(Leon POV)

908 84 2
                                    

Aku rasa, aku sudah mengetahui jawaban tuan. Kutinggalkan pintu kamar itu, dan memilih menyepi di taman belakang. Malam ini langit begitu gelap, lebih gelap dari malam sebelumnya dan akan lebih gelap setelah malam sesudahnya. Aku duduk terpaku, memikirkan banyak hal mengenai duka masa lalu dan terpojok dalam air mata penyeselan. Kehidupanku adalah kebusukan dan sebuah kesalahan. Sayangnya, setengah mati aku mencoba merubah takdir itu, bahkan sampai melukai diriku sendiri, merobek nuraniku. Semuanya sia-sia, aku hancur dalam kehampaan berulang kali.

"Apa yang membuatmu begitu terluka?" aku berbalik. Perempuan itu meletakkan tongkat panjang yang selalu kugunakan ke muka meja. Tak ada yang bisa kukatakan lagi, dan aku pikir dia mengerti dengan baik alasan dari rasa penyesalanku ini. "Kau menghancurkan orang yang paling kau cintai di muka bumi dan sekarang kau baru menangis? Aku kira, bertahun-tahun lalu lukamu sudah surut ketika kau memutuskan untuk membunuhnya?"

"Aku selalu ingin tahu, kenapa kau datang kemari?" langkahnya melintas pelan di hadapanku, menggema di antara ubin, kemudian berhenti di permukaan tanah yang ditumbuhi banyak mawar merah. Tangannya meraih setangkai bunga yang masih menguncup, mencium baunya begitu khusyu.

"Karena aku membencimu, jadi aku datang kemari. Kau membuatku kehilangan banyak hal, sekalipun aku juga tahu kau kehilangan lebih banyak dari aku. Lalu seberapa besar kau terluka?" katanya sembari berbalik. Warna mata perempuan itu, sungguh amat mirip dengan warna mata Aliana. Karena itu, aku membenci melihat perempuan itu.

"Aku rasa kau tahu, jadi tak perlu kau mengejekku" tandasku mengalihkan pandangan

"Kau masih membenci warna mataku?" aku tidak berkata apa-apa. Dia memang pandai untuk menangkap isi pikiranku sesekali.

"Kalian berdua memiliki warna mata yang sama"

"Karena kami saudara, dan kau lebih mencintainya. Apakah aku harus mengatakan padamu kalau dicintai atau tidak olehmu kami berdua tetap saja merasakan kehancuran yang sama. Aku tidak tahu apa yang akan dipirkan anak itu jika dia mengetahui kenyataan yang sesungguhnya"

"Karena itu,berhentilah kalian membicarakan masa lalu kalian di sini. Bahkan angin juga punya mulut!" suara tuan menghentak kami. Aku bangkit berdiri dan membungkuk memberi hormat.

"Apa yang terjadi padanya adalah pilihannya sendiri, sekaligus takdir. Jadi berhentilah membawa kaitannya dengan masa lalu! Ah, tapi sayangnya aku lupa kalau manusia itu suka sekali menyesal dan berkata 'andai saja'" kata tuan kemudian tertawa geli dengan nada mengejek.

"Pastikan untuk menjaga Anna dengan baik, jangan coba macam-macam padanya!" sambung tuan lagi dengan gemertak rahangnya yang berbunyi samar.

"Kami mengerti"

"Aku ingin berbicara denganmu Leon, ikut aku!"

Aku mengikuti tuan ke sudut rumah yang lain. Seperti biasa, selalu ada satu ruangan yang hanya bisa dimasuki tuan. Tempat yang ia sukai selalu gelap, lembab, tapi panas dan mencekam. Aku tak bisa melihat apa pun di sana, tapi telingaku bisa mendengar dengan baik bunyi langkahnya dan gesekan kursi di atas lantai.

"Selama beberapa waktu belakangan ini, aku jarang mendengar sesuatu tentang Anna. Apa dia masih sering bermimpi buruk?"

"Seperti yang selalu Anda ketahui tuanku. Tapi belakangan ini, sejak kami tinggal di rumah ini dia hanya mengeluhkan mengenai suara perempuan dan bayangan aneh yang menganggunya. Saya kira itu hanya karena akibat keresahan dirinya semata"

"Tidak, tidak! Hantu perempuan itu memang suka pada Anna. Jiwanya mungkin membuat arwah itu keluar. Aku sudah memperingatkannya setelah melihat ke rumah ini sebelumnya, sayangnya dia tidak bisa mendengar peringatanku!" aku diam, tidak membalas lagi ucapannya. Tuan nampak begitu tenang malam ini, hingga aura gelap dalam dirinya tak sekuat biasanya. Aku tidak tahu apa ini ada hubungannya dengan kontrak yang sudah berhasil ia jalin.

"Sekteku hampir saja bisa melihat dan membunuh Anna. Tapi, aku kira bahaya itu bukan hanya dari para pengikutku, pengontrakku, bahkan dari pihak gereja mungkin juga akan turut campur untuk membahayakan hidup gadis itu. Bagaimanapun, aku bertanggung jawab pada kehidupannya sejak dia ada, dan hidup di muka bumi. Aku menyeretnya semakin jauh, mengawasinya sangat lama dan baru menemukan sebuah kesempatan sesudahnya. Waktu biasanya berjalan cepat, tapi saat itu lama sekali!" mendadak tuan diam. Aku tetap menunggu dan mendengarkan semua ucapannya tiap jengkal dan mencoba mengingatnya dengan baik.

"Leon?" katanya mengejutkanku

"Iya tuan"

"Kenapa saat itu kau ingin membunuhnya. Apa kau membencinya?" aku tercengang. Ini pertama kalinya tuan bertanya mengenai hal tersebut padaku, dan sekarang aku tidak mengerti bagaimana aku akan menjawab semua pertanyaan itu "Jawablah tanpa perlu merasa takut! Aku tahu kau memiliki pemikiran sendiri mengenai banyak hal, tapi selama pikiranmu tidak kau lakukan sebagai sebuah tindakan pengkhianatan, aku bisa memaklumi sisi manusiamu!"

"Saya..."

"Kau ingin dia mengakhiri takdirnya agar tidak datang padaku. Apa kau takut?" kata tuan dengan begitu dingin dan aku semakin kehilangan kata-kata. Jemari tuan mulai meletuki kayu. Aku tahu dia mulai kehilangan kesabarannya. Ketika itu, aku menarik nafasku dalam dan berusaha dapat bicara dengan sebaik mungkin.

"Hidupnya tidak akan mudah, dan saya yakin Anda tahu demikian! Saya tak pernah memiliki maksud untuk mengkhianati tuan sejak awal karena memiliki kilatan maksud demikian. Tapi sisi cinta dalam benak saya, mungkin begitu menginginkan dia hidup dengan bebas. Saya sudah membunuh ibunya, membunuh saudaranya, tapi ketika itu saya tidak bisa membunuhnya!"

"Anna sudah terlahir dengan begitu banyak kemalangan dan rasa benci. Sekalipun ketika itu kau tidak membunuhnya, mereka yang tahu tentang kau, tentang aku ingin membunuhnya. Kau telah hidup selama ratusan tahun lamanya dan membuktikan kesetiaanmu di sisiku. Kesalahanmu, kau hanya jatuh cinta!" tuan berlalu, meninggalkan kegelapan itu padaku, jatuh dalam kesesakan dan pikiran-pikiranku mengenai dosa-dosaku di masa lalu. Kadang aku bertanya, jika anak itu tak pernah kehilanggan ibunya, apakah dia bisa hidup dengan baik. Atau arah hidupnya akan tetap sama saja? Tidak, mungkin tidak. Karena demi hal itulah orangtua Anna dibunuh. Untuk mengubah garis hidupnya, olehku.

Contract With the DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang