SATU

2K 230 37
                                    

Ini bukan kisah perihal memendam rasa.
Apalagi kisah manis dua sejoli.
Bukan cerita legit yang mengundang senyum.

Ini tentang jarak diantara mereka.
Tidak pernah diungkapkan karena ego masing-masing.
Karena ada hal yang harus dikatakan baru bisa dimengerti.

Ini tentang rasa yang terlambat datang.
Tentang Bumi,langit dan batas horizon diantaranya yang berdampingan.

Tentang fakta yang menggerogoti kepercayaan.
Dan tentang semesta, yang mendekatkan mereka kembali.


----------------------------------------------

Pernah tidak merasa meledak-ledak karena bahagia? kemudian ingin lari sekencang badai, berharap 'mati saja kau' karena menanggung malu? jantungmu berasa memaksa keluar dari tempatnya, lalu sesak karena menahan ungkapan yang meluap-luap. Membuatmu sulit berbaring di malam hari hanya karena mengingat sebuah nama, dan kau akan menertawakan dirimu sendiri kemudian.

'Cinta pertama selalu berwarna, dan bertahan lama terendap dalam hatimu'

Terra, 16 tahun, rambut coklat sepunggung, bibir tipis, alis penuh, mata hijau emerald, perempuan, warna kulit tan sedikit matang, masih perawan.

kegiatan yang dilakukan saat ini: jatuh tersungkur karena tali sepatu sendiri.

Terra mengaduh pelan atas kecerobohannya sendiri, ditahannya malu sebab puluhan mata sedang menatapnya, gadis itu menggaruk risih sedikit kepalanya, tanpa repot-repot membersihkan seragam kemudian berdiri mantap lalu acuh tak acuh pergi, menuju kelasnya tentu saja.

kakinya baru membawanya hingga depan kelas, tapi ia berhenti sejenak, menatap pelan dan lama pada ambang pintu kemudian memantapkan hati menuju peradaban kecil yang ia sebut 'teman sekelas'.

Gadis itu menuju mejanya, merapikan buku yang berserakan dan menyamankan diri untuk mengistirahatkan kepalanya diatas meja, tangannya dijadikan bantal, dan kakinya berselonjor ringan. Sebentar lagi gadis itu akan tamat sekolah, dan ia amat menanti waktu itu. Matanya menatap kosong pada segerombolan siswa, kemudian beralih mengitari kelas. semuanya, punya kesenangan. persetan dengan hal bahagia, buatnya kesenangannya sudah mati dua tahun lalu. Perlahan matanya mulai menutup, dan memimpikan seseorang yang selalu ia cari keberadaannya.
.
.

.

.
.

"Jangan menangis, Terra.."

Terra terbangun, mendapati bokongnya amat ngilu karena terlalu lama tidur dengan posisi duduk, ia menguap, melenturkan otot-ototnya yang sempat kaku, sinar matahari sore menyilaukan pandangannya. Terra mengerjap sekilas,

"sudah sore? seberapa lama aku tertidur? ini gawat!" diedarkannya pandangan, kelas sudah sepi, ia tidak terkejut bila ditinggalkan begitu saja. dengan kekehan kecil gadis itu berdiri, kembali meregangkan punggungnya, badannya dibalik kearah jendela kemudian, entah kenapa melihat matahari sore, sinarnya serasa menembus iris emerald miliknya, ia menangis tanpa sadar,
.
.
"Jangan menangis, Terra.."

Ia terkejut, sebaris kalimat dalam mimpinya muncul begitu saja, digosoknya air mata yang tumpah kuat-kuat, kemudian menepuk pipinya ringan sekedar menyemangati diri, kemudian berjalan mantap meninggalkan kelas.

Terra menuju apartemen miliknya, gadis itu tinggal seorang diri, tidak memiliki seorang pun teman, bukan karena tak pandai bergaul, ia hanya sedikit menutup diri. Lagipula ia dipandang aneh oleh teman sekelasnya, hanya karena ia pendiam,ceroboh, dan matanya hijau cemerlang. Terra terbiasa dengan perlakuan kasar, sudah biasa dengan cibiran tidak pantas yang sehari-hari didapatkannya. Diam saja ketika di lempari kertas dan loker miliknya di kacaukan dengan coretan dan sampah. Dan tak peduli saat nilainya melonjak naik dan justru dapat siraman air toilet. Terra memang sebal, tapi ia diam saja. Ia hanya bersabar, menunggu waktu hingga lulus dari neraka tersebut.

Terra sampai si depan apartemennya, mendengar pintu apartemen sebelah terbuka, sesosok pria berambut ebony dengan wajah tidak bersahabat sama sekali keluar dengan rokok terselip di bibirnya. Pria itu diam saja, matanya menatap Terra dengan tajam.

Terra menelan ludah dengan gugup. kemudian berkata dengan sangat pelan.

"Mampus."
.
.
.
.

Puella here!

chapter satu, pendek bngt cuman 300 sekian words, tapi next chap bakal lebih panjang, hohoho.

Bumi LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang