[dua puluh]

13 5 0
                                    

"Sialan!". Rendi kembali mengumpat untuk yang kesekian kalinya semenjak mereka kejebak macet.

"Ren mending kamu hubungin temen-temen kamu buat bantu nyari Raya, ini macetnya panjang banget". Usul Chandra sambil terus menekan klakson mobil tak sabaran.

Rendi merutuki dirinya sendiri, kenapa dia tidak kepikiran ? dengan cepat dia merogoh saku celananya.

"Setan!, handpnone gue ketinggalan lagi". Rendi semakin frustasi. sungguh Rendi sudah mulai tidak bisa mengontrol emosinya.

"Loh ketinggalan dimana sih Ren ?".

"Di cafe".

'Tunggu... di cafe ? Reina ?'

"Kak Rendi boleh minjem handphone ?". Chandra langsung memberikan handphone-nya. Tanpa pikir panjang Rendi lalu men-diallcall nomornya.

"Hallo, lo dimana ? ".

"....."

"Iya ini gue Rendi. Tunggu, lo masih di cafe yang tadi ?".

"......."

"Gue gak jauh dari sana, gue kesana sekarang dan lo jangan kemana-mana".

Rendi langsung memutuskan sambungan telponnya.

"Kak Rendi turun disini aja".

Belum sempat Chandra menjawab, namun Rendi kini sudah keluar mobil dan berlari.

"Ren.....". Reina melambaikan tangannya diudara.

Dengan nafas yang memburu dan keringat yang terus bercucuran Rendi menghampiri Reina.

"Mana handphone gue".

Reina lalu memberikan handphone Rendi.

"Lo gapapa Ren ?". Reina menyernyitkan dahinya melihat penampilan Rendi yang berantakan sangat berbeda dengan beberapa menit yang lalu ketika mereka bertemu.

"Hallo Bay, lo sekarang ke jalan sudirman jemput Kak Chandra yang lagi kejebak macet, pake motor".

"......."

"Ajak Aldi juga, jangan banyak tanya. Gerak cepet, ini emergency".

".......".

"Tahun depan, ya sekarang anjing!".

".....".

"Pokoknya kita harus cari Raya".

".....".

"Udah gue bilang jangan banyak tanya". Rendi lagi-lagi kembali memutuskan sambungan dengan sepihak. Reina yang sendari tadi menyimak pertanyaan Rendi kini mulai paham kenapa Rendi bisa seberantakan ini.

"Oh Rein, makasih ya, gue duluan".

"Ren gue tau Raya dimana". Rendi langsung menghentikan langkahnya, lalu menatap Reina dengan tatapan yang sulit diterjemahkan.

"Ikut gue". Reina langsung menarik Rendi keluar.

***

Raya mengerjapkan matanya beberapa kali, sepersekian detik Raya membulatkan matanya ketika merasa tangan dan kakinya sulit untuk digerakan.

"What ? siapa yang ngiket gue ? ini dimana sih ?". Raya mulai panik. Kini Raya sedang berada disebuah ruangan kosong tak berpenghuni dan dia merasa dejavu dengan ruangan itu.

"Tunggu... Arya, Arya lo dimana ?",

"Gue disini".

Raya ingin sekali melihat kebelakang, melihat Arya-nya. Namun sulit karena kini posisinya sedang terduduk dikursi dengan kaki dan tangan terikat.

I'm YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang