[sebelas]

9 5 0
                                    

Raya terus berjalan menyusuri lorong sekolah dengan wajah yang terus saja dia tekuk, bukan awal yang baik untuk memulai hari bukan ? Raya lagi bete karena tadi Chandra kakaknya ada rapat dadakan dan meninggalkan Raya sendiri. Dengan terpaksa Raya harus naik kendaraan umum ke sekolah.

"Hey".

Raya berbalik ketika ada seseorang yang menepuk pundaknya.

"Oh h-hey". Balas Raya sedikit gugup. Ini yang nyapa Raya tuh Arya, wajarkan kalau gugup ?

"Tumben berangkat pagi". Arya berkata sambil mensejajarkan langkahnya disamping Raya.

"Iya nih tadi gue terpaksa berangkat pagi karena gue naek kendaraan umum, terus gue juga mau nyelidikin sesuatu hehe". Jawab Raya sambil memamerkan deretan gigi putihnya.

"Sesuatu ?". Arya menghentikan langkahnya.

"Iya itu, jadi gue sering dapet teror kaya gitu, gue rasa yang neror gue itu anak sekolah sini, jadi gue berangkat pagi buat mulai penyelidikan gue". penjelasan itu dengan mudahnya meluncur dari mulut Raya, setelah Raya sadar akan apa yang dia katakan dia merutuki dirinya sendiri karena memberitahu rahasianya pada Arya.

"Bego-gue bego". Rutuk Raya dalam hati pada dirinya sendiri.

Arya terdiam cukup lama, bahkan sangat lama.

"LO DITEROR RAY ?". Tanya Arya kencang, dengan cepat Raya membekap mulut Arya.

"Jangan kenceng-kenceng nanti ada yang denger".

"Ohiya sorry Ray".

"Ar jangan bilang-bilang yah ? ini rahasia". Raya menatap Arya penuh harap.

"Iya Ray santai aja, gue bakalan bantuin lo kok". Jawabnya sambil tersenyum. Senyum yang berbeda menurut Raya.

***

"Giliran ditungguin aja gaada, beraninya main belakang, pengecut". Umpat Raya tidak ada habisnya. Kini Raya sedang menikmati waktu istirahatnya di kantin.

"Udah lah Ray, malah baguskan ? siapa tau dia udah berhenti gangguin lo". Ucap Rendi yang di beri anggukan oleh Arya tanda setuju.

Sudah satu minggu ini mereka memulai penyelidikan dengan berbagai cara seperi Raya yang dituntut untuk berangkat pagi untuk memancing si pelaku melakukan aksinya, Raya harus sering keluar kelas untuk memberikan kesempatan kepada si pelaku, bahkan Raya sempat meninggalkan tasnya di sekolah semalaman, tapi tetap saja hasilnya nihil. Entah ditelan bumi atau diterkam paus yang lagi berjemur dipantai si peneror itu tidak menampakan keberadaannya.

"Ciyee sekarang sepaham gitu". Ledek Raya pada Rendi dan Arya.

"Apasih".

"Apasih".

Jawab Rendi dan Arya bebarengan.

"Tuhkan sekarang udah kompakan gitu". Ledek Raya lagi.

Rendi dan Arya hanya saling pandang dan kemudian saling memutar kedua matanya. Memang Rendi dan Arya tidak pernah akur, selama penyelidikan berlangsungpun tak jarang mereka beradu pendapat tentang cara yang akan dibuat untuk menangkap si pelaku, karena mereka keras kepala akhirnya selalu cara yang dibuat Raya lah yang dijalankan.

"Kak Raya ada yang nitip ini buat kak Raya". Seorang perempuan yang diketahui adalah adik kelas Raya memberikan sebuah kotak kecil berwarna pink.

"Dari siapa ?". Tanya Raya.

"Gak tau kak, saya cuma disuruh".

"Yaudah, makasih ya de". Ini bukan Raya yang menjawab tapi Rendi, kini pipi anak perempuan itu memerah, dia blushing, bagaimana tidak ? Rendi kakak kelas tampan captain basket tersenyum manis untuknya.

I'm YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang