Sembilan

2.5K 175 4
                                    

Aku tidak tahu apa yang terjadi. Suara teriakan yang memilukan terdengar beberapa kali. Menusuk ketenangan siang hingga tembok-tembok ruangan terasa bergetar namun belum cukup menghilangkan sisa dengungannya yang masih memantul-mantul dan menari di tiap sudut, hingga burung-burung yang bertengger di pinggiran jendela kemudian terburu terbang dan melesat tinggi ke angkasa tanpa berkicau merdu.

Aku melihat tuan keluar dari pintu ruangannya dengan terburu-buru. Langkahnya cepat dan terdengar tak sabar. Ia menutup pintu dengan sangat kasar, hingga suara kayu terbanting tak terelakkan lagi, membuat lampu-lampu dan hiasan dinding bergetar.

Ia menapaki anak tangga satu persatu dan aku mengikutinya dari belakang dengan perasaan tak tenang. Di pintu kamar gadis itu, sudah berdiri palayan tua Anet dan Lanni, saling pandang dalam ekspresi kalut dan cemas tapi takut. Mereka segera menurunkan pandangan ketika tuan lewat di hadapan mereka.

Tuan merangsek masuk. Suara teriakan dan tangis begitu pecah, mengerikan dan menyakitkan pula. Ketika pintu terbuka lebar, aku mengikuti tuan dan berdiri di ujung pintu. Aku menyorot ke sekeliling ruangan dan melihat bayangan gadis itu penuh kekalutan, ketakutan, cemas dan rasa sakit. Ia memegangi lehernya dengan bola mata yang seakan bisa melompat keluar. Tuan memandanginya, ia terpaku dengan sorot mata tajam tak berkedip. Buru-buru didekatinya gadis itu yang meronta kuat-kuat dan memberi perlawanan padanya, namun jelas kekuatan seperti itu sia-sia saja. Tuan mencengkramnya hingga Anna terdiam, tak cukup lama hingga dia memuntahkan begitu banyak darah dari bibirnya. Wajah tuan muram sekaligus geram. Kudapati ia menggigit bibir bawahnya tanpa sengaja.

"Keluar kalian semua" perintahnya tanpa ampun. Buru-buru ku tutup pintu sementara yang lain mengikuti. Tak cukup lama setelah kami beranjak pergi, suara teriakan itu menghilang, bersisa ketenangan dan sunyi seperti sebelumnya.Aku seperti biasa menunggui di depan pintu tanpa tahu apa yang terjadi sesudahnya.

                                                                                ~0~

Untuk kali ini aku tak menunggu lama, hanya beberapa jam lalu tuan keluar dari kamar Anna. Pakaiannya penuh dengan darah segar. Suara tuan mendengus kesal dan sesekali mengumpat. Auranya benar-benar gelap hingga angin yang tadinya berembus menyejukkan berubah panas dan meyiksa saat ia lewat sekilas.

"Perempuan jahanam itu akan membayar semuanya" kata tuan. Aku tidak bicara apa-apa, bergerak pun aku tidak berani. Keringat menggantung di dahiku karena takut.

"Panggilkan pelayan dan minta mereka mengganti pakaiannya" aku baru bergerak setelah ia mengatakan perintahnya dengan nada gusar.

"Saya mengerti" aku lekas menuju ke lantai bawah mencari para pelayan wanita barusan yang kuminta pergi.

Tuan seperti biasa menemani gadis itu, tapi kali ini aku tak menungguinya karena tuan memintaku untuk datang dan mengingatkannya jikalau telah masuk waktu senja. Aku mengangguk paham dan menjauh. Selama itu pun, aku tak mengerti, apa yang sudah terjadi. Apa yang tuan lakukan hingga tubuhnya penuh darah dan apa makna dari ucapannya tentang permpuan itu. apakah yang dia maksud adalah Anna? Aku menggeleng tak setuju soal itu. aku berharap jika tuan sekali lagi mau bercerita mengenai kejadian itu padaku, meski kupikir kemungkinan untuk hal itu terjadi nyaris sangat kecil.

Tanpa terasa,waktu sangat singkat berlalu. Sekarang sudah mendekati senja dan aku harus memberitahutuan seperti perintahnya. Aku mengetuk muka pintu kamar itu beberapa kali, namun tak ada sahutan. Khawatir akan di salahkan karena terlambat, aku merangsek masuk begitu saja dan mendapati pemandangan yang membuatku sedikit terkejut.

Dengan segera aku meminta maaf pada tuan karena sudah mengganggu kemesraannya barusan. Tapi, aku benar-benar tak menyangka jika tuan akan bersikap lebih longgar pada seorang manusia, selain itu, ini juga pertama kalinya aku melihat dia seperti pria manusia pada umumnya.

Contract With the DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang