25. Viena : "What Happened Last Night?"

9.1K 706 102
                                    

Mulmed : Maura︽

"Viena kamu kadang ngomong nggak pernah mikir ya, ngambil kesimpulan dari apa yang udah kamu lihat, kamu baca dan kamu denger, tanpa kamu klarifikasi dan kamu buktiin sendiri cuma segitu nilai analisis kamu, mama bener, kamu nggak akan pernah bisa sepinter aku" Viena semakin berang, giginya terlihat bergemeretak menahan emosi yang telah naik hingga kerongga dada nya yang terasa sesak menahan amarah.

[*]

Viena bangkit saat pantulan cahaya kamar yang di tempatinya mulai terlihat terang

"Gue dimana?" Tanyanya masih dalam memulihkan kesadaran, saat teringat ia tahu bahwa ia semalam menginap di rumah Maura, dan , dengan cepat ia menoleh ke sisi kiri ranjang tempat ia berbaring, ia memandang mini drees hitam dan resleting leher yang telah terbuka hingga sebatas dada, ia mencoba mengingat sesuatu, namun kepalanya terasa semakin memberat

"Kenapa gue pake baju ini?" sembari memicingkan mata ketika menyadari tak ada Maura di sisinya, ia ingin menanyakan sesuatu, sontak ia menoleh saat suara pintu kamar terdengar ada yang membuka , sosok gadis dengan kaos putih polos dan pants selutut mencepol rambut indah itu tinggi ke atas, lehernya yang jenjang terlihat secara jelas, Viena menatap leher itu intens dengan matanya yang tak terpejam, matanya membelalak lebar memperhatikan Maura secara detail.

"Sarapan dulu, susunya diminum Vien biar pengaruh alkohol kamu hilang?"

"Semalem aku mabuk?" Maura menoleh ke arah wanita yang bertanya, alisnya terlihat menaik setinggi dua centi, wajah polos Viena seperti ekspresi orang yang habis kalah judi. Tak kalah bingung, Maura meletakkan mangkuk bubur di atas meja bersebelahan dari tempat tidur.

"Iya kamu dianterin Meleo sama Erlin" Viena menunduk dan kembali memikirkan sesuatu

"Tapi seinget gue, gue pergi bareng loe deh" Maura mengangguk dengan memperlihatkan wajahnya yang terlihat datar

Menarik jemari Viena untuk bangkit menempati kursi kamar, manatap wajah Viena lekat, simpul rona bias mata amber teduh menatap Viena tulus .

"Vien, bisa nggak, nggak usah loe in aku lagi, dari dulu sebenernya aky nggak suka dengernya.."

"Dari dulu sejak kapan?"

"sejak kita serumah" Maura menuntun Viena megang gelas susu untuk dirinya lekas minum. Viena memperhatikan  guratan wajah Maura yang tampak berbeda. Ada apa dengan temannya itu, bukankah selama ini Maura tak pernah mempermasalahkan apa yang barusan dirinya permasalahkan.

Maura memperhatikan Viena dengan tatapan dalam, ada kilasan dengan siluet kebingungan yang mencoba keduanya terjemahkan.

"gue inget kejadian semalem, gue ke meja bartender, mesen minum, terus loe sama Maleo, terus kalian pegang-pegangan, terus gue minum teruuuus...."

"Terusss..!!" Maura meninggikan suara seperti hendak menyergah, Viena terkaget memperhatikan Maura yang menatap lekat wajahnya terlihat dengan mimik orang yang sedang marah, Viena bergidik meringsut ke samping tempat tidur sambil menselonjorkan kaki.

"Dan terus gue nggak inget lagi" Cetus Viena dengan menggelengkan kepala ke arah Maura tanpa wajah berdosa.

***

Lain kali jangan berurusan dengan orang mabuk, jangan berbicara dan mempercayai apapun omongan orang yang bahkan dengan dirinya sendiri saja ia tidak lagi bisa mengenal, apa lagi mempertanggung jawabkan perkataannya, bahkan perbuatannya nya sendiripun ia tidak akan pernah sanggup, Viena bodoh plus, plus, dengan label idiot di atas rata-rata, Maura membatin dan melampiaskan kekesalannya pada tumisan campuran sayur setengah hangus yang ia masak di atas kompor. Ini makanan yang pantas untuk Viena, cetus Maura dengan wajah nya yang terlihat memerah menahan marah.

Revenge and Love [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang