[duapuluh tiga]

11 4 0
                                    

3 minggu kemudian....

Raya sudah diperbolehkan keluar dari rumah sakit dua minggu yang lalu, keadaannya membaik dengan pesat. Dan dia pun juga sudah mengikuti Ujian susulan.

"Bengong aja lo". Azka melempar sebuah bantal pada Raya. Raya pun mendengus sebal.

"Kenapa sih ?". Arsi bertanya sambil meminum minumannya

Sekarang mereka sedang berada di rumah Raya, lebih tepatnya di kamar Raya. setelah selesai mengikuti Ujian Nasional seperti inilah kegiatan mereka, luntang-lantung tidak jelas sambil menunggu pengumuman UN yang katanya akan diumumkan bulan depan.

"Menurut kalian gue suka gak sih sama Rendi ?". Tanya Raya dengan tampang datar.

"Dih Oon lo". Mela yang sendari tiduran kini mulai merubah posisinya.

"Lo yang rasain, kok malah nanya kita sih ?". sambungnya lagi.

"Itu dia masalahnya, gue gak tau". Jawab Raya frustasi.

"Kalian sih keseringan bareng-bareng dan terlalu deket menurut gue. jadi susah buat bedain dan ngerasainnya". Arsi berkata dan diangguki tanda setuju oleh Mela.

"Jadi ?". Raya mengangkat kedua alisnya.

"Emmm gini deh, lo suka cemburu gak kalau Rendi deket sama cwe lain ?". Arsi bertanya.

"Cemburu ? emmmm". Raya mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya didagunya berpikir.

"IYA, DIA SUKA CEMBURU". Toa Azka.

"Lo semua pada inget kan waktu kelas X gue pernah diem-dieman sama Raya ? itu tuh gara-gara gue pernah jalan bareng sama Rendi. Padahal gue jalan juga buat ngerjain tugas karena waktu itu gue satu kelompok sama Rendi". Jelas Azka.

"Ah iya, lo juga pernah tiba-tiba unfollow gue gara-gara gue upload photo gue bareng Rendi". Mela ikut berbicara.

"Ah udah deh fix lo itu suka Rendi, bahkan dari dulu". ucap Azka pasti.

Raya masih tak bergeming, apa benar ? cemburu ? waktu itu dia hanya tiba-tiba merasa... kesal ?

"Sekarang lo ceritain deh sama kita-kita tentang perasaan lo, aduh kasian banget si lo tak tentu arah gitu". Mela memasang muka so iba.

"Gue gimana yah, ya emang waktu itu gue kesel sama lo, lo juga ah pokoknya sama semua orang yang deket sama Rendi. Gue juga gak tau kenapa. Gue kayak gak mau aja gitu Rendi deket sama cwek lain dan akhirnya dia gak peduli lagi sama gue. sebagai sahabatnya boleh dong gue kayak gitu ?".

"Alah dusta lo, sahabat-sahabat apaan, dusta !". Seperti biasa Azka selalu saja sewot.

"Fix lo suka bahkan cinta sama Rendi". Itu Mela.

"Fix lo itu sayang sama Rendi". Itu Arsi.

'Benarkah ? sepertinya iya'. Batin Raya.

Pagi yang cerah secerah baju yang sedang Raya pakai, ini sudah kesekian puluh kalinya Raya menatap cermin, entah apa yang sedang terjadi dengan dirinya, dia merasa gelisah, gelisah akan penampilannya.

"Ah c'mon Raya, lo itu Cuma mau ke rumah Rendi". Raya terus menatap cermin gugup.

"Bodo amat dah, gue cantik titik". Akhirnya Raya pun menyudahi aksi tatap menatapnya dengan cermin lalu mengambil tas selempengannya dan bergegas menuju rumah Rendi.

Setelah sampai dirumah Rendi, Raya langsung turun dari mobilnya. Tetapi kemudian Raya kembali masuk ke mobilnya.

"Loh non kok balik lagi ?". Pak Amir selaku supir pribadi keluarga Raya mengerutkan dahinya bingung.

Raya tak mengindahkan pertanyaan Pak Amir, dia masih sibuk menata rambutnya dikaca spion.

"Udah cantik kan pak ?".

"Udah cantik banget". Pak Amir mengedipkan matanya jahil.

"Ish pak Amir genit". Raya lalu kembali keluar dari mobilnya.

Senyumnya terus merekah, oh bahkan bunga mawar pun sampai iri melihatnya. Tiba-tiba Raya menghentikan langkahnya ketika melihat Rendi yang sedang memeluk seorang wanita. Raya masih diam tak bergeming, matanya tetap menatap lurus kedepan, dia merasa ada bagian yang sakit dalam tubuhnya, dengan refleks Raya memegang dadanya, hatinya sakit. Secara perlahan namun pasti emosi Raya mulai meluap-lupa, dia merasa tidak rela ?

Dengan langkah cepat dan pasti Raya menghampiri kedua makhluk tuhan yang sedang berpelukan itu.

Dengan kasar Raya menarik lengan wanita itu.

"Gak usah peluk-peluk Ren--- Cindy ?". mata Raya sempurna terbelalak ketika melihat orang yang berpelukan dengan Rendi ternyata Cindy si ketua osis yang memang tertarik dengan Rendi.

"Loh Ray ngapain lo kesini ?". Rendi bertanya bingung.

"Oh jadi gue gak boleh kesini ? oke gue balik. Maaf sudah mengganggu". Ucap Raya dengan menekankan kata 'mengganggu'.

Dengan cepat Rendi menarik tangan Raya.

"Lo apa-apaansih ? maksud gue bukan—".

"APA ?".

Rendi sempat kaget mendengar bentakan Raya, ada apa ini ? kenapa Raya marah-marah ?

Cindy yang melihat pertengkaran kecil antara Rendi dan Raya pun merasa tidak enak.

"Em- Ray sorry gue tadi lagi ada masalah, Rendi cuma bantu nenangin gue aja kok".

'lagian kenapa juga lo harus marah-marah ? pacar aja bukan'. Lanjut Cindy dalam hati.

Raya hanya mendelik sebal, bahkan tak sedikitpun ada niatan untuk membalas perkataan Cindy, hatinya sudah cukup panas, terbakar, terbakar api cemburu.

Begitupun Rendi, dia hanya diam. Bahkan dia masih bingung, ada apa dengan Raya ? kenapa marah-marah tidak jelas ? atau mungkin dia cemburu ? tanpa sadar Rendi pun tersenyum tipis.

Melihat kediaman Rendi dan Raya Cindy pun merasa lebih canggung.

"Kalau gitu gue pamit ya Ren, permisi". Cindy pun melangkah pergi meninggalkan Rendi dan Raya.

"Lo kenapa sih ? kenapa lo harus marah-marah ? kasian kan Cindy, padahal dia tuh belum selesai curhat sama gue".

"Oh jadi lo gak rela ? lo gak ikhlas Cindy pergi ? oke gue panggil dia lagi". Balas Raya sewot, Raya pun melangkahkan kakinya berniat menyusul Cindy. Namun lagi-lagi dengan cepat Rendi menahannya.

"Astaga Ray...". Rendi mengacak rambutnya kesal.

"Lo tuh kenapa sih ?". Tanpa sadar Rendi membentak Raya. Raya membelalakan matanya tak percaya. Apa Rendi baru saja membentak Raya ? Kenapa perih sekali.

"Kenapa diem hah ?".

Raya masih diam terpaku, dia sendiri bingung harus menjawab apa. Rendi yang melihatnya pun menghembuskan nafasnya lelah, lalu dia pun beranjak pergi meninggalkan Raya, namun ketika Rendi ingin membuka pintu, perkataan Raya menghentikan langkahnya.

"Gue cemburu Ren". Raya berucap dengan satu tarikan nafas pun dengan mata yang terpejam. Rendi langsung terpaku.

'Apa baru saja Raya bilang dia cemburu ? itu berarti.... oh erimakasih Tuhan akhirnya perasaan ini terbalasakan'. Hati Rendi bermonolog ria. Tapi Rendi tetap diam, dia masih penasaran apa yang akan Raya ucapkan setelah ini.

Melihat kediaman Rendi membuat Raya semakin gusar, apa kata-katanya barusan kurang jelas ? telinga Rendi baik-baik saja bukan ?. akhirnya Raya kembali mengumpulkan keberaniannya.

"Gu-gue suka sama lo Rendi Adrian !".


Mulai gak jelas, ahh jgn lupa vote deh

I'm YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang