Part 6

100K 3.3K 94
                                    

Pagi itu, sinar matahari menerobos masuk melalui celah-celah tirai ruang kerja Reinhart. Laki-laki itu terbangun karena silau, kemudian Reinhart mengerjapkan matanya... dan bibir laki-laki itu menyunggingkan seulas senyum ketika melihat pemandangan yang selalu ia impikan akhir-akhir ini. Gadis yang ia cintai tidur dalam pelukannya. Mereka berdua sedang berbaring di atas karpet tebal di depan perapian ruang kerja Reinhart.

Dengan lembut Reinhart menggeser badannya agar Mandy tidak terbangun. Laki-laki itu memindahkan  posisi tidur Mandy, kemudian ia membelai rambut gadis itu yang sekarang tertidur di lengannya dengan penuh rasa sayang. Laki-laki itu mengakui kalau ia suka berlama-lama memandang wajah Mandy yang sedang tertidur, hanya dengan melakukan hal ini saja hatinya terasa sangat damai.

"Guten morgen, Prinzessin.." Bisik Reinhart lembut, matanya masih tidak lepas memandang wajah Mandy yang masih tertidur.

"Engh.." Mandy menggumam pelan, merasa terganggu dengan  sinar matahari yang mulai menerangi ruangan itu. Kemudian gadis itu mencoba membuka mata hijau indahnya dan melihat Reinhart tersenyum padanya.

"Ayah.." Mandy mengerjapkan matanya kembali, mencoba mengingat mengapa ia berada disini, di ruang kerja ayahnya, dan tertidur di samping laki-laki itu. Seketika, wajah gadis itu memerah dan ia langsung beringsut menjauhi Reinhart.

"Hey.." Reinhart merengkuh pundak Mandy, menahan gadis itu agar tetap berbaring bersama didekatnya.

"Sweetheart, tetaplah disini. Berikan aku waktu beberapa saat lagi untuk bersamamu seperti ini.." Bisik Reiihart di atas puncak kepala gadis itu

"Tapi..." Mata Mandy menatap liar sekelilingnya, menolak tatapan lembut Reinhart. Gadis itu sangat malu dengan keadaan mereka berdua sekarang.

"Tidak ada yang salah Mandy.. Kau masih berpakaian lengkap, begitu pun diriku. Dan tenang saja, aku tidak menggerayangi dirimu ketika kau tertidur.." Reinhart menahan tawanya, masih di puncak kepala gadis itu. Sedangkan tangan-tangan kokoh laki-laki itu membelai punggung Mandy lembut, berusaha menenangkan gadis itu.

Wajah Mandy semakin merah mendengar gurauan Reinhart. Sejujurnya, ia memikirkan hal yang sama dengan apa yang Reinhart katakan tadi. Mandy hanya diam, tidak menanggapi gurauan ayahnya. Reinhart memeluk gadis itu erat, mencium puncak kepala Mandy, menghidu harum rambutnya.

"Kau tahu Mandy, aku memimpikan saat-saat seperti ini hampir setiap hari. Menyentuh dan memelukmu tanpa perasaan bersalah. Dan pagi ini, mendapatimu tertidur di pelukanku dan begitu terjaga aku bisa memandangmu... Sepertinya aku ingin hal ini terjadi setiap hari, Sweetheart.." Reinhrart berbisik lirih di telinga Mandy. Gadis itu mulai memahami ke mana kata-kata Reinhart bermuara.

"tapi.. "

"Aku akan mengurus hal ini secepatnya, mengubah namamu. Aku ingin menikahimu Mandy.." Reinhart merengkuh wajah Mandy.  Reinhart mengerti, hal serumit ini tidak bisa diselesaikan dengan mengganti nama gadis itu saja, tetapi paling tidak itu langkah awal yang paling sederhana yang dapat ia lakukan untuk membuat Mandy menjadi miliknya.

Mata Mandy membesar mendengar kata-kata Reinhart. Ayolah, yang benar saja..  baru kemarin menyatakan cinta, dan hari ini laki-laki ini sudah melamarnya..

"Maaf, mungkin ini lamaran yang sangat tidak romantis yang pernah ada, tapi aku ingin kau tahu kesungguhanku padamu. Dan sekali lagi aku katakan, aku mencintaimu.." Reinhart masih belum menyadari raut wajah shock gadis yang baru dilamarnya, sepertinya frasa cinta itu buta itu benar secara harafiah.

Mandy mengetatkan rahangnya kesal, dengan tegas ia memegang kedua tangan Reinhart dan menurunkan tanganlaki-laki itu dari wajahnya.

"Yang benar saja, me-ni-kah? Tidakkah hal itu terlalu cepat Ayah?"

SecretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang