8. Karma Viena & Murka Kenny

7.3K 637 38
                                    

"Jane, jane, sadar Jane, anak orang bisa mati" Viena meringkuk di bawah kursi, ia terpental jatuh dan tetap mendapat susulan tendangan telak di ulu hati, ia mendekap erat dadanya melengkung menahan sakit.

[*]

Viena bergegas bangkit menuju parkiran mobil saat Erlin membunyikan klakson dengan nyaring

"Anjir nih bocah" Viena tersedak saat menghabiskan teh hangat di atas meja makan, dengan mencomot beberapa roti bikinan asisten rumah tangga Erlin, tanpa sempat memperbaiki tali sepatu dengan benar ia berlari menuju arah keluar.

"Lin berisik banget siihh"

"Buruan Vin, ini udah telat banget"

Viena memasuki mobil mengambil posisi duduk di samping Erlin, ia mengenakan seragam yang dimiliki Erlin pada tubuhnya terlihat sedikit longgar

"Lu gembrotan juga" Erlin memelototkan mata menatap Viena datar saat ia yang selalu menghabiskan akhir pekan pada kelas yoga itu mendapati celetukan Viena ngasal.

"Lu yang ceking, kurang gizi, udah kurus kaya belatung"

"Gue bukan kurusan, gue ini udah proporsional, nggak lebih nggak kurang pas, nah lu, liat nih seragam lu, kedodoran ke sana-sini"

"Berisik lu Vin, kalo nggak mau pake seragam gue, kita muter aja ke rumah lu"

"Ehh jangan, ini kita udah telat"

Ringtone Shape Of You dari Ed Sheeran menghentikan obrolan mereka, musik dari salah satu hape milik Viena itu membuat ia bergegas membuka panggilan telfon yang bertuliskan nama Mona.

"Kenapa nih bitch?"

"Siapa?" Erlin memutar kepala ke arah Viena yang kini terlihat seperti orang yang masih setengah bingung

"Halo Mon, ada apa?"

"Viena lu lagi di mana?"

"Lagi di jalan mau nuju ke sekolah, kenapa?"

"Vin, mending lu nggak usah masuk dulu deh hari ini, sampe sekolahan tenang?"

"Tenang?, maksud lu apa, gila kali nggak sekolah udah mau ujian, UAS gue gimana ngasal lu?"

"Iyaaa tapi ini bener-bener gawat, percaya deh sama gue, lu muter balik aja ya, nanti kalau luang gue hubungi lagi"

"Emang ada apa, buruan nggak cerita sama gue, Mon, Monaaa, sialan dimatiin" Viena membuang handphone miliknya ke dalam tas sekolah sesekali ia kembali menatap Erlin yang mendapati sambutan hembusan napas jawaban dari ketidaktahuan Erlin yang pun masih dalam keadaan yang sama bingungnya bersama Viena, mereka melaju menuju gedung Cendana Mulya.

Viena mengeluarkan tas dari dalam mobil saat detik pertama Erlin memarkirkan kendaraan, dari pojok parkiran gedung sekolah, satu persatu mata yang melewatinya menatap ia dengan kerlingan tajam.

"Kan mereka pasti ngeliat ada yang aneh dengan baju karung gue".

Erlin menyingsing sedikit baju Viena dan merapikannya ke dalam rok yang membuat keduanya saling nyengir,

"Lin aghhh, sedikit lagi, iya di situ, lebih dalem, ughh masukin lebih dalem sayang, aaarghh" Sadar akan kegilaan Viena, Erlin menarik tangannya dari baju yang ia rapikan dan memukul pelan kepala gadis gila di hadapannya itu dengan tatapan kesal.

"Anjir lu Vin otak lu mesum dasar, gue mau rapiin baju lu biar nggak kelihatan gede"

Viena sumringah memecah tawa, disusul
Erlin menarik tangan Viena untuk bergegas memasuki gedung sekolah, namun langkah pertama mereka menginjakkan kaki ke dalam gedung SMU Cendana Mulya, sorotan dari tatapan mata yang tak bersahabat seolah siap menghakimi mereka.

Revenge and Love [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang