"Lalu kamu bayangin sendiri nasip kamu kalau nggak mau nurut maunya gue?" Viena tersenyum sarkas, mengulum permen yang barusan saja ia buka dan meminun bear bintang kaleng yang ia stok di kulkas.
"Vin, Viena, kamu nggak psikopat kan?" Cetus Maura dengan wajah memelas.
[*]
"Nanti malam ada acara makan malem di rumah gue, dan gue ngundang lo sama Maura dateng ya" Maura batuk, ia tersedak meraih air minum dari hadapannya dengan cepat ia menyeruput air itu dengan pipet, matanya memerah menahan batuk
"Kenapa Ra?" Tanya Erlin saat di meja makan di jam istirahat sekolah, sebagian mata menatap Viena, dimana gosip mengatakan jika ia telah berubah dan tak akan lagi berbuat ulah itu terlihat masih menyimpan rasa malu terkait skandal Videonya, Viena kini duduk satu meja bersama Maura.
Viena mengalihkan perhatian ke arah Maura yang tampak menahan sakit akibat tersedak.
"Kesedak?, coba tadi pas loe mau ambil air gue kasi cabe" Viena membeo mendapati pukulan kecil dari Erlin, Maura yang duduk di hadapan mereka mengangkat kepala menatap Erlin
"Kayanya aku nggak bisa"
"Kan liaattt, ansos, introvert kamu kebangetan banget" Viena mengunyah chicken soto yang ia pesan itu dengan sindiran halus
"Kenapa nggak bisa?, dulu juga waktu aku pernah undang kamu diacara ulang tahun aku kamu nggak mau dateng, tapi kamu bisa dateng di acara ultahnya Nisa sama Onca, apa karena dia temen kamu?"
"Kamu juga temen aku kok"
"terus kenapa nggak pernah mau kerumah aku?"
"Nanti malem aku sibuk?" Viena mendelik memperhatikan Maura memikirkan apa lagi yang akan ia berikan alasan, kebiasaan lama yang sering membuatnya kesal.
"Yaudah loe bisa kan Vien?"
"Iya dong sayang, gue pasti dateng"
" Thanks ya, soalnya keluarga lagi mau ngadain penyambutan kedatengan bang Erlan dari luar negeri, nggak lama sih datengnya, lusa berangkat lagi, acara makan malem keluarga, karena kalian udah aku anggep kaya keluarga aku sendiri, jadi aku ngundang kalian untuk dateng"
"Emang bang Erlan udah selesei sekolah?"
"udah, kan dia satu tahun di atas kita"
"Bakalan nyusul bang Serhan dong ya ke perusahaan?"
"Serhan siapa?" Dengan nada bersemangat Maura bertanya, Viena dan Erlin menoleh bersamaan menatap Maura yang terlihat menunggu jawaban
"Dia abang aku yang paling tua, hati-hati kalau ketemu dia, ntar kamu naksir, banyak orang yang bilang kalau bang Serhan itu tampan" Erlin memberikan jawaban kepada Maura yang tak melepaskan tatapan.
"Umurnya?" Viena mengangkat kepala menatap Maura heran
"Bang serhan udah dua puluh delapan tahun Ra, tapi dia nggak suka pacaran, katanya nggak mau komitmen, mungkin karena udah lama di luar negeri kali ya?" Erlin memindahkan piringan kosong ke sisi tepian meja, dan mengelap bibirnya dengan tisu basah yang selalu ia bawa.
"Memang tinggal selama ini di luar negeri, kapan terakhir kali di Indo?"
"Eh jangan kepo, kenal aja enggak, sokap ih" Maura tak memperhatikan Viena, ia hanya tetap memperhatikan Erlin yang kali ini tertawa melihat Viena berbicara dengan mulut berisikan miehun.
"Bang serhan jarang pulang sih, palingan sekali-kali kalau ada urusan keluarga, terakhir ke Indo itu tiga atau empat tahun yang lalu aku lupa" Erlin menjelaskan dengan senyuman ke arah Viena, ia menoleh dan menabok wanita itu saat kuah mie Viena tertumpah ke rok Erlin, ia mendumel kesal, sementara Maura menunduk menyerap tiap bait kata yang di sampaikan oleh Erlin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Revenge and Love [Completed]
Roman pour AdolescentsLove is like a bed of roses, which means love brings about two things pain and happiness. Rank #1 girlxgirl 25/10/18 Rank #1 girlxgirl 11/07/19