[duapuluh lima]

13 4 0
                                    

"Gak mau masuk dulu ?".

"Enggak ah, lagian gue capek pengen istirahat".

Raya hanya mengangguk paham, dia juga merasakannya.

"Yaudah gue masuk nih".

Rendi tersenyum meng-iyakan.

Setelah Raya memasuki gerbang rumahnya, Rendi pun kembali memasuki mobilnya dan bergegas pulang.

"Pokoknya mamah gak mau Raya pergi dari rumah ini". Risa keukeuh dengan pendiriannya.

"Tapi mah, Alex itu ayah kandungnya, dia berhak bawa Raya".

"Kita yang rawat Raya pah, kita yang besarin dan didik dia. Dan sekarang dia pengen bawa Raya gitu aja, enggak ! pokoknya gak bisa ! mamah tuh udah anggap Raya kayak anak kandung mamah sendiri pah".

"Siapa yang mamah anggap anak kandung mamah sendiri ?".

Seketika Risa, Bram dan Chandra yang sendari hanya diam menyaksikan perdebatan orang tuanya menoleh ke arah pintu. Dan betapa kagetnya mereka ketika mendapatkan Raya disana.

"Raya ?". mata Raya mulai berkaca-kaca. Perdebatan tadi mau tak mau harus masuk ke indra pendengarannya.

"hah ? eh- sayang kamu udah pulang ? kirain mamah kamu mau nginep disana". Risa mencoba mengalihkan pembicaraan dana\ mendekati Raya.

"RAYA DENGER SEMUANYA !!! SIAPA YANG BUKAN ANAK KANDUNG MAMAH ? RAYA ?". teriak Raya, air matanya kini sudah meluncur membasahi pipinya.

Risa menghentikan langkahnya, matanya terbelalak. Melihat Raya seperti ini membuat hatinya perih. Air matanya pun tanpa izin sudah membasai pipinya.

"Sayang, kamu anak mamah". Risa mencoba memeluk Raya, namun Raya memundurkan langkahnya menghindar.

"JAWAB RAYA MAH JAWAB". Emosi Raya mulai memuncak, isakannya semakin menjadi. Perdebatan tadi sungguh menyakitkan hatinya.

"Papah bisa jelasin sayang, kita bicarakan baik-baik". Bram ikut mendekat.

"Jadi bener Raya bukan anak kandung mamah sama papah ? huh ?".

Bram terdiam, Risa terus menangis.

"Jawab Raya, kak Chandra tolong jawab Raya". Raya berkata lirih disela isakannya menatap Chandra penuh harap. Chandra tertegun, hatinya sakit melihat kedua wanita yang sangat dia cintai kini sedang menangis.

Melihat kediaman keluarganya membuat hati Raya serasa tertusuk ribuan belati, 'diam' berarti 'iya' itulah yang Raya pikirkan. Dia mengusap air matanya kasar kemudian berlari meninggalkan keluarganya.

"RAYA!!!!". Chandra berlari menyusul Raya.

Rendi baru saja memarkirkan mobilnya, belum sempat dia membuka pintu mobil suara handphone sudah mengintrupsinya.

"Hallo Ray...... lo kenapa ?...... skrg lo dimana ?........ jangan kemana-mana gue kesana skrg". Rendi pun langsung mematikan telponnya dan kembali menjalankan mobilnya.

Hati Rendi gelisah, dia terus melirik ke kiri dan ke kanan mencari keberadaan gadis-nya itu. Pandangannya terhenti ketika melihat seseorang yang sedang duduk sambil menekuk kepalanya dipinggir trotoar. Rendi memberhentikan mobilnya dan langsung menghampiri orang itu.

"Ray..".

Orang itu mendongak.

"Rendi!!!". Raya langsung memeluk Rendi erat. Menangis semakin menjadi.

"Lo kenapa ?". Rendi bertanya panik. Raya semakin terisak, Rendi bingung dibuatnya.

"Yuadah lo ikut ke mobil dulu yuk".

Raya melepas pelukannya dan mengikuti Rendi menuju mobilnya. Sepanjang perjalanan Raya tetap bungkam tak bersuara, tatapan kosong memandang jalananan. Rendi pun semakin bingung, tapi dia memilih ikut tak bersuara, Raya perlu waktu.

Setelah Rendi memarkirkan mobilnya, dia menghela nafas pelan ketika melihat Raya tertidur.

"Lo lagi kenapa sih Ray ?". Rendi menyelipkan helaian anak rambut dimuka Raya.

"Liat lo nangis tuh bikin hati gue sakit". Rendi mengusap pipi Raya pelan.

"Gue sayang sama lo Ray". Rendi mendekatkan tubuhnya, mengecup kening Raya lembut. Setelah itu Rendi menggendong Raya ala bridal masuk ke rumahnya. Rendi memang membawa Raya pulang ke rumahnya, karena memang tadi Raya sempat bilang kalau dia tidak ingin pulang ke rumahnya sendiri.

"Loh Ren Raya kenapa ? kamu apaian dia ?". Dini a.k.a mamah Rendi menghampiri Rendi panik.

"Raya ketiduran mah, Rendi bawa dia ke kamar dulu".

Dini mengangguk paham.

Setelah Rendi menidurkan Raya, dia pun segera keluar dari kamarnya untuk kembali menemui Dini.

"Sebaiknya kamu telpon keluarga Raya, mereka pasti khawatir". Saran Dini setelah mendengarkan cerita Rendi tentang kenapa dan bagaimana Raya. Rendi pun mengangguk patuh.

"Hallo.... Iya kak Raya lagi sama Rendi...... di rumah..... oh gitu ? .... yaudah Rendi tunggu... iya Kak". Rendi pun menutup sambungan telponnya. Dini menatap Rendi dengan tatapan bertanya.

"Kak Chandra mau kesini".

"Risa sama Bram juga ikut ?".

Rendi mengangkat bahunya tanda tidak tau.

"Rendi mandi dulu mah, capek". Rendi pun beranjak dari duduknya. Dia memang perlu mendinginkan kepalanya, hari ini adalah hari yang melelahkan.

'Ray... lo ada apa sih ?'. Batin Rendi.

Rendi syok setengah mati setelah mendengar penjelasan Risa dan Bram. Ternyata Chandra memang datang tidak hanya seorang diri. Penjelasan yang baru saja Rendi dengar bagaikan petir ditengah malam nan dingin ini. Kini dia tau kenapa Raya bisa menangis seperti tadi. Hatinya pasti sakit oh bahkan sangat sakit. Dia terus memperhatikan Risa yang sendari tadi menangis tersedu-sedu, dia sama sakitnya dengan Raya. dan hati Rendi bagai tertusuk pedang arjuna ketika mendengar kalau ternyata Alex yang tak lain adalah ayah kandung Raya ingin membawa Raya pergi.

"Jadi yang selama ini ngasih barang-barang mewah sama Raya itu ayah kandung Raya ?". Rendi bertanya yang kemudian dijawab anggukan oleh Bram.

"Sebenarnya kami mulai curiga ketika mengetahui kalau Raya sering mendapat kiriman itu, dan itu berarti dia kembali, iya Alex kembali. Dan itu berarti juga Alex sudah mengetahui kalau dia mempunyai seorang anak dari Karina". Lanjut Bram, karena kini Risa sudah tak sanggup untuk berbicara.

"Rendi bingung om".

Bram menghela nafasnya panjang.

"Jadi Karina itu adiknya tante Risa, karina waktu itu bekerja diperusahan Alex menjadi skertarisnya. Semakin berjalannya waktu mereka menjadi dekat dan saling mencintai. Hingga akhirnya Karina hamil anak Alex, namun dia enggan memberitahu Alex karena memang Alex akan dijodohkan dengan wanita lain pilihan orang tuanya. Waktu itu kami sempat ingin memberitahu Alex tapi Karina selalu saja melarangnya, dia tidak ingin membebani Alex, dia tidak ingin menjadi penghalang pernikahan Alex, padahal kami yakin sekali kalau waktu itu Karina memberitahu Alex, Alex pasti akan menikahinya, karena kami tahu kalau Alex sangat mencintai Karina. Dan sejak saat itu juga Karina terus menghindari Alex sampai Alex menikah dan pergi kembali ke kota asalnya Amerika".

"Dan sekrang ibu kandung Raya ada—".

"Dia meninggal ketika melahirkan Raya, dia mengalami pendarahan". Bram langsung memotong pertanyaa Rendi.

"Dan sejak saat itu juga kami mengangkat Raya menjadi anak kami, kami mengurusnya seperti anak kami sendiri, kami sangat menyayanginya". Lanjut Bram.

Semuanya kembali terdiam, sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Dan tanpa mereka sadari, sedari tadi ada seseorang yang terus menahan isak tangisnya dilantai atas, Raya kembali mendengar semuanya.

I'm YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang