[duapuluh satu]

13 5 0
                                    

"Gue gak tau Ren ishhhhh, tapi gue yakin Arya bawa Raya kesini". Jawab Reina frustasi karena sendari tadi Rendi terus mendesaknya.

"Lo udah bawa gue jauh-jauh kesini dan sekarang lo gantungin gue ? Bagus Reina bagus!!!".

"Ya lo masa lo gak tau apa-apa sih ?". Kesal Reina.

"Ya mana gue tau lah". Rendi tak kalah kesal.

"Barangkali lo pernah atau punya atau inget apa gitu yang berhubungan sama puncak". Asal Reina.

Rendi terdiam, dia terus berpikir, terus mengingat dan... iya dia ingat. Tempat rahasia Rendi, Raya dan Tania yang mereka temukan ketika mereka sedang mengikuti touring sekolah dulu.

"Makasih Reina makasih". Rendi lalu menancap pedal gas mobil itu tanpa ampun.

***

"Kakak gue yang harus mencurahkan semua perasaanya pada securik kertas post-it yang dia tempel ditembok kamarnya, menangis ketika membacanya lagi, lagi dan lagi. Kenapa ? karena dia punya sahabat, sahabat yang gak berguna macem lo. Bahkan selembar kertas post-it jauh lebih berguna dan berharga daripada lo". Lagi, Arya terus membentak Raya habis-habisan. Bahkan Raya sudah kesulitan untuk bernapas, kata per kata yang keluar dari mulut Arya sungguh menyesakkan.

"Kakak gue harus mati-matian nyembunyiin perasaannya, kakak gue yang harus menahan, menelan kembali perasaan cintanya, kakak gue yang harus pura-pura tersenyum bahagia, itu semua karena siapa ? karena lo. bahkan kakak gue rela mengorbankan nyawanya sendiri demi lo !".

Sstttttt.... Arya menggores pipi Raya dengan belatinya. Nafasnya terus memburu, Arya sudah kalap, kini dia sedang dikendalikan oleh emosinya.

Raya meringis kesakitan, darah segar mengalir bersamaan dengan air matanya. Dia masih terpaku, tak berniat mengeluarkan sepatah katapun. Kejadian itu, kejadian itu kembali berputar bagai kaset rusak dikepalanya, terus berputar membawa pikirannya kembali ke masa.... itu.

Flasback On

"Ray, Tan tunggu disini, biar gue aja yang beli karton-nya". Rendi lalu pergi ke sebuah toko disebrang jalan.

"Eh Ray gue kayaknya gak pulang bareng deh". Tania mulai berbicara ketika sendari tadi hanya memainkan handpnone-nya.

"Loh kenapa ?". Tanya Raya bingung.

"Itu Angga pulang, dan sekarang dia lagi dijalan mau jemput gue kesini".

"Lah si Angga bawa mobil ?".

"Ish ya enggak lah Ray, dia kan masih bocah. Dia kesini sama supir kok".

Raya hanya mengangguk sambil ber-oh ria.

"Masih jauh ?".

"Bentar lagi kok, eh itu udah ada". Tunjuk Tania pada mobil hitam yang baru saja berhenti.

"Yaudah hati-hati ya, gue mau nyusul Rendi dulu. bye tan". Raya lalu berlari kecil menyebrang jalan dan.... tin-tin suara klakson mobil menggema ditelinga Raya.

"Raya awa---". Raya tersungkur membentur trotoar.

BRUKKKKK!!!!

"Taniaaa!!!!!".

"Kak Taniaaaa!!!".

Flashback Off

BRUKKK.. suara itu berhasil membawa Raya kembali. Dengan cepat Raya dan Arya melihat ke arah pintu.

I'm YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang