Persaingan

2.9K 229 7
                                    

Aku menunggu dengan tak sabar sekaligus cemas. Tak lama kemudian, jauh di sana dari sudut-sudut gelap ruangan yang entah dari mana mulai menyebar kabut putih yang basah. Bersamanya aroma kematian dan kegelapan seolah tengah bersekongkol tanpa ada kuasa yang mampu meghalau kedatangannya. Meski telah terbiasa dengan aroma kelam demikian, ku akui aku masih sering kali bergidik ngeri karena tuan. Kupandangi semua lukisan dan lampu-lampu kristal berwarna merah mulai bergetar. Dan cahaya lilin terseok-seok di tiup angin dari arah kelam itu. Sayup-sayup derap langkah kaki menapaki lantai marmer. Tak berapa lama, bayangan tuan sudah berdiri beberapa langkah dari ujung tangga di mana aku berdiri.

Aku merasakan hawa panas dan kengerian saat ia mendekat. Dan rasanya ketakutan sedang mengurungiku hingga sulit bagiku melarikan diri. Sekarang aku merasa sebagai seekor mangsa yang sempurna untuknya. Aku diam terpaku memandangi lantai tanpa berani bergerak sejengkal pun, bahkan jika aku mampu menyembunyikan buyi nafas dan jantungku,dengan senang hati akan aku lakukan.

"Aku harap kau punya suatu hal penting untuk dikatakan padaku" nada suaranya sangat mengancam. Aku menarik nafas dan mencoba setenang mungkin hingga ia tak perlu menunjukkan kemarahannya yang mengerikan.

"Tuan... ada kabar buruk mengenai Anna" tandasku perlahan-lahan. Tuan diam saja, hanya suara langkahnya yang beranjak perlahan. Sekarang ujung sepatunya berada dekat depan mataku

"Dia meninggal, seseorang. Saya kira seseorang sudah mencuri jiwanya" lanjutku dalam satu tarikan nafas.

Tak ada reaksi apa-apa dari tuan, semua terdengar bisu. Aku merasa akan lebih baik jika ia mengatakan sesuatu, kediamannya bisa berarti badai yang mengancam keselamatanku.

Lekas, kedua kakiku melayang di udara. Kedua lututuku bergetar panik. Dia marah, dia sudah marah sekarang dan tidak ada yang akan bisa meredakan kejengkelan iblis sepertinya. Badanku tercengkram kuat-kuat dan darahku rasanya mendidih hingga kulitku rasanya akan melepuh, bayangan hitam yang membentuk rantai membekap seluruh badanku. Berat, remuk rasanya setiap sendiku di mana rantai itu berada dan menggulung badanku seperti seekor ular menggeliat di atas permukaan kulitku.

"Apa yang kau lakukan. Sudah kukatakan untuk menjaganya! Bagaimana bisa keteledoran ini dilakukan oleh seseorang yang sudah menjadi budak selama beberapa abad" nada suaranya datar dan tenang. Tapi menakutkan, aku bisa merasakan kengerian dari tiap kata yang terlontar dari mulutnya. Meski begitu, meski sangat panik aku tetap tidak bisa memandangi wajahnya.

"Ampuni saya tuanku. Saya tidak tahu apa yang benar-benar sudah terjadi. Saat saya menemukannya dia sudah..." belum kuselesaikan ucapanku. Tubuhku melayang lepas di udara, terpental dan dalam hitungan detik menabrak tembok. Punggungku sakit, aku terjatuh menggelincir di tembok, perlahan lalu tertelungkup di atas lantai marmer, tak bisa bergerak sama sekali. Diam-diam aku hanya mengerang dalam hati.

Bunyi langkahnya menderap dan menghujam seperti bunyi langkah kuda tengah berjalan. Ujung sepatunya lagi muncul di depanku.

"Semua orang akan mendapatkan hukuman yang sama" tegasnya. Ia berbalik dan suara bunyi langkahnya menjauh. Aku mengintip dari ujung mataku ia menaiki anak tangga perlahan-lahan. Tak butuh waktu lama, suara jeritan pilu dan mengerikan terdengar dari lantai atas. Aku bisa membayangkan hukuman macam apa yang diterima kedua budak itu. Aku bangkit sambil mengabaikan rasa sakit di tubuhku. Seperti barusan aku beranjak dan menapaki lapisan tangga hingga tiba di muka pintu. Dua orang pelayan itu sudah menggelepar di atas lantai. Mereka lebih lemah dalam hal ini saat tuan menggunakan kekuatan gelapnya untuk menghukum para budaknya. Menggunakan rasa sakit dari darah mereka yang terasa mendidih dan menjalar ke seluruh bagian tubuh hingga naik ke ujung kepala. Jika seseorang bisa meminta kematian, pun akan menjadi hal yang percuma, jiwa mereka akan menjadi budak tuan dengan penyiksaan lebih lagi hingga akhirnya dunia berakhir. Jiwa dan ruh mereka akan kemabali pada jasad mereka kelak dan hukuman pun tetap akan mereka dapatkan.

Contract With the DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang