Sembilan Belas - Langit Mendung & Hujan

2.6K 132 4
                                    

HOF - 19 :: Langit Mendung & Hujan

***

"sorry gue telat banget datangnya." ucap Maudy sambil menarik salah satu kursi.

Cowok itu mendongak lantas tersenyum tipis.

"Santai aja kali, gue juga baru nyampe kok."

"Beneran? syukur deh kalau gitu."

Langit menutup buku mitologi yang baru ia baca setengahnya. Ia kembali mengalihkan perhatiannya pada cewek di depannya. Tentu saja pada Maudy. Memangnya siapa lagi yang ada di dekat Langit saat ini?. Memangnya ada cewek lain di hidup Langit selain Ibundanya dan Maudy?. Tuh kan baper lagi.

"Mau ngomong apa?, Kelihatannya penting banget." tanya Maudy.

Gadis itu menatap ke sekeliling. Cafe yang cukup nyaman untuk nongkrong ataupun untuk menikmati waktu luang sambil baca buku seperti Langit.

"Lo pesan aja dulu, Maudy. Nggak usah buru-buru gitu."

Sudut bibir Maudy mengembang ke atas, gadis itu memanggil pelayan dan memesan jus strawberry.

"Gue-"

"Kak-"

Mereka terdiam sebentar.

"Lo aja dulu. Mau ngomong apa tadi?." tanya Langit.

Maudy kembali tersenyum menampilkan gigi putih bersihnya.

"Gimana tugasnya?."

"Udah hampir selesai. Makasih ya kemarin udah di kirimin beberapa materi, itu membantu sekali." ucap Langit sambil mengaduk jus alpukat pesanannya.

"Iya sama-sama. Oh iya, sorry waktu itu gue nggak bisa bantuin lo. Gue di ajak bolos sama Matt. Sorry banget. Jadi, Lo mau ngomong apa tadi?"

Langit menarik sudut bibirnya untuk membentuk senyum tipis meski terkesan memaksa.

"Bukan apa-apa. Nggak penting juga kok."

Maudy mengangguk-anggukan kepala.

"Eh waktu itu gue lihat lo sama cewek di halte, pacar lo ya Kak. Cantik." komentar Maudy.

Sekitar dua hari yang lalu, ia tidak sengaja melihat Langit yang sedang menunggu bus di halte dekat sekolah. Awalnya Maudy ingin menghampiri, namun sudah keduluan sama seorang cewek yang berseragam Tunas Bangsa.

Maudy pun hanya tersenyum tipis dan berjalan kembali ke gerbang sekolah.

Langit tampak berpikir namun kemudian ia menunjukan mimik wajah yang ah- entahlah, kecewa.

"Senja, dia temen kok."

Maudy tersenyum tipis. "Pacar juga nggak apa-apa kali. Oh atau lo lagi ada gebetan lain ya."

Kali ini Maudy terkekeh.

"Kalau gue bilang gue suka lo gimana?" tanya Langit kali ini dengan tatapan serius.

Hening. Gerakan Maudy yang mengaduk jusnya pun terhenti.

Namun beberapa saat kemudian tawa Maudy meledak. "Parah. Bercanda lo nggak lucu banget."

Langit tersenyum miris dan masih menatap Maudy dengan intens. "Sayangnya gue nggak lagi bercanda. Dan gue nggak pernah ngebuat joke tentang perasaan cinta."

Maudy menunduk. Ia menyelipkan beberapa helai rambutnya ke telinga.

"Sejak kapan?" cicitnya.

"Sejak kapan lo suka sama gue?"

Hearts On FireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang