Stephan bertopang dagu, tangannya ia sandarkan di sisi pinggir pintu mobil. Mandy melirik dengan tatapan geli melihat pemuda itu, terlihat Stephan sedang bepikir keras walau ia berpura-pura sedang menikmati pemandangan kota dari balik jendela taxi. Mereka berdua sedang berada di bagian belakang taxi yang menuju ke apartement Mandy.
"Jadi, laki-laki itu benar-benar ayah angkatmu sedari anak-anak Mandy?" Stephan melihat gadis itu dengan ujung matanya.
"Yup, bahkan dari aku baru dilahirkan."
"Aku perkirakan ia masih berumur dibawah 40 tahun. Aku pikir tak mungkin ia mengadopsi dirimu dari umur 19 tahun. Undang-undang tidak memperbolehkan hal itu."
"Hmmm.. sebetulnya dari bayi ayah angkatku adalah Kakek Frank. Ketika Kakek meninggal, Ayah berumur 27 tahun dan mengambil alih hak perwalian atas diriku. Tetapi bagaimanapun, dia lebih pantas disebut sebagai Ayah daripada Kakek Frank.. karena dia mencurahkan perhatian kepadaku sepenuhnya."
Stephan menyimak kata-kata yang terlontar dari bibir mungil Mandy, rasa sayang jelas terlihat dari nada suara Mandy ketika ia berbicara tentang Ayahnya dan beberapa saat terdiam.
"Ayahmu sepertinya tidak terlihat asing. Sepertinya aku sering melihat dia... hmm...." Stephan mencoba mengingat wajah laki-laki yang sepertinya tidak asing baginya itu.
Ada jeda kembali di percakapan itu. Mandy hanya tersenyum kecil melihat raut wajah Stephan yang berubah-ubah.
"Sebentar, nama keluarga kalian Adams bukan? Apa mungkin dia Reinhart Adams, pemilik tunggal Adams Corporation?" Stephan tersentak dan menoleh pada Mandy dengan dramatis.
Mandy tertawa kecil melihat reaksi berlebihan Stephan dan mengangguk.
" Oh astaga, padahal aku mengagumi sosoknya dari majalah-majalah bisnis dan investasi yang rutin aku baca. Hmm, ternyata antara kenyataan dan sosok di media begitu berbeda." Stephan kembali mengerling pada Mandy.
Mandy tersenyum mendengar kata-kata Stephan "Sebetulnya tidak juga Stephan.. Aku mengerti apa yang kau bicarakan. Ayah adalah seorang yang tenang dan penuh perhitungan,tapi entah kenapa dia tadi sedikit tak bisa mengendalikan dirinya"
"Oh begitukah?"Stephan nyengir dan sedikit ide nakal bermain di benaknya.
Mandy memperhatikan begitu mempesonanya pemuda ini, sayang ia terlihat begitu pesolek. Kalau tidak, mungkin Mandy sudah jatuh hati pada Stephan.
Tidak terasa, taxi telah membawa mereka ke depan gedung apartemen Mandy. Dengan sigap, Stephan membayar sang supir dengan tip yang lumayan banyak dan membuka pintu taxi untuk Mandy.
"Stephan, kau tidak perlu mengantarku hingga ke pintu apartemenku. Seharusnya kau cukup menurunkan diriku disini dan melanjutkan perjalanan dengan taxi menuju kantor untuk mengambil mobilmu."Mandy merasa jengah dengan perlakuan Stephan.
"Oh, jangan sungkan begitu Dear.. memang begini caraku memperlakukan wanita. Apalagi wanita istimewa seperti dirimu." Stephan membimbing Mandy memasuki gedung apartemennya. Mandy menyapa petugas keamanan yang sedang bertugas malam itu.
Begitu mereka sampai di depan pintu apartemen, Mandy mengeluarkan kunci apartemen dari tas tangannya dan membuka pintu.
"Terima kasih untuk malam yang menyenangkan Stephan" Mandy mendongak dan tersenyum tulus pada Stephan, pemuda yang malam ini ia nobatkan sebagai sahabat pertamanya di kantor .
"Aku menanti kesempatan berikutnya untuk lebih dekat denganmu" Stephan tersenyum dan mengerling pada Mandy. Pemuda itu kemudian mengecup pipi Mandy sebagai tanda perpisahan dan memeluk tubuh mungil Mandy erat

KAMU SEDANG MEMBACA
Secrets
RomanceTelah dibukukan. Sebagian part telah didelete. Salahkah apabila seorang ayah -walaupun tidak sedarah- mencintai anak yang diasuhnya, dan cinta itu bukan merupakan cinta antara anak dan ayah, cinta itu adalah sebentuk cinta yang penuh hasrat, cinta s...