SEMBILAN

373 69 4
                                    

[WARNING 17+] Untuk kata-kata kasar dan kurang senonoh di beberapa tempat.

kali ini chapter yg bnyk ngebahas caelum dan masa lalunya, fansny Caelum angkat suara *maksa*
happy reading^^
--------------------------------------------
Caelum tau, pria itu paham, kalimatnya terlampau kurang ajar untuk gadis yang barusan ia ancam. Tapi ia harus. Yang ia lakukan memang bukan bisnis prostitusi illegal, tapi tetap saja sama bobroknya dengan itu. Lebih aman buatnya dan Terra jika tidak saling ikut campur.

Dia bukan mafia tentu saja, justru ia bertentangan dengan sekelompok orang yang menyebut dirinya pria yang terhormat itu. Jika penjahat seharusnya menentang pemerintahan dan melakukan hal bajingan serta perdagangan illegal, merusak infrastruktur serta mengendalikan orang pinggiran secara terorganisir, Caelum persis seperti itu, minus menentang pemerintah dan perdagangan illegal, meskipun tidak dipungkiri sedikit banyak ia mencurangi pasar dan membenci pemerintah.

Pria ini bekerja untuk pemerintahan inggris, sejak umurnya belum genap sepuluh tahun. Ketika itu ia ditarik paksa dari keluarganya, masih ia ingat wajah tengik bajingan yang menyeretnya, dua laki-laki kekar berjambang mencengkeram erat lengannya, tangannya kuat dan kasar. Tentu saja Caelum memberontak, namun tamparan keras mendarat di pipinya, berkali-kali hingga sudut bibirnya sobek. Rambutnya di Tarik kebelakang, dipaksa berhenti meronta, tapi tidak, tidak ia lakukan tentu saja, Caelum kecil, meludah menyumpahi. Di balas tendangan pada kepala dan sekujur tubuhnya. Namun ia hanya tertawa, meskipun sekujur tubuhnya gemetaran menahan sakit.

"Bocah tengil! Brengsek benar kau! Apa gunanya mengambil bocah kurang ajar sepertimu!"

"Perintah dari atasan bos! Dia memberontak seperti setan, kita buat ia memberontak keenakan bagaimana?"

Ketika itu, untuk pertama kalinya, dengan tubuh terluka, adrenal yang memompa, ia kehilangan ketakutannya. Ia tidak peduli, dan tidak heran dengan kekuatan dari mana yang tiba-tiba muncul. Yang ia tahu harga dirinya harus dipertahankan dari nafsu laknat dua pria di hadapannya, maka dengan segenap kekuatan ia melompat, meraung kesetanan merebut paksa senjata tajam dari samping celana salah seorang pria di hadapannya. Caelum tersadar setelah mendapati tubuh dan tangannya bersimbah darah, pupilnya membesar dan kedua pria tadi sudah tergeletak tak bernyawa.

Menoleh kemudian ketika di dengarnya tepukan tangan, ia mendapati seorang paruh baya berbadan tegap dan berpenampilan necis dengan jas hitam, rambutnya kelabu disisir kebelakang, ekspresinya tenang namun berbahaya, empat orang pria berbadan besar berdiri teratur di belakangnya. Caelum mundur dengan waspada, ia tidak takut tentu saja, hanya saja instingnya berkata lelaki itu berbahaya.

"pertunjukan yang menarik, keberanianmu sungguh luar biasa"

Caelum tetap berada di posisi siaga tanpa menjawab, hanya menggeram rendah, tidak ada jawaban, maka pria itu melanjutkan kalimatnya

"ikutlah bersamaku, bekerja, melakukan sumpah setia. Anggap saja keluargamu membuangmu, meski kenyataannya begitu"

"hidupmu tidak bahagia 'kan? Bagaimana rasanya membunuh? Menyenangkan?"

"keadilan itu harus ditegakkan bukan? Seperti kau yang membela diri barusan. Kalau mau, ikut denganku, kita benahi keadilan. Atau kalau kau lebih memilih mati jadi gelandangan-pun tidak masalah"

Caelum kecil, ia termakan bujuk rayu serta kemarahan. Maka dengan kaki kecilnya, ia melewati genangan darah, mengotori telapak kakinya dan berdiri tegak balas menatap tajam pada laki-laki yang menawarinya pekerjaan

"aah.. ekspresi mata yang bagus"

"bersiaplah, tidak ada jalan kembali, bocah"

Ia dibawa kebagian utara inggris, melewati London dan sungai Thames, sampai pada sebuah bangunan yang kelewat megah. Disana luka-lukanya di bersihkan dan dilayani dengan baik. Butuh sekitar dua puluh empat jam untuk memulihkan tenaganya setelah melawan dua orang kekar. Setelah tubuhnya baikan. Ia diajak menuju sebuah ruangan, melewati hal room yang kosong, menyentuh pilar-pilar putih besar yang menyangga bangunan. Belok di tikungan kedua setelah tangga utama, melewati lorong dan masuk di sebuah ruangan dengan pintu coklat yang megah, sisi-sisi tembok di hiasi vas bunga dan beberapa lukisan, didalamnya teramat minimalis, hanya terdapat satu meja membelakangi kaca besar yang mirip kaca sebuah kapel, dan sebuah perapian di bagian kanan ruangan. Caelum di bawa kedepan meja tersebut, didudukkan bersimpuh, masih tidak mengerti apa yang akan di lakukan, kemudian melihat sosok pria berambut kelabu mendekatinya

Bumi LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang