SEMBILAN BELAS

155 19 2
                                    

Aih, sudah lama sekali ya baru up :') maafkan saya, silahkan baca part sebelumny dulu kalo lupa biar nyambung. Happy reading :*
--------------------------------------------------------

"Ap-, kakak? Kau? Dia?" Terra gelagapan, tak tahu mau bereaksi seperti apa. Namun, tidak ada satupun dari dua lelaki itu yang menggubrisnya, kelihatannya mereka berdua sedang menyelami pikiran lawan masing-masing lewat tatapan mata.
"Lama tak melihatmu, sekali ketemu penampilanmu buruk begitu." Arma menelisik penampilan Caelum dari ujung rambut sampai ujung kuku. Pria kelabu itu tak menjawab, tak mencibir bahkan tak mendengus seperti ia yang biasa. Caelum hanya diam, membiarkan Arma mengoceh sesukanya,
"Malas sekali aku harus melihatmu,
Kenapa kau muncul lagi dihadapanku setelah sekian lama?
Memandangmu saja aku muak, lihat saja tampangmu itu,
Buat apa kau disini?
Aah... aku lupa, kau 'kan 'kesayangan' Ayah, sewajarnya sekarang kau nikmati kebebasan yang kau dapat cuma-Cuma itu ya, Kak?"

Dan kalimat-kalimat semacam itu terus mengalir dari mulut Arma, nadanya sarkas dan tajam. Caelum tetap bergeming, sesekali mengeratkan rahang, namun ekspresinya masih tenang. Terra sama sekali tidak ada ide tentang apa yang sedang terjadi, ia terus berpikir sambil memandangi Arma dan Caelum bergantian, tapi sama sekali tak menemukan korelasi yang tepat.

"Ah, sudahlah. Ngomong denganmu membuatku makin sebal saja. Kira-kira kapan kau benar-benar enyah dari duniaku Kak?" Arma memberi penekanan pada kata 'kakak' seolah ia jijik untuk mengatakannya, atau mungkin memang begitu. Laki-laki berambut pirang itu mendengus kasar, kesal karena Caelum hanya diam, moodnya untuk bermesraan dengan Terra hilang seketika, ia berbalik pada gadisnya, lalu tersenyum singkat, "Terra, dear, maafkan aku, tapi mungkin kita ketemu lagi besok, kalau aku ada waktu. Kuhubungi kau nanti," kata Arma kemudian, tak memberi kesempatan gadis itu untuk balas menjawab. Ia mengacak pelan dan singkat surai Terra, kemudian berlalu, melewati Caelum yang masih setia ditempatnya, melempar pandangan tak suka pada Caelum, dan masuk kedalam mobil miliknya, lalu menancap gas keras-keras.

Caelum menghela nafas teramat pelan pada akhirnya, menelan ludah sebentar, kemudian berjalan lalu, melewati Terra yang masih memandangnya penuh tanya, seolah percakapannya dengan Arma barusan tak pernah terjadi, pria kelabu itu bahkan menulikan telinga saat Terra memanggil-manggilnya. Biar saja bocah itu penasaran, Caelum tidak mau repot-repot membahsanya, ia tahu, nantinya Arma bakal menjelaskan pada Terra, dan ia tak peduli meski ceritanya melenceng dari kenyataan. Atau setidaknya sesuai sudut pandang 'adiknya' itu.

Terra merengut sebal. Emeraldnya melotot memandangi Caelum yang sama sekali tak memperdulikannya barang sedetik. Bahkan hingga mereka sudah berada di apartemen tetap saja Caelum tak menganggapnya ada, pria itu terus melangkah dan masuk ke kamarnya sendiri, Terra mendengar bunyi 'klik' tanda pintu dikunci. Terra menghela nafas lelah, mungkin bukan hanya pintu kamar pria kelabu itu yang terkunci, namun hatinya juga.

***
"Englberht," panggil Terra, gadis itu menyerah, percuma mencari tahu dari pria yang membatu dalam kamarnya. Jadi, ia memutuskan bertanya pada orang lain yang kemungkinan besar tahu sesuatu.

"Yes, Terra?" Englberht memutar kepalanya, sebelumnya ia asyik menonton televisi, ketika dilihatnya ekspresi Terra, intuisinya bisa mengatakan sesuatu telah terjadi, dan gadis di hadapannya menuntut penjelasan.Terra melempar bokong, duduk disamping pria bermata hazel tersebut,
"Biar kutebak, soal Caelum?"
Terra mengangguk pelan, "Bisa kau ceritakan sesuatu tentangnya? Masa lalunya? Pekerjaan gila kalian? Apapun itu?" Terra memandang Englberht setengah berharap,

"Kenapa kau jadi penasaran dengannya begitu?" Englberht mengerling nakal

"Kau tahu, aku barusan bertemu dengan- Yah... 'adiknya' Sir Caelum? Aku bahkan tak tahu ia punya adik, and bloody hell. Adik sialannya itu Arma, kekasihku."

Bumi LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang