Stoke Morden Part C

747 70 5
                                    

       Setelah sarapan pagi, aku duduk di ruang tamu bersama nona Maghdalena. Hari ini, wanita tua itu masih menggunakan gaun berwarna merah seperti kemarin, hanya saja modelnya nampak berbeda. Di tangannya dia mengerjakan sebuah sulaman dengan lihai. Aku diam sambil mengamati tangan rampingnya yang cekatan.

"Bagaimana hidupmu di London Anna?"

"Semua baik nyonya. Aku sibuk dengan bisnis dari waliku"

"Aku ingin tahu seperti apa walimu. Aku sedikit penasaran dan ingin tahu mengenai dia"

"Waliku dia seseorang yang tidak begitu senang mendapat perhatian orang lain. Dia pendiam dan tidak banyak bicara" nona Maghdalena meletakkan sulaman itu di atas pangkuannya, kemudian memandangiku dengan sorot mata ingin tahu, sekaligus rasa sedih yang melintas perlahan dari balik matanya yang biru teduh.

"Seseorang yang pendiam dan penuh dengan rahasia biasanya akan sering membuatmu terluka dengan kenyataan yang mereka sembunyikan, apa kau tidak merasa begitu?"

"Entahlah, saya memang tidak tahu banyak dan dia juga bukan orang yang mau menceritakan segala hal pada saya. Tapi dia orang yang baik dan selalu melindungi saya dalam keadaan sulit. Meski dia dingin, saya yakin bisa mempercayakan hidup saya padanya." Nona Maghdalena tersenyum, kemudian menatapku dengan begitu lekat.

"Kau membicarakannya seperti kau membicarakan seseorang yang kau cintai. Apa kau mencintainya?" aku berusaha menyembunyikan perasaanku dengan kikuk di depannya. Aku tidak tahu bagaimana dia bisa berpikir demikian, hanya karena aku bicara mengenai Sebastian padanya.

"Tidak, tidak demikian nona" ternagku menyangkal dugannya.

"Aku hidup sudah cukup lama. Ketika pertama kali bertemu dengan mendiang suamiku, aku bisa melihat cinta di mataku sendiri sama seperti aku melihat warna bersemu di pipimu. Aku dan suamiku hidup bersama tidak begitu lama, hanya beberapa tahun tanpa bisa memberinya seorang anak, tapi dia bukan laki-laki yang senang mengeluh padaku, atau pada kehidupannya sendiri," nona Maghdalena menarik nafas. Jemari-jemarinya saling bertuat dengan resah "Dia meninggal dalam sebuah kecelakaan kereta. Dia pergi dengan tenang dan meninggalkan air mata untukku. Cinta bukan sesuatu hal yang bisa kau nikmati, hanya karena kau melihatnya sempurna dan indah dari luar. Cinta itu seperti pisau yang membalut dirinya dalam bentuk kebahagiaan. Pada akhirnya kau akan tetap menangis olehnya" cahaya di matanya ketika memandangku sekilas penuh dengan kesuraman dan duka yang mendalam.

"Anda mengetahui lebih banyak dari saya"

"Tidak juga, aku hanya mengalami lebih banyak darimu. Saat kau berada di usia yang sama denganku kau juga akan lebih bisa memaknai kehidupan dengan ketabahan" aku tersenyum , lalu mengangguk setuju mengenai ucapannya.

"Boleh aku bertanya sesuatu Anna?"

"Apa itu nona?" wanita tua itu diam saja. Dia mengalihkan pandangan matanya ke arah lain, sebelum kemudian satu tarikan nafas yang diikuti rasa keyakinan membuatnya melanjutkan pembicaraannya yang sempat terhenti.

"Apa kau tidak ingin mencari tahu mengenai keluargamu? Tentang orang tuamu dan siapa mereka?" sesaat aku terhenyak. Selama ini, sejak bersama Sebastian, tidak sekalipun aku memikirkan mengenai keluargaku lagi, mengenai orangtua, masa lalu, kehidupanku sampai alasan kenapa mereka mencampakkan aku.

Di masa lalu, sesekali pernah terbersit dalam pikiranku alasan kenapa mereka membuangku, mungkin karena aku ini gadis cacat yang hanya akan menyusahkan, dan mempermalukan mereka di masa depan. Kadang aku juga berpikir mungkin mereka sudah mati dalam serangan wabah, mati kelaparan, atau hidup di tempat lain yang jauh, sebagai budak dan melupakan nasib anak mereka sendiri.

Tidak ada seorang pun yang memberitahuku bagaimana mereka, seperti apa wajahnya maupun kehidupannya. Tidak satu orang pun juga yang pernah bertanya seperti apa perasaanku ketika membicarakan orangtuaku. Aku sendiri tidak mengerti, apa aku harus merasa sedih, sesal atau marah pada mereka, atau pada keadaan maupun takdir yang membuatnya mengambil pilihan demikian dalam hidup.

Contract With the DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang