23. Make You Stay

2K 112 3
                                    

HOF-23 :: Make You Stay

***

Angin semilir sore ini cukup membuat Maudy lega, sedari tadi ia berkeringat karena beberapa kali sempat terjatuh saat bermain skateboard.

Maudy duduk sambil meminum air mineral dingin yang baru di belikan El, sementara cowok itu memilih melanjutkan permainannya.

Ia tersenyum ketika Mikael melambaikan tangan padanya. Untung lah suasana sore ini cukup mendukung untuk bermain di outdoor , bulan november setiap hari selalu hujan dan Maudy benci akan hal itu.

Mikael menghampirinya sambil menghapus peluh yang terus menetes di wajahnya. Maudy memberikan minumannya yang masih setengah pada El dan tanpa mengucap apapun El langsung meminumnya hingga tandas.

“Bekas cewek cantik, segernya bertambah lima kali lipat.” ucap El sambil tersenyum.

“Gombal banget, Mas.” ucap Maudy sambil melemparkan handuk kecilnya pada El.

Cowok itu tertawa, El tidak menyangka ia mencapai di posisi ini. Ia tidak menyangka Maudy mau memaafkannya dan bahkan mereka bisa kembali dekat seperti dulu.

El merebahkan tubuhnya di samping Maudy. “Udah berapa kita nggak kayak gini?”

Maudy menoleh, kali ini menatap El yang sedang menatap langit. “Kayak gimana?”

“Bisa ngobrol tanpa ngotot ataupun bercanda tanpa canggung.” ucap El.

Maudy merebahkan tubuhnya dan ia memilih perut El sebagai bantal bernapasnya. “Udah lama banget deh kayaknya.”

“El” panggi Maudy.

El menghembuskan napas pelan. “Iya?”

“Jangan pernah pergi lagi ya.” ucap Maudy begitu lirih.

Maudy bahkan tidak pernah berpikir dirinya bisa berbicara seperti itu tapi sedari tadi ia ingin mengucapkan itu pada El.

El meraih jemari Maudy dan menggenggamnya erat. “Bukannya kamu yang selalu pergi dari aku. Sampai kapanpun aku selalu disini, Maudy. Seberapa jauh pun kamu lari dan berkeliling mencari cinta baru, aku selalu disini. Nanti kalau kamu capek dan kamu pengen berhenti, kamu tahu aku dimana kan. Aku selalu disini.”

Maudy benci dirinya sendiri. Ia sudah memberi mantra pada dirinya untuk tidak menangis tapi airmatanya tidak bisa di tahan.

Dengan mata yang berkaca-kaca, Maudy duduk dan berbalik lantas ia memeluk El yang masih tiduran di lapangan.

Always love you” ucapnya.

I always love you too, Maudy.” ucap El yang kini sudah memeluk erat Maudy.

Ia bahagia, Maudy-nya kembali.

“Hehhh kalau mau bikin blue film jangan di lapangan dong, bikin yang jomblo ngiri aja.” teriak seseorang.

Yang dilupakan keduanya adalah mereka tidak sendiri di lapangan ini. Ada beberapa orang yang tengah berolahraga, termasuk yang meneriaki mereka- Chandra- siapa lagi kalau bukan dia.

“Gila si cupu bisa juga mesum. Gue pikir lo anak terbaik di Prasada, tau nya gaya pacaran lo kayak gini.”  ucap Chandra sambil geleng-geleng kepala.

Maudy bangun dari atas tubuh El dan menatap sengit mantan kakak kelasnya itu. “Otak lo tuh yang perlu di rukiyah. Siapa yang lagi mesum juga.”

El terkekeh dan memilih duduk.

“Mana ada yang mau ngaku. Ternyata ngajakin main skate tadi ada maksud terselubung, lo mau gue jadi saksi kalau kalian balikan.” ucap Chandra sambil mencibir di awal kalimat.

Maudy memutar bola matanya jengah dan memilih menjauh dari Chandra.

“Idih pacar lo ngambekan, El.” cibir Chandra.

“Jangan di godain, Bang. Baru baikan nih gue sama dia.” ucap El.

***

Abel memakan steak pesanannya dengan pelan dan sesekali kakinya bergerak ke kanan ke kiri ketika lagu kesukaannya di putar di cafe ini.
It's inevitable everything that's good comes to an end
It's impossible to know if after this we can still be friends, yeah
I know you're saying you don't want to hurt me
Well, maybe you should show a little mercy
The way you look I know you didn't come to apologize

Hey, hey, hey
Oh, why you're wearing that to walk out of my life?
Hey, hey, hey
Oh, even though it's over you should stay tonight
Hey, hey, hey
If tomorrow you won't be mine
Won't you give it to me one last time?

Oh, baby, let me love you goodbye

“Ngenes banget hidup lo, Bel.”

Abel menghentikan gerakan memotong dagingnya. Ia mendongak dan tersenyum tipis ketika menemukan mantan kekasihnya tengah duduk di depannya.

“Ngenes gimana? Gue cuma lagi makan, bagian mana yang menunjukan hidup ngenes gue?”
Matthew mencibir. “Lo makan sendirian di tempat rame gini, pakai backsound yang nggak kalah galaunya dari lagu butiran debu. Kurang ngenes apalagi lo hari ini.” ucap Matt.

“Gue tadi dari beli baju, laper ya udah mampir aja kesini. Kelihatan cozy tempatnya, kalau lagu mana gue tau kalau bakal di puter lagu ini eh tapi nggak apa-apa lumayan bisa dengerin suaranya harry. Liriknya juga cocok banget buat hidup gue. Ngapain lo kesini?” tanyanya.

Matt memang sudah bisa bersikap biasa saja ketika bertemu Abel dan sepertinya mantannya itu juga sudah bisa bersikap dewasa.

“Jalan-jalan aja terus tadi lihat lo. Apa kabar?” tanya Matt.

Abel meminum jus anggur pesanannya. “Seperti yang lo lihat. Sehat dan nggak ada bekas sayatan sama sekali. Gue nggak seputus asa itu setelah lo putusin.”

Matt terkekeh. “Bagus lah kalau lo masih waras. Jadi ntar polisi nggak datengin gue kalau dia nemuin lo sekarat karena percobaan bunuh diri.”

Abel mencibir dan melanjutkan makannya. Ia tahu watak Matt seperti apa jadi ia cukup santai dengan bahasan seperti ini.

“Gimana Maudy?” tanya Abel.

Matthew menaikkan alisnya sebelah. “Lo nggak salah nanya Maudy ke gue. Lo kan tiap hari ketemu dia di sekolahan”.

“Oh, C'mon Matt. Gue bukan nanyain kabar dia tapi nanyain gimana pedekate lo sama dia?”

“Biasa aja, gue sama dia sahabatan. Nggak ada yang spesial. Kecuali kalau lo mau traktir gue nasi goreng kambing di jamin ntar di belakangnya bakal ada kata spesial. NASI GORENG KAMBING (SPESIAL)” ucap Matt sambil nyengir.

Tolong ingatkan Abel kalau membunuh itu bisa di jatuhi hukuman pidana.

“Serah lo deh, Matt.”

Matthew terkekeh. “Dari dulu hubungan gue sama Maudy cuma stuck di persahabatan. Gue suka sama Maudy, entah itu cinta sesaat atau cinta beneran tapi sampai detik ini gue masih cinta sama dia. Sorry udah bikin lo sakit hati.”

“It's okay.”

Hening.

“Gimana usaha move on lo?” tanya Matt sambil memperhatikan Abel yang tengah memainkan ponsel.

“Gini-gini aja. Gue udah ikhlas lo ninggalin gue. It's okay, itu udah jadi fase cinta. Naksir- Jadian/di tolak- Married/Putus/di tinggalin. Itu udah biasa dalam percintaan.” ucap Abel.

Matt hanya mengangguk dan mengambil ponselnya di saku jaket.

“Seneng bisa ngobrol santai sama lo tapi gue harus pergi sekarang, udah di tungguin Rama.” ucap Matt sambil menunjukkan ponselnya yang terpampang jelas pesan dari Rama yang berisi semua hewan di kebun binatang.

Abel mengangguk dan membiarkan Matt pergi. Namun satu yang tidak Matt ketahui, Move on bukan perkara mudah. Nyatanya dengan sikap seperti ini lah Abel berusaha membuat Matt tetap berada di dekatnya, tetap menganggapnya ada meski Matt hanya menganggapnya tidak lebih dari seorang teman.

***

a/n:

sorry for any typos.

Hearts On FireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang