Tentang Sebastian

734 76 9
                                    

       Aku melihat Leon berdiri di depan pintu stasiun kereta. Ia meraih barang bawaan kami dan memintaku naik ke atas kereta. Aku tidak tahu bagaimana dia bisa tahu aku kembali hari ini sedangkan aku sendiri tidak mengatakan apa pun dalam telegram yang aku kirim dua hari sebelumnya. Ketika aku memandang wajah Annet, ia diam saja. Aku pikir dialah yang memberitahu Tuan Leon mengenai kedatangan kami. Jika itu benar pun aku tidak akan marah padanya, dia sudah menemaniku selama tiga hari ini.

Begitu tiba di rumah, sebelum melewati pintu gerbang, aku menarik mantel abu-abu yang dikenakan tuan Leon. Dengan begitu sigap dia berbalik dengan sorot mata yang penuh keingin tahuan dari balik kacamata bulat yang selalu membingkai mata cokelatnya.

"Ada apa Nona?" Annet berjalan melewati aku sambil menenteng tas pakaian dikedua tangannya. Aku menunggunya berlalu pergi sebelum mengatakan maksudku. Ketika yakin kalau dia telah pergi menjauh, aku melepaskan pegangan tanganku.

"Aku ingin kau mengantarkan aku ke suatu tempat!" sepasang matanya menyipit, alis Tuan Leon bertaut.

"Ke mana itu?" aku berpikir sejenak. Menahan napasku sesaat sebelum kemudian mengatakan padanya tempat yang ingin ku tuju.

"Bawa aku ke Crimpon, ke kastil tuan" Tuan Leon mengalihkan pandangan matanya ketika aku menatap sepasang matanya, untuk meminta bantuan. Wajahnya mengeras, entah menahan rasa kesal atau bimbang aku juga tidak tahu.

"Untuk apa Anda ingin ke sana?" katanya dengan sorot mata serius.

"Ada yang ingin kutanyakan padanya" Tuan Leon diam saja. Dari raut mukanya aku sudah tahu kalau dia mungkin akan menolak keinginanku.

"Saya tidak bisa pergi ke sana tanpa izin tuan, nona. Hal itu akan sulit" aku tidak bisa menyembunyikan rasa kecewa dari wajahku. Aku tahu Tuan Leon memang akan menolak, tapi entah mengapa aku tetap ingin meminta bantuan darinya.

"Apa karena dia sudah memerintahkanmu untuk tidak membawaku ke sana karena dia membenciku?"

"Tidak, tidak demikian. Saya memang tidak bisa pergi ke sana tanpa izinnya. Silahkan Anda masuk untuk beristirahat!"

"Apa dia sungguh tidak akan datang lagi?" Tuan Leon menatapku hati-hati, bibirnya sesaat membuka seolah akan bicara, sebelum kemudian dia mengatupkan mulutnya rapat-rapat.

"Silahkan masuk nona!" ulangnya mencoba bersabar.

Aku hanya tersenyum karena mengerti dia pun tidak memiliki jawaban atas pertanyaanku. Dia tidak ingin menghibur tapi juga tidak mau membuatku merasa kecewa, jadi dia memilih diam saja. Aku mengerti, aku berjalan masuk ke dalam rumah dengan langkah berat, sedikit enggan. Aku ingin bertemu Sebastian karena ada hal yang ingin kutanyakan padanya, karena aku ingin tahu apa benar dia ingin membunuhku malam itu. Jika benar, kenapa dia ingin melakukannya.

Di atas tempat tidur, sepasang mataku menatap ke atas langit-langit. Pikiranku melayang jauh, aku ingin menutup mataku tapi aku tidak bisa melakukan itu. Ada rasa takut, dan sakit yang tidak mengizinkan aku menidurkan diri. Aku berjalan ke depan jendela, menatap keramaian sesaat lalu kemudian terpikir akan sebuah ide. Jika aku tidak bisa pergi ke sana dengan izin dari Sebastian, maka aku bisa pergi tanpa memberitahunya. Aku tahu sudah terlalu sering menentang perintahnya, tapi aku kira untuk kali ini aku memiliki alasan yang jelas.

Menjelang tengah malam, aku sudah bersiap dengan membawa sebuah lentera di tanganku dan mengenakan jaket tebal untuk membalut tubuhku dari udara malam. Di belakang pintu aku mencoba mendengarkan suaraTuan Leon, Lanny maupun Annet. Aku harap mereka semua sudah tidur dan aku bisa melarikan diri malam ini dan menahan kereta di depan persimpangan jalan. Walaupun aku tidak yakin akan ada kereta yang bisa mengantarku ke sana di malam buta seperti ini. Apa lagi, perjalanan ke Chripson sangat jauh dan akan memakan waktu hingga semalaman untuk tiba di desa itu.

Contract With the DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang