ENAM BELAS

275 29 3
                                    

Caelum tertidur telentang di tengah penerangan kamar yang remang-remang. Ia sesekali menekan pelipisnya tanda lelah. Sudah seminggu, dan tidak ada perubahan signifikan yang berarti pada tubuh Terra. Dua kali mereka uji laboratorium, dan Caelum mengawasinya habis-habisan, tetap saja, hasilnya nihil. Caelum bukannya putus asa, tapi tetap saja, pekerjaannya bukan cuma mengawasi Terra, ia gemas sekali dengan kasus ini, tidak terlihat ujungnya. Apalagi memikirkan semakin lama mereka menemukan efek serum itu, semakin besar pula kemungkinan sisa serum yang lain tengah menyebar keseluruh pasar gelap dunia. Belum lagi perihal lelaki pirang yang seringkali dilihatnya bersama Terra, hal itu lebih menyusahkan lagi buatnya. Caelum yang terbiasa frontal nan blak-blakan, dipaksa menuruti privasi Terra. Alasannya, gadis itu bakal membangkang apabila Caelum terus-terusan mengusik kehidupan remajanya. Dia tidak tunduk tentu saja, tapi sekali-kali lah tak masalah.

Pria kelabu itu mulai berpikir, apa mungkin serum itu hanya omong kosong belaka, mungkin saja hal yang penting justru terlewatkan olehnya. Sungguh, Perihal serum itu membuatnya harus bekerja duakali lipat. Caelum terduduk di tepian tempat tidur, keningnya berkerut, berusaha mengingat-ingat sesuatu, barangkali memang ada petunjuk yang terlewat, meski ia yakin 99% mustahil terjadi, mengingat dirinya selalu cermat dan kompeten.

Memorinya berputar pada setiap keajadian dimulai dari Terra sengaja diminumkan serum itu, sampai kemudian dua puluh menit yang lalu, dimana terakhir kali Caelum berinteraksi dengan Terra. Hening, hanya detak jam mengudara. Sesaat kemudian Caelum mengangkat sebelah alis, pria ebony itu teringat sebaris kalimat milik Englberht sewaktu membaca hasil diagnosa Terra

"You know man, mungkin saja diagnosa ini bukan suatu kegagalan. Barangkali gadis itu harus terpancing dulu, baru 'sesuatu' itu bakal muncul pada dirinya."

Dan kalimat itu terus menerus berputar dikepalanya, terutama bagian akhir. Ia merendahkan badan hingga sikunya berpangku pada bagian paha. Kemudian segera beranjak. Kali ini dicobanya peruntungan miliknya, Terra adalah gadis remaja, dengan hormon anak muda , plus kapasitas kejujuran serta ekspresif yang luar biasa. Jadi pria itu akan mencoba suatu hal yang kalau bukan tuntutan pekerjaan, seratus persen tidak bakal mungkin ia lakukan.

***

Lagi-lagi, Caelum melihat Terra melukis di balkon. Tidak heran, ia memang mahasiswi seni, di luar kebodohannya, ia cukup berbakat menurut Caelum. Pria ebony itu berjalan tanpa suara mendekati gadis brunette yang asyik mencoret kanvas tanpa memperhatikan Caelum yang kini sejajar dengan posisinya.

Caelum menghela nafas teramat pelan, sejujurnya ia ingin to-the-point, tipikal dirinya yang frontal. Tapi jelas sekali, yang ia hadapi sekarang remaja ababil yang tingkat pemahamannya lebih rendah dari anak-anak. Jadi ia berdeham untuk menarik perhatian Terra terlebih dahulu. Ketika pada akhirnya gadis di sampingnya menoleh dengan sedikit keterkejutan di matanya, Caelum hanya melirik tipis. Terra mengangkat kedua alis, memperlihatkan gesture tanda tanya, setelah keheningan beberapa lama.

Caelum mendecih sebal, memutuskan membuang opsi berbasa-basi yang notabene bukan dirinya sama sekali, kemudian dengan sekali langkah, tangan kirinya ia selipkan pada pinggang ramping milik Terra. Jelas gadis itu terkejutnya bukan main, Caelum mempersempit jarak, di eratkannya rangkulan, agar Terra tak berkutik. Pria itu selanjutnya membiarkan insting berjalan, sama seperti ketika ia kedapatan harus merayu beberapa wanita untuk pekerjaan kotornya. Tangannya yang bebas merayap pada pipi Terra, merasakan halus dan hangatnya yang mengalir pada permukaan jarinya. Hampir saja mengangkat sebelah alis, menyadari bahwa ia sedikit-hanya sedikit- menikmati perasaan itu. Gadis di hadapannya, terdiam, melotot besar-besar, emeraldnya bersinar terkejut serta lebih banyak kegugupan di dalamnya. Terra mengalihkan pandangan-lagi- dengan cepat, serta meronta, mencoba melepaskan diri, sedang rangkulan Caelum kelewat kuat. Sungguh jangan ragukan kekuatannya.

Bumi LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang