TIGA BELAS

325 30 6
                                    

[NOTICE] 17+ Hati-hati, ada kata2 yg kurang senonoh dan kasar, jangan cari di google kalau nggak tau artinya

---------------------------

Terra tersadar di sebuah ruangan, pandangannya masih sedikit buram, menatap langit-langit kumuh dan bau apek. Ia mencoba menggerakkan tubuhnya, namun menyadari ia sedang diikat di sebuah kursi. Terra mengerang perlahan, mencoba mengingat kejadian terakhir sebelum ini. Dia keluar dari apartemen Caelum, lalu menuju apartemennya sendiri. Ketika membuka pintu seingatnya tiba-tiba pergelangan tangan miliknya dikunci dari belakang, kemudian teriakannya juga ditahan dengan sapu tangan, setelah itu Terra tidak ingat apa-apa lagi. Kepalanya sedikit berdenyut, ketika sepenuhnya sadar, Terra mulai berpikir alasan dari penculikannya. Ia tidak perlu repot-repot melihat sekeliling, yang ia tahu tempat itu sama buruknya dengan kandang kuda. Gadis itu cepat menyadari, satu-satunya alasan ia disini, sudah pasti karena pria itu, Caelum.

Terra terbatuk kecil, seharian ini nyawanya berkali-kali dalam bahaya. Baru saja bernafas lega, sekarang Terra harus kembali diikat menunggu bantuan, atau mati mungkin. Baru saja gadis itu berpikir apa yang harus ia lakukan, pintu ruangan terbuka. Enam orang pria masuk kedalam, lima diantaranya bertampang buruk dan berbadan besar, dan satu sisanya rupanya sedikit menyerupai kuda, karena lubang hidungnya yang kelewat lebar, serta lebih kurus. Bahkan Terra bisa menebak, orang itu sudah pasti pentolannya. Yang kemudian pria kurus itu maju beberapa langkah dan membuat senyum lebar mengerikan.

"Well, gadis kecil, selamat datang! Maafkan aku soal penjemputan yang buruk."

Terra mendecak perlahan, ia ingin menendang bokong pria itu. Senyumnya benar-benar membuat Terra mual.

"Apa lagi yang kalian mau, dasar brengsek!"

"Hei, hei. Tenang gadis kecil. Aku tidak berniat melukaimu, untuk saat ini tentu saja. Aku hanya butuh sedikit bantuanmu, untuk memancing pria busuk yang tinggal di sebelahmu. Itu saja."

Terra menyerngit, bagaimana mereka tau kalau Caelum tinggal bersebelahan dengannya, lagi pula ketika itu ia hanya bilang 'tetangga', bukan tetangga bersebelahan, pikirnya.

"Jangan pasang muka begitu, mudah saja mengetahui. Pertama, anak buahku menyaksikan sendiri kau menyelamatkan bajingan itu, sungguh tindakan tolol gadis kecil. Kedua, kami memastikan tempat tinggalmu, dan hubunganmu dengannya, itu saja."

Pria itu kembali tersenyum lebar, sampai matanya menyipit. Terra berpikir, jangan-jangan memang orang ini yang membobol apartemennya. Jika begitu ia tidak akan kaget lagi. Terra memicingkan mata menatap laki-laki kurus di depannya, kemudian angkat suara,

"Percuma saja, orang itu tidak akan datang, dia tidak akan peduli."

Laki-laki itu tertawa keras, nyaring menggema di sekitar ruangan. Ia tertawa lama sekali hingga menyeringai lebar, menatap Terra,

"Tentu saja ia akan datang tolol. Bajingan itu orang bodoh yang mau repot-repot berkorban untuk rakyat biasa. Terlebih dia punya hutang telah membuat anak buah kesayanganku tertidur."

"Siapa yang kau sebut bajingan, muka kuda brengsek."

Terra menoleh dengan cepat kearah asal suara, ia menahan nafas, antara merasa lega dan takut. Caelum berdiri menantang di depan pintu, ekspresi wajah datar seperti biasa. Hanya peluh yang sedikit menetes.

"Aah, ini dia yang ditunggu. Kau datang lumayan cepat,Selamat datang Caelum,wajahmu tetap menyeramkan."

"Jangan tolol muka kuda. Cecunguk kecil yang kau suruh berjaga lemah seperti biasa. Lepaskan saja dia, tidak ada untungnya buatmu."

"Well. Pertama, Aku bukan muka kuda, biar kuingatkan. I'am Eddie Dick, just call me Edd."

"Dick? Kau punya masalah dengan penismu? Tidak bisa ereksi? Sekalian saja kupotong, jadi wanita sana."

Bumi LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang