya itu kini harus tinggal bersama keluarga baru yang tak di kenalinya, ada banyak pelajaran hidup majikan mudanya itu alami, ia yang belum sepenuhnya sembuh dari luka demi luka yang ia terima kini harus menerima kenyataan pahit tentang seorang papa tiri yang menikahi ibunya dengan setatusnya yang masih memiliki keluarga, satu doa Mbok Kum, semoga rahasia mereka tak sampai tercium keluarga Prayoga, baik istri maupun anak-anaknya, jika itu terjadi, maka Maura akan jauh lebih menderita dari apa yang telah ia alami saat ini.
Suara pintu terbuka terdengar, Prayoga menoleh ke arah kamar, yang ia dapati Erlin dan Viena keluar bersamaan, ia memperhatikan anak bungsunya itu, masih dengan matanya yang sembab dan tubuh seperti orang yang kehilangan energi. Rambutnya awutan tak seperti biasa, bajunya ronyok tanpa setrika, bahkan ia mengenakan kaos kaki lain sebelah.
"Viena, kamu kenapa?, kamu sudah makan?" Viena tak menjawab, ia mengacuhkan pertanyaan Prayoga dengan memberikan tas kearah supir lalu bergegas mengambil posisi duduk paling depan.
"Maaf Non, itu kursi bapak, Non di belakang saja ya, sama mbak Maura dan Mbok Kum" Viena membuang tatapan, tak ia perdulikan apa yang dikatakan supir pribadi Papanya itu, ia hanya ingin menangis namun sebisanya ia tahan.
"Sudah Pras, saya di belakang saja bersama Maura di tengah" Erlin berlari ke arah pintu depan, ia menarik lembut rambut Viena dan berbisik
"Eh nyet, lu boleh patah hati, tapi kalo lu kesel gara-gara lu ditinggal kawin sama kak Sisy, dan lu lampiasin kekesalan lu ke Maura, awaslu" mendengar ocehan Erlin, Viena mendorong kepala Erlin kebelakang, matanya membesar,
"Diem lu ah begok"
Erlin menjauh dari arah Viena dan memohon pamit pada Maura, Mbok Kum dan Prayoga, ia pulang karena telah dijemput. Ia memeluk Maura yang mendapati sikap kaget saat tubuh itu memeluknya erat, Erlin tahu, Maura akan menerima perlakuan yang kurang menyenangkan saat bersama Viena, ia ingin bisa bersama Maura, tapi keadaan tak memungkinkan, meski ia sempat bertanya pada diri, mengapa Keny merasa bertanggung jawab sekali hingga mau mengadopsi Maura sebagai anak, telah tercium dibenaknya, ada sesuatu pemanfaataan keadaan dan lagi-lagi Maura yang harus menerima buah pahit dihidupnya.
"Jaga diri ya Ra, gue bakalan sering-sering main kok ke sana"
Maura mengangguk ia tersenyum ke arah Erlin, tatapan tulus itu terlihat pasrah kemana takdir akan membawa, ia hanya yakin, tak ada siapapun yang ia percayai selain prayoga Papa tirinya yang selama ini memang selalu bersikap baik padanya.
***
"Mama nanti malem pulang, kita makan bersama di rumah ya Vin, sekalian sama Maura, dan Ris tolong antar Mbok kum kekamarnya, jangan dikasi seragam, mbok kum bukan pelayan di sini, dia adalah bibi dari tamu saya, Non Maura" Prayoga menoleh ke arah Maura saat menginstruksikan pesan kepada salah satu ketua dari asisten kerumah tanggaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Revenge and Love [Completed]
Roman pour AdolescentsLove is like a bed of roses, which means love brings about two things pain and happiness. Rank #1 girlxgirl 25/10/18 Rank #1 girlxgirl 11/07/19