Pertemuan di Pinggir Sungai Thames

673 62 7
                                    

Setelah kepergian Philip, aku tahu suasana tak bersahabat lantas terjadi. Raut muka tuan berbubah, sedangkan Anna yang mengerti akibat dari perbuatannya hanya diam.

"Tinggalkan kami berdua!" kata tuan memerintah sambil menahan amarahnya dengan suara bergetar.

Aku meninggalkan tempat itu, bergegas menuju ke ruang perpustakaan. Di sana aku berdiam selama beberapa lama, namun tak mendengar suara apa pun dari luar. Kecemasan mulai menghampiri pikiranku, apakah terjadi sesuatu pada Anna, apakah mereka bertengkar dan tuan menghukumnya lagi?.

Di tengah pemikiranku yang dihinggapi sejumlah pertanyaan. Pintu merah di depanku terbuka, tuan memasuki ruangan ini dengan raut muka gusar. Ia terdiam di depan muka pintu selama beberapa saat. Aku berdiri dan menyambutnya dengan hormat, meski ia nampak tak begitu peduli.

"Cari tahu" hanya kata-kata itu yang terlontar dengan tegas, becampur kemarahan.

"Mencari tahu, tuan?" kataku sedikit berhati-hati.

"Cari tahu apa yang diinginkan pria itu. Apa dia juga bekerja sama dengan keluarganya untuk maksud tertentu! Kau harus mencari tahu semua tentangnya tanpa celah. Jangan lupa untuk mengawasi Anna. Perhatikan apa pun yang dia lakukan, semua tindakannya laporkan padaku. Perlahan dia semakin dekat dengan mereka, dan aku tidak suka pada hal ini" kata tuan dengan sorot mata terpaku ke arah jendela. Sepasang matanya bersinar tajam, berkobar seperti menahan api dalam sekam yang sedang membara.

"Akan saya lakukan seperti yang Anda inginkan"

Aku menugaskan Lanny untuk mencari tahu mengenai Philip sedikit demi sedikit, sedangkan aku mengawasi apa yang Anna lakukan selama beberapa waktu selama tuan tak ada di sini. Dari yang aku amati, Anna lebih sibuk mengurusi toko bersama ku. Ia jarang menyebut atau membahas mengenai tuan. Sesungguhnya aku sedikit penasaran dengan perubahan sikapnya itu, tapi aku juga merasa enggan untuk bertanya padanya. Aku pikir, dia bukan orang yang akan terbuka jika tidak mau membicarakan sesuatu hal.

Aku akan mengantarkan Anna pulang, ketika kemudian aku melihat seorang wanita berambut keriting berwarna brunet, mengenakan topi kain terikat di dagunya yang bundar. Wanita itu berjalan kesana-kemari di depan toko, sambil sesekali menatap ke dalam kesunyian, karena toko kami memang telah tutup. Aku menghampiri perempuan yang mengenakan pakaian dari kain linen berwarna biru pucat, agak tua dan nampak sedikit kotor dengan noda arang pada kaki roknya.

Sepasang mata cekungnya nampak sedikit tak nyaman ketika melihatku. Aku menatap ke arah tangan ketiput perempuan itu, yang menggenggam sebuah amplop putih.

"Apa ada yang bisa aku bantu?" ia tersenyum memaksa, sikapnya canggung seolah menyembunyikan sesuatu. Jemarinya menyimpan surat itu dibalik kerah gaun lengan panjang yang ia kenakan.

"Apakah ini benar adalah toko milik Nona Robinson?"

"Benar"

"Apakah aku bisa bertemu dengannya?" Aku melirik ke arah belakang punggungku, untuk menengok keberadaan Anna, dan berharap dia belum akan keluar sampai aku tahu keperluan dari wanita ini.

"Boleh aku tahu, ada urursan apa kau mencari nona kami?" ia nampak menelan ludah, lalu meminkan jemarinya sedikit resah.

"Aku harus menyerahkan sesuatu padanya. Nyonyaku memintaku menyampaikannya secara pribadi"

"Oh, sayang sekali. Dia tidak datang ke toko hari ini. Jika ada yang ingin kau sampaikan kau bisa menyampaikannya padaku. Akan sulit untuk bisa bertemu dengannya karena nona kami sedang sibuk dengan banyak urusan bisnis. Aku tidak tahu kapan bisa mengatur waktu untuknya" keraguan, kecemasan nampak jelas di wajah dan pembawaannya. Ia diam sebentar, lalu kemudian mengeluarkan kembali surat yang ia sembunyikan.

Contract With the DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang