[sepuluh]

12 5 1
                                    

Setelah Rendi memarkirkan mobilnya, dia masuk ke dalam rumahnya, dilihat mamahnya yang sedang sibuk menata makanan dimeja makan.

"Rendi pulang mah". Sapa Rendi sambil melepas sepatunya dan menaruhnya di rak sepatu.

"Langsung mandi terus turun lagi yah, malam ini kita mau makan bareng sama keluarganya Om Bram, Raya juga bakalan ikut kok". Jelas mamah Rendi. Rendi hanya mengangguk dan langsung pergi menuju kamarnya.

Setelah Rendi selesai membersihkan badannya, Rendi terliha lebih fresh dan kegantengannya bertambah beberapa persen. Rendi berjalan mendekati jendela kamarnya, Rendi menghirup dalam udara sore menjelang malam, kejadian tadi kembali terlintas dikepalanya, kejadian dimana saat Raya meneriaki nama Arya dengan kencang. Rendi tidak menyukai itu, bahkan sepanjang perjalanan mengantar Raya pun Rendi mendiaminya. Sebenarnya ada perasaan tidak tega, tapi entahlah Rendi merasa cukup kesal dengan tindakan Raya tadi. Apa Rendi cemburu ? sepertinya Rendi juga masih bingung dengan perasaanya.

Tok tok tok .... suara ketukan pintu membuat Rendi menghentikan lamunannya.

"Masuk aja gak dikunci kok". Teriak Rendi.

Ceklek.. pintu kamar Rendi terbuka. Rendi tetap berada didekat jendela, tidak sedikitpun dia tertarik untuk melihat siapa yang masuk kedalam kamarnya. Rendi kembali memejamkan matanya menikmati angin yang menerpa wajahnya. Tiba-tiba matanya terbelalak ketika dia merasa ada seseorang yang memeluknya dari belakang, matanya membulat ketika mendengar suara isakan tangis.

"Lo kenapa sih ? marah sama gue ?". Perempuan itu berkata disela isakan tangisnya. Dengan cepat Rendi memutar tubuhnya saat dia tau orang yang memeluknya sambil menangis itu Raya, detik itu juga Raya langsung berhambur kedalam pelukan Rendi.

"Gue salah apa ? gue gak bisa lo diemin kyak gini". Tangisnya semakin menjadi.

"Gue gak marah kok, udah dong jangan nangis terus". Rendi mengelus punggung Raya seraya ingin menenangkan. Kini dia merasa bersalah karena telah membuat gadis kecilnya itu menangis. Hal yang tidak pernah ingin dia lihat.

"Kalo lo gak marah kenapa lo diemin gue ? gue line gak dibales, gue telfon juga gak lo angkat".

Deg..... Pertanyaan Raya sukses membuat Rendi bingung, Rendi harus menjawab apa ? haruskah Rendi bilang Rendi cemburu ?

"Siapa yang diemin lo sih Ray, itu perasaan lo aja kali, lagian gue tuh lagi gak enak badan". Alibi Rendi. Raya langsung melepaskan pelukannya, dia yang tingginya hanya sepundak Rendi mendongak untuk menatap Rendi.

"Lo sakit ? tapi ko gak panas". Tanyanya sambil menyentuh dahi Rendi dengan punggung tangannya.

"Gue pusing Ray, bukan demam".

Rendi kembali beralibi. Rendi menangkup wajah Raya dengan kedua telapak tangannya yang lebar, dia mengusap air mata dipipi Raya dengan jarinya.

"Udah jangan nangis, lo tau kan gue paling gak suka liat lo nangis, lagi jelek tau". Rendi mencubit hidung Raya gemas.

"Ish Rendi....". Raya menepis tangan Rendi kesal.

"Jangan diemin gue lagi". Ucapnya lesu sambil kembali memeluk Rendi.

"Gaakan". 'gaakan kalau lo gak bikin gue cemburu lagi Ray' lanjut Rendi dalam hati.

"Udahan pelukannya, kalian ditungguin dibawah tuh". Suara berat itu membuat Rendi dan Raya melepas pelukan mereka dengan cepat. Kini Chandra sedang berada diambang pintu kamar Rendi sambil melipat kedua tangannya didada. Rendi dan Raya hanya mengangguk salah tingkah lalu turun ke bawah untuk makan malam.

***

"Tadi lo line gue ada apa ?". Rendi kembali membuka perbicaraan. Setelah acara makan malam tadi, orang tua mereka beserta Chandra langsung membicarakan tentang perusahaan mereka, berhubung Rendi dan Raya tidak mengerti apa-apa mereka memutuskan untuk pergi dan disinilah mereka, di kamar Rendi.

Raya berusaha menelan salivanya dalam-dalam ketika mendengar pertanyaan Rendi.

"Itu em-anu gue dapet post-it lagi". Jawab Raya gugup. Saat itu juga Rendi langsung menatap Raya tajam.

"Ko lo gak bilang gue sih ?". Tanya Rendi yang sudah menaikan nada suaranya.

"Gue bilang ko, gue udah line lo, bahkan gue telfon lo, tapi tetep aja gak lo respon". Jawab Raya kesal, bagaimana Raya tidak kesal ? Raya sudah memberitahu Rendi dan Rendi masih bertanya 'Ko lo gak bilang gue sih'.

"Iya sorry, hp gue masih ditas. Jadi gimana ? cerita sekarang pokoknya". Rendi merubah posisinya dari terlentang menjadi duduk dan kembali menatap Raya tajam. Raya hanya menghela nafas dan mulai bercerita.

Flashback on

Dengan kesal Raya membanting tasnya ke kasur dan ikut membantingkan dirinya juga diastasnya.

"Rendi kenapa sih ih ? kalau gue punya salah bilang kek". Raya kembali mengambil tasnya untuk mengambil handphone-nya, matanya membulat ketika melihat sebuah kertas post-it yang menempel pada cover buku catatan biologinya. Raya mengambilnya dan membaca tulisan yang tertera diatasnya.

"Senyum lo terlalu manis untuk seorang pembunuh, killer"

Dengan cepat Rata mengirim pesan pada Rendi, sesuai dengan perintahnya, Raya harus langsung memberitahu Rendi.

Raya Ayu Cantika

[Babe gue dapet teror lagi :'(]

1 menit... 2 menit....

[Ren ?]

[Marah sama gue ?]

[Ren please gue butuh lo]

Raya mulai resah, Raya langsung menelfon Rendi. sudah beberapa kali namun tetap saja tidak ada jawaban.

"Rendi resee!!!". Raya menyeka air matanya kasar "Gue harus ke rumah Rendi sekarang".

Flashback off

Rendi hanya terdiam setelah mendengar cerita Raya. Kemudian dia menatap Raya tajam.

"Tadi lo kemana aja ? maksud gue pas udah pulang sekolah lo kemana dulu ?".

"Pulang sekolah gue langsung nonton basket, abis itu gu------ lah kan daritadi gue sama lo bego, bahkan tadi kan lo yang anter gue pulang".

Rendi menepuk jidatnya, nah kan Rendi mulai oon-nya.

"Kalau daritadi lo ada disekolah, berarti orang yang nerror lo anak sekolah kita". Ucap Rendi mantap. Raya terdiam dan berpikir sejenak.

"Akhir-akhir ini gue emang paling sering dapet kertas post-it itu disekolah". Ucap Raya sambil mengingat-ngingat. Rendi mulai bangkit dari duduknya.

"Udah jelas kan, berarti kita mulai cari tau dari sekolah dulu".

Raya hanya mengangguk mantap tanda menyetujui perkataan Rendi.

"Ciyeee tadi ng-galauin gue". Rendi mencolek dagu Raya dengan seringai jahilnya.

"Apasihh jelek". Balas Raya ketus sambil berdiri dan berjalan meninggalkan Rendi.



Hayyy balik lagi^^

Tinggalkan jejak

I'm YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang