[delapan]

9 5 0
                                    

Sekarang mereka sedang berada di taman belakang rumah Raya.

"Udah baikkan ?". Tanya Arya sambil mengayunkan ayunan yang sedang Raya duduki.

"Udah kok, sini aja Ar duduk". Ajak Raya sambil menepuk papan ayunan disebelahnya. Arya hanya menurut dan duduk disebelah Raya. Beberapa menit mereka hanya terdiam sambil menatap bintang. Bintang yang sangat indah dan refleks membuat bibir Raya tertarik ke samping.

"Nah gitu dong senyum, kan cantik". Goda Arya.

"Apasih, gombal". Balas Raya pura-pura acuh, tapi percayalah kalau sekarang jantungnya kembali berdetak lebih cepat dari biasanya.

"Gue serius Ray, lo tuh emang cantik".

"Udah deh Ar nanti pacar lo marah lagi kalau tau lo godain cewek lain". Sindir Raya.

"Aku gak punya pacar Ray". Balas Arya santai.

"Hah ? terus cwe yang sering bareng sama Arya siapa ? pembantunya ? mana ada pembantu cantik kayak gitu". Guman Raya dalam hati.

"Bohong lo, gue sering liat lo jalan sama cewek kok".

"Hah kapan ?". Jawab Arya kaget lalu menatap Raya tajam. Raya yang menerima tatapan tajam Arya berusaha menelan salivanya dalam-dalam.

"Waktu di cafe, sa-sama kemarin gue juga liat kalian di taman dekat sini". Raya berusaha tersenyum agar cemburunya tidak terlalu kentara.

"hahahahahh".

What ? Arya sehat ? ko dia malah ketawa sih, ada yang lucu ?.

"Kok lo malah ketawa sih ? nyebelin deh". Bibir Raya mulai maju beberapa senti, dia mulai bete. Siapa yang gak bete coba ? Raya lagi serius sama penasaran banget eh Arya-nya malah ketawa.

"Hahha okeoke, jangan ngambek gitu dong". Balas Arya ngos-ngosan sambil mencoba mengatur nafasnya.

"Dia itu sepupu gue Ray, dia lagi liburan disini, jadi gue ajak dia jalan-jalan terus". Jawab Arya akhirnya, Raya hanya ber-oh ria, ada perasaan senang juga dihatinya.

***

Hari senin, hari paling menyebalkan, hari pengganggu kebahagiaan, hari pengganggu kenyamanan, hari yang paling dibenci hampir oleh seluruh pelajar padahal tidak mempunyai salah apa-apa. Hari yang jika orang mendengarnya akan membuat semangat orang itu turun drastis. Namun berbeda dengan Raya, kali ini Raya menyambut hari senin dengan hati yang bahagia. Raya dengan semangatnya menuruni anak tangga rumahnya, senyuman terus tercetak dibibirnya.

"Pagi mah, pagi pah, pagi ka Chandra jelek". Sapa Raya ketika sudah dimeja makan.

"Pagi juga yang lebih jelek". Cibir Chandra. Senyum yang terus tercetak dibibir Raya hilang dalam sekejap.

"Mah, Pah....". Rengek Raya.

"Iya ada apa sayang ?". Jawab Bram Ayah Raya yang mulai memalingkan matanya dari koran yang sedang dibacanya.

"Kayaknya kak Chandra harus dibawa ke Dokter mata deh, dia katarak tuh, masa Raya cantik gini dibilang jelek sih". Ucap Raya pura-pura cemberut.

Pletak, satu pukulan mendaran dengan sempurna dikepala Raya.

"Lo tuh harus dibawa ke RSJ, jadi orang gak nyadar diri banget sih, makanya ngaca dong, doyan aja sama brondong lo ". Balas Chandra sarkastik. Mata Raya hampir loncat keluar ketika mendengar ucapan Chandra.

"Hushhhh udah-udah jangan berantem pagi-pagi ah, kamu juga Chandra ngomongnya jangan kasar gitu ih sama adik kamu". Relai Risa ibu dari mereka.

"Tau tuh mah, gak baik kan ya bilang lo-gue ke adik sendiri". Timpal Raya so baik dan so imut tentunya.

I'm YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang