Part B

1.1K 100 5
                                    

Suara piano mengalun di penjuru rumah. Aku terbangun tiba-tiba dengan Lanny dan Nyonya Annet berdiri di depan tempat tidurku, menyapa dengan sopan seperti biasa.

"Nona, tuan menunggu Anda di bawah" kata Lanny segera membantuku duduk

"Benarkah?"

"Beliau ingin mengajak Anda berjalan-jalan sebentar. Apa saya harus mengatakan padanya kalau Anda tak enak badan?"

"Tidak, siapkan saja pakaianku yang seperti biasa. Tapi sedikit longgar dan jangan terlalu berat, bawakan yang berwarna hitam atau merah"

"Kami mengerti"

Setelah berpakaian, berdandan, mengenakan jaket, sarung tangan dan topi, aku menuruni tangga-tangga rumah. Sebastian menghentikan permainannya tepat ketika aku datang.

"Aku tidak tahu kalau kau datang hari ini" dia lantas berbalik dengan sebaris senyum samar dari bibirnya yang berisi. Aku tak bisa berhenti menatap wajahnya.

Dia memiliki garis rahang yang tegas, hidung tinggi, mungil dan ramping. Sepasang mata hazel dan alis tebal yang gelap legam. Rambutnya yang sudah agak panjang dibandingkan saat kami terakhir kali bertemu, diikat rapi ke belakang sementara bagian depannya, dia biarkan menjuntai di antara dahinya.

"Kau tidak mau aku datang?"

Kata-katanya membuat perhatianku teralihkan segera"Tidak," sergahku

"kau hanya sering mengejutkan aku"

"Ikut aku!"

Kami berdua, berjalan-jalan di sekitar taman yang berada tak jauh dari sini. Tempat itu berada 5 petak bangunan dari rumah, melintasi pasar yang kadang ramai, tapi kadang juga nampak lengang.

"Kau suka toko itu?" aku mengintip sedikit ke raut mukanya

"Aku belum ke sana, Tuan Leon yang mengerjakan semuanya"

"Sudah kuduga"

"Kenapa?"

"Tidak apa-apa, sebaiknya tidak perlu membicarakan hal itu"

"Tapi, meski Tuan Leon mengerjakan semuanya, aku juga akan ke sana setelah acara pembukaan. Apa aku boleh bertanya?"

"Katakan"

"Kenapa kau memberiku hadiah toko seperti itu? Aku bukan menolak tapi tidak ahli dalam mengerjakan hal-hal yang menyangkut uang dan perdagangan"

Sebastian duduk pada sebuah bangku taman yang berada di bawah naungan pohon maple berwarna hijau segar. Daunnya yang berguguran memenuhi rumputan hijau di kaki kami. Sinar matahari sore bersinar di sisi kanan tubuhnya. Dia menyandar santai, mengatupkan matanya sambil menikmati desiran angin. Warna langit, matahari dan Sebastian yang bersinar, membuatku merasa nyaman.

"Toko itu bisa kau anggap sebagai nilai jual. Anggap saja sekarang kau menjadi seorang wanita kelas atas dari bisnis. Kau juga harus memikirkan identitas apa yang akan kau katakan ketika bertemu dengan seseorang"

"Aku tak begitu memikirkannya"

Sebastian berpaling ke arahku, menatapku dengan hangat "Kau tahu siapa nama keluargamu?"

"Nama keluarga?" kugelengkan kepalaku "Tidak, aku tidak tahu siapa nama keluargaku"

"Nama keluargamu adalah Robinson, kau lahir di Wales bagian Utara, lalu pindah untuk menetap ke Liverpool selama masa remaja dan baru pindah ke London untuk membuka bisnis keluarga dua bulan yang lalu setelah orangtuamu meninggal. Itu adalah identitasmu sekarang!" katanya menegaskan

"Kau memikirkan semuanya seperti itu?"

"Kau tidak hidup sebagai tawananku, nikmati juga hidupmu! Tapi pastikan agar kau tidak terlalu dekat dengan seseorang!"

Contract With the DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang