[tiga]

11 5 0
                                    

"Oh tuhan, itu Arya kan ? dia lagi sama siapa ? cewek itu siapa ? ". kepala Raya ditumpuki sejuta pertanyaan ketika melihat Arya yang tengah asik berbincang dengan perempuan cantik dihadapannya.

"Woy Ray lo gapapa kan ?". Rendi terus melambai-lambaikan tangannya tepat didepan mata Raya.

"Eng-enggak ko gapapa Ren, yuk kita masuk!". Raya mulai tersadar dari lamunannya, mereka kemudian masuk ke dalam café.

"Ray makan dong, jangan diliatin aja makanannya. Perasaan tadi lo yang bilang laper, lo kenapa ? sakit ?". Rendi menghentikan aksi makannya dan menatap Raya.

"Jadi cowok enak ya, kalau suka sama seseorang tinggal bilang, beda sama cewek yang cuma bisa mendem perasaannya, berharap cowok itu juga mempunyai perasaan yang sama. Menyebalkan!". Raya refleks berbicara dengan mata yang terus menatap sendu kearah Arya.

"Lo ngomong apa sih Ray ? lo lagi suka sama seseorang ?". Rendi kembali menghentikan makannya dan menatap Raya tajam. Raya menghiraukan pertanyaan Rendi, dia terus saja menatap Arya.

"Oh cowok itu, lo seriusan suka sama brondong Ray ?". Rendi menatap Raya lebih tajam, yang kini Raya pun mulai mengalihkan pandangannya dan menatap Rendi.

"Apaan sih lu Ren".Jawab Raya asal. Raya terus memainkan makanannya, kali ini Raya benar-benar kehilangan nafsu makannya. Hatinya sakit, perasaan cemburu itu terus membakar hatinya. Rendi yang merasa kesal dengan sikap Raya kemudian beranjak dari tempat duduknya.

"Gue pergi!". Rendi meninggalkan Raya yang masih sibuk memperhatikan Arya.

***

Raya terus berlari kecang, kali ini dia benar-benar mendapat masalah besar, pasalnya dia sudah kesiangan 15 menit yang lalu, dan kini gerbang sekolah pasti sudah tertutup rapat.

"Ah sial ! udah ditutup lagi". Raya berdecak kesal dengan nafas yang terengah-engah.

"Ayo jalan sini !". Sebuah tangan menggenggam tanga Raya lalu menariknya kearah belakang sekolah. Raya menelan ludahnya dalam-dalam, dia mengikuti lelaki itu tanpa berbicara sepatah katapun.

"Ayo kak duluan naik !". lelaki itu menyodorkan bangku yang sudah sedikit usang dan meminta Raya untuk segera menaiki bangku itu dan untuk segera menaiki tembok yang tingginya sekitar 2 meter itu. Beruntung pada saat itu Raya sedang memakai seragam olah raga jadi dia tidak terlalu kesulitan. Ketika Raya sudah berada dipuncak bangunan tembok itu, Raya kehilangan keseimbangan kemudian terjun dan mendarat membentur lantai aspal belakang sekolahnya, beruntungnya lagi dia jatuh dikawasan area sekolah. Setidaknya tidak sia-sia perjuangan dia menaiki tembok itu.

"Kak ? kak Raya gapapa kan ?". Lelaki itu bertanya panik lalu membantu Raya bangun sampai bisa berdiri seimbang.

"Eh? gapapa ko de, gue baik-baik aja". Jawab Raya sedikit gugup.

"Gapapa gimana kak ? siku kakak berdarah". Lelaki itu langsung menarik tangan Raya, dia mengeluarkan sapu tangan disakunya lalu melilitkannya pada siku Raya. "Aduh kak sorry banget ya jadi kaya gini, kita ke UKS dulu ya kak, ini lukanya harus segera diobatin takut infeksi". Raya menggeleng dengan cepat, dia kembali menelan ludahnya dalam-dalam.

"Gak usah de, gue juga lagi buru-buru, bentar lagi pelajaran olahraga kelas gue dimulai, gue pergi dulu ya!". Raya berlari meninggalkan lelaki itu menuju kelasnya
"Oh tuhan gue gak lagi mimpi kan ? mimpi apa gue semalam bisa kesiangan bareng Arya ? Arya manis banget sih, eh tapi dia tau nama gue dari siapa ?". Raya berlari sambil sesekali melihat lengan kanannya yang kini dililiti sapu tangan Arya, dia tidak menghiraukan rasa sakitnya. Sungguh Raya sudah benar-benar gila karena cinta. Dengan kekuatan The Flash akhirnya Raya sudah sampai dikelasnya, beruntung sebagian teman-temannya masih berada dikelas.

"Eh Ray tangan lo kenapa ?". Tanya Azka cemas yang kemudian disusul Mela dan Arsi yang menghampiri Raya panik.

"Gapapa kok, anter gue ke UKS dulu yuk perih nih". Jawab Raya sambil meringis pelan.

"Ray lo belum jawab pertanyaan gue, lo kenapa sih ko bisa luka kaya gini ?". Azka mulai kesal karena Raya mengabaikan pertanyaannya.

"Az udah deh nanti gue ceritanya di UKS". Jawab Raya akhirnya, mereka kemudian berjalan menuju ruang UKS.

"Aduh Ray lo kok bisa kaya gini sih". Arsi membersihkan luka Raya sambil sesekali menyernyit merinding.

"Iya lo kenapa sih ? katanya lo mau cerita". Tambah Azka sewot.

"Ta-tadi gue jatuh dibelakang sekolah, soalnya gue tadi kesiangan. Aduhh Arsi pelan-pelan!". Raya menjelaskan kejadian itu kepada teman-temannya sambil berusaha menahan perih di siku lengannya.

"Ray lo manjat tembok pembatas sekolah ? Ray lo masih waras ?". Mela bertanya tidak percaya.

"Ya gue juga gak tau, gue sih gaada kepikiran nyampek kesana, cuma tadi gue diajak sama seseorang buat manjat tu tembok". Jawab Raya dengan senyuman diakhir kalimatnya.

"Siapa ?". Ketiga temannya itu bertanya dengan kompak tanpa komando.

"Arya". Raya tersenyum sipu saat menyebutkan nama itu.

"Serius Ray ? lo gak bohong ? Arya suami lo itu kan ?". Arsi bertubi-tubi melempar pertanyaan pada Raya.

"Iya suami gue,gue gak bohong ! sumpah guys gue seneng banget. Ini pertama kalinya gue bisa sedekat itu dan ngomong langsung sama dia. Dia baik banget tau, dia khawatir banget pas tau siku gue berdarah, dia langsung ngelilitin sapu tangannya di lengan gue. Sungguh gue bener-bener bahagia". Raya bercerita antusias kepada ke tiga teman dekatnya, lain halnya dengan ketiga temannya yang daritadi hanya melongo heran melihat Raya yang malah bahagia tanpa memperdulikan luka dilengannya yang cukup parah.



Holaaahoopppp~

Gimana ? Gak gimana-gimana yah ?

Minta vote sama commentnya yahh xx

I'm YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang