Rahasia yang Diketahui

709 57 8
                                    

       Anna

Aku berjalan menuruni tangga menuju ke ruang tamu. Hari ini nampak sedikit aneh karena kondisi rumah begitu sepi. Aku mengintip keluar, menengok ke arah jendela. Langit pagi penuh akan mendung berwarna cokelat gelap menutup matahari dengan semilir angin lembab berhembus di sela jendela. Ketika aku berbalik, tanpa sengaja aku bertemu muka dengan Tuan Leon. Pria tua berkacamata itu berdiri kaku tanpa senyuman, sambil memegang gelas keramik di tangannya.

Sedikit aneh, wajah Tuan Leon nampak pucat, tak segar. Aku menghampirinya. Dia memberikan gelas berisi teh di tangannya padaku dengan tubuh bergetar yang coba disembunyikan. Rasa cemas nampak jelas pada tiap tindakannya saat itu.

"Apa kau tidak apa-apa?" dengan suara berdehem pelan yang nyaris tak terdengar ia menyahut.

"Tidak nona" aku menggangguk pelan, sambil mengamati raut mukanya sedikit lama.

"Akhir-akhir ini, aku melihatmu begitu sibuk. Semalam buta aku melihatmu pergi. Kau kemana?"

"Saya..." ujarnya dengan suara bergetar nyaring "Saya..."

"Kau?" mendadak Tuan Leon jatuh ke permukaan lantai, dengan tubuh mengejang dan mulut yang mengeluarkan darah. Aku meletakkan gelasku di lantai, lalu menghampiri tubuhnya yang kesakitan.

"Ada apa denganmu?" kataku sambil menyapu darah yang menderas dari mulutnya. Sementara tubuhnya mengejang makin kuat tak terkendali. Jemari tangannya yang dingin dan kaku mencengkram jemariku begitu kuat. Aku berteriak memanggil Lanny maupun Annet, tapi tak ada yang datang segera menghampiri kami.

"Tunggu di sini, aku akan keluar dan mencari bantuan!" ketika aku hendak meninggalkannya, tangan Tuan Leon menarik jemariku makin kuat. Dengan lemah ia menggelengkan kepalanya, menahan langkahku menjauh. Setetes air mata jatuh ke pipinya. Ia menatapku dengan suram, bersalah, berbalut kesedihan mendalam yang entah mengapa, membuat hatiku terluka. Tapi mulutnya bungkam, menyembunyikan kekeras kepalaan pria tua sepertinya.

Pintu terbuka lebar. Aku melihat Sebastian berjalan menghampiri kami berdua. Sejenak dia hanya berdiri, terpaku melihat ke arah Tuan Leon yang ketakutan menatap Sebastian yang tak memunculkan belas kasihan di matanya.

"Sebastian, kau harus menyelamatkannya!"

"Begitu?" balasnya dengan dingin, lalu berjalan selangkah mendekat pada pria tua yang sudah terkapar, dan nampak sekarat menahan rasa sakit.

Saat aku berpikir jika Sebastian akan menyelamatkannya, yang dia lakukan sebaliknya. Kakinya yang terselubung sepatu bot kulit, berwarna hitam ia letakkan di dada tua pria itu.

"Apa yang aku lakukan?" kataku memegang kakinya yang kokoh. Tapi Sebastian nampak acuh, dan hanya terpaku menatap Tuan Leon seorang.

"Aku tahu kau akan melakukan ini padaku. Entah kenapa, tapi aku merasa senang kau mengambil keputusan dengan bijak!" Sebastian meraih jemari tanganku, dan menarikku keluar meninggalkan tempat itu dengan tergesa. Aku menghempaskan tangannya di muka pintu. Bagaimana mungkin dia tidak menunjukkan sikap empati pada seseorang yang sudah melayaninya begitu lama.

"Apa yang kau lakukan sebenarnya, seharusnya kau menyelamatkan dia. Apa seperti ini caramu memperlakukan seorang budakmu?" aku menatapnya dengan tajam, tak bisa menyembunyikan kemarahan.

"Aku tidak perlu menjelaskan padamu bagaimana caraku mendidik budakku dengan baik"

"Kalau begitu aku yang akan mencari bantuan untuknya!" ketika akan pergi darinya. Sebastian menarik tanganku, mencengkramnya dengan erat dan memaksaku menatap ke arahnya.

"Apa yang bisa kau lakukan untuk menolongnya. Dia tidak akan mati, setidaknya tidak tanpa aku sendiri yang bisa membiarkan kematian menjemputnya. Perbudakannya masih panjang! Biarkan dia merasakan sekarat sebagai manusia biasa!" aku menegok ke arah Tuan Leon terkapar, bagaimana dia merasa sakit dan menderita tanpa aku bisa melakukan apa pun untuknya membuatku merasa tak bisa menahan air mataku. Aku hendak menghampirinya, tapi Sebastian tidak mau melepaskan aku. Dengan egois dia menutup pintu itu begitu saja, hingga aku tak bisa berbuat apa-apa.

Contract With the DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang